Show simple item record

dc.contributor.advisorSukarno, Nampiah
dc.contributor.advisorSudiana, I Made
dc.contributor.authorMujahidah, Shofia
dc.date.accessioned2020-11-10T03:40:51Z
dc.date.available2020-11-10T03:40:51Z
dc.date.issued2018
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/103649
dc.description.abstractPinus sp. merupakan tanaman obligat ektomikoriza (ECM) yang tersebar di berbagai belahan bumi. Indonesia ditumbuhi oleh satu jenis spesies saja yaitu P. merkusii. Tanaman ini memiliki berbagai manfaat dari segi lingkungan maupun ekonomi. P. merkusii digunakan sebagai tanaman untuk reboisasi lahan kritis dan sebagai penyimpan cadangan karbon. Selain itu kayu dan resinnya diproduksi secara massal untuk keperluan kebutuhan papan dan bahan baku industri farmasi. Sebagian besar cendawan ECM yang berasosiasi dengan tanaman ini berasal dari divisi Basidiomycota. Berbagai penelitian telah banyak mengulas cendawan ECM dari divisi ini. Cendawan Ascomycota yang secara suksesi lebih stabil karena mengkolonisasi struktur akar yang lebih dalam masih kurang mendapat perhatian. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi dan mempelajari kemapuan fisiologisnya yang dapat membantu meningkatkan respon pertumbuhan inang. Hasil identifikasi menunjukan bahwa isolat Ascomycota yang diperoleh dari ECM P. merkusii adalah genus incerta serdis Scytalidium sp. dari ordo Letiomycetes dan dua isolat dari ordo Helotiales. Salah satu isolat ordo Helotiales tersebut masih belum dapat diindetifikasi lebih jauh sehingga disebut sebagai Helotiales sp. sedangan isolat berikutnya teridentifikasi sebagai genus Glutinomyces. Kedua isolat Helotiales tersebut pada penelitian sebelunya diketahui sebagai cendawan mikoriza non ECM yang diduga sebagai mikoriza golongan ericoid. Sedangkan Scytalidium sp. yang digunakan pada penelitian ini sebelumnya diketahui dapat berasosiasi dengan sclerotium Cenococcum. Kemapuan ketiga isolat tersebut dalam melarutkan fosfat dan menghasilkan hormon IAA serta kinetin dibandingakn dengan C. geophilum yang diketahui memang memiliki karakteristik fisologis tersebut. Hasil dari analisis pelarutan fosfat dapat dikatakan cukup baik. Glutinomyces sp. melarutkan fosfat terbanyak diikuti C. geophilum, Scytalidium sp., dan Helotiales sp. pada media dengan sumber P berasal dari rock phosphate dan sumber C dari glukosa. Kemampuan dalam menghasilkan IAA tanpa prekursor terbanyak dihasilkan oleh Scytalidium sp. yang diikuti oleh Glutinomyces sp., Helotiales sp., dan C. geophilum. Sedangkan kempuan sintesis kinetin tanpa prekursor tertinggi secara berurutan dihasilkan oleh Scytalidium sp., C. geophilum, Glutinomyces sp., dan Helotiales sp. Hasil tersebut dibandingkan dengan perlakuan langsung pada tanaman P. merkusii tidak sepenuhnya sesuai ekspektasi. Hanya C. geophilum sebagai kontrol (+) yang dapat meningkatkan respon tumbuh inang karena hanya isolat ini satusatunya yang dapat membentuk kolonisasi. Sedangkan ketiga isolat yang digunakan pada penelitian ini belum dapat meningkatkan respon pertumbuhan jika dibandingkan dengan kontrol (-) yang kemumngkinan dikarenakan tidak terbentuknya struktur kolonisasi pada akar.id
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB Universityid
dc.subject.ddcMicrobiologyid
dc.subject.ddcAgriculturalid
dc.subject.ddcMicrobiologyid
dc.subject.ddc2018id
dc.subject.ddcBogor, Jawa Baratid
dc.titleIdentifikasi dan Karakteristik Fisiologi Isolat Asal Ektomikoriza Pinus merkusiiid
dc.typeThesisid
dc.subject.keywordscomycotaid
dc.subject.keywordECMid
dc.subject.keywordfosfatid
dc.subject.keywordiaaid
dc.subject.keywordkinetinid
dc.subject.keywordPinus merkusiiid
dc.subject.keywordrespon tumbuhid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record