dc.description.abstract | Permasalahan utama yang dihadapi Daerah Aliran Sungai (DAS) di
Indonesia saat ini adalah meningkatnya kerusakan DAS sebagai akibat dari
bertambahnya jumlah penduduk yang diikuti dengan meningkatnya aktivitasnya.
Peningkatan kerusakan DAS diikuti dengan munculnya status DAS-DAS kritis di
Indonesia dari tahun ke tahun. Kerusakan DAS dicirikan dengan luasnya lahan
kritis yang menyebabkan fungsi DAS dalam tata air tidak optimal sehingga
frekuensi dan besaran banjir, kekeringan semakin meningkat serta urbanisasi dan
tekanan populasi juga menjadi tantangan utama bagi pengelolaan sumber daya air,
terutama di kota-kota di negara berkembang.
DAS Cisadane merupakan salah satu DAS prioritas di Indonesia
berdasarkan Renstra PDAS-HL tahun 2015. Perubahan tutupan lahan di daerah
hulu DAS Cisadane menyebabkan sebagian besar air hujan yang jatuh di wilayah
DAS tidak dapat diretensikan dengan baik sehingga mengalir dengan cepat
kebagian hilir DAS, dimana peningkatan luas permukiman mengakibatkan
berkurangnya daerah resapan air yang menyebabkan menjadi aliran permukaan.
Melihat berbagai permasalahan yang ada di Sub DAS Cisadane Hulu maka
perlunya dilakukan kajian mendalam tentang kondisi hidrologi di Sub DAS
Cisadane Hulu saat ini dan pengelolaan DAS yang direncanakan maupun yang
telah dilakukan. Salah satu tool yang dapat menganalisis kondisi hidrologi suatu
DAS adalah Soil and Water Assesment Tool (SWAT). Penelitian ini bertujuan
untuk menganalisis perubahan tutupan lahan dan menganalisis pengaruh
perubahan pada tutupan lahan terhadap karakteristik hidrologi Sub DAS Cisadane
Hulu serta mendapatkan rekomendasi kebijakan untuk pengelolaan Sub DAS
Cisadane Hulu.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perubahan tutupan lahan
dari tahun 2013 hingga tahun 2018. Perubahan terbesar terjadi pada tutupan lahan
pemukiman sebesar 455.95 ha. Hasil analisis kesesuaian tutupan lahan terhadap
RTRW menunjukkan terdapat ketidaksesuaian sebesar 3,810 ha (8.69%).
Ketidaksesuaian pemanfaatan ruang ini banyak terdapat di wilayah sempadan
sungai seluas 1,737.49 ha dan kawasan pertanian seluas 1,535.82 ha. Berdasarkan
hasil kalibrasi dan validasi model SWAT menunjukkan nilai Nash-Sutcliffe
Efficiency (NSE) sebesar 0.69 dan 0.57. Hasil analisis berdasarkan karakteristik
hidrologi menjukkan bahwa tutupan lahan bangunan/gedung dan tanah
kosong/lahan terbuka memiliki nilai terbesar dalam menyumbang aliran
permukaan dengan nilai koefisien sebesar 0.71 dan 0.60. Penerapan skenario
terbaik untuk pengelolaan Sub DAS Cisadane Hulu yaitu skenario penerapan
RTRW dengan teknik KTA (skenario 3). Tenik KTA mampu menurunkan aliran
permukaan sebesar 32% dan meningkatkan aliran lateral (lateral flow) sebesar
9%. | id |