dc.description.abstract | Pinus sp. merupakan tanaman obligat ektomikoriza (ECM) yang tersebar di
berbagai belahan bumi. Indonesia ditumbuhi oleh satu jenis spesies saja yaitu P.
merkusii. Tanaman ini memiliki berbagai manfaat dari segi lingkungan maupun
ekonomi. P. merkusii digunakan sebagai tanaman untuk reboisasi lahan kritis dan
sebagai penyimpan cadangan karbon. Selain itu kayu dan resinnya diproduksi
secara massal untuk keperluan kebutuhan papan dan bahan baku industri farmasi.
Sebagian besar cendawan ECM yang berasosiasi dengan tanaman ini berasal
dari divisi Basidiomycota. Berbagai penelitian telah banyak mengulas cendawan
ECM dari divisi ini. Cendawan Ascomycota yang secara suksesi lebih stabil karena
mengkolonisasi struktur akar yang lebih dalam masih kurang mendapat perhatian.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi dan mempelajari kemapuan
fisiologisnya yang dapat membantu meningkatkan respon pertumbuhan inang.
Hasil identifikasi menunjukan bahwa isolat Ascomycota yang diperoleh dari
ECM P. merkusii adalah genus incerta serdis Scytalidium sp. dari ordo
Letiomycetes dan dua isolat dari ordo Helotiales. Salah satu isolat ordo Helotiales
tersebut masih belum dapat diindetifikasi lebih jauh sehingga disebut sebagai
Helotiales sp. sedangan isolat berikutnya teridentifikasi sebagai genus
Glutinomyces. Kedua isolat Helotiales tersebut pada penelitian sebelunya diketahui
sebagai cendawan mikoriza non ECM yang diduga sebagai mikoriza golongan
ericoid. Sedangkan Scytalidium sp. yang digunakan pada penelitian ini sebelumnya
diketahui dapat berasosiasi dengan sclerotium Cenococcum.
Kemapuan ketiga isolat tersebut dalam melarutkan fosfat dan menghasilkan
hormon IAA serta kinetin dibandingakn dengan C. geophilum yang diketahui
memang memiliki karakteristik fisologis tersebut. Hasil dari analisis pelarutan
fosfat dapat dikatakan cukup baik. Glutinomyces sp. melarutkan fosfat terbanyak
diikuti C. geophilum, Scytalidium sp., dan Helotiales sp. pada media dengan sumber
P berasal dari rock phosphate dan sumber C dari glukosa.
Kemampuan dalam menghasilkan IAA tanpa prekursor terbanyak dihasilkan
oleh Scytalidium sp. yang diikuti oleh Glutinomyces sp., Helotiales sp., dan C.
geophilum. Sedangkan kempuan sintesis kinetin tanpa prekursor tertinggi secara
berurutan dihasilkan oleh Scytalidium sp., C. geophilum, Glutinomyces sp., dan
Helotiales sp.
Hasil tersebut dibandingkan dengan perlakuan langsung pada tanaman P.
merkusii tidak sepenuhnya sesuai ekspektasi. Hanya C. geophilum sebagai kontrol
(+) yang dapat meningkatkan respon tumbuh inang karena hanya isolat ini satusatunya
yang dapat membentuk kolonisasi. Sedangkan ketiga isolat yang digunakan
pada penelitian ini belum dapat meningkatkan respon pertumbuhan jika
dibandingkan dengan kontrol (-) yang kemumngkinan dikarenakan tidak
terbentuknya struktur kolonisasi pada akar. | id |