dc.description.abstract | Penggunaan cahaya lampu dalam pengoperasian penangkapan ikan,
pertama kali dilakukan di Jepang pada tahun 1900 untuk menarik perhatian
berbagai jenis ikan, kemudian berkembang dengan pesat setelah Perang Dunia II.
Di Norwegia penggunaan lampu berkembang sejak tahun 1930 dan di Uni Soviet
baru mulai digunakan pada tahun 1948 (Nikonorov 1975). Penggunaan lampu
merupakan salah satu teknik modern dan efektif, memanfaatkan tingkah laku ikan
yang tertarik dengan cahaya agar berkumpul di sekitar alat tangkap
(Anongponyoskun et al. 2011). Menurut Wisudo et al. (2002), perkembangan
perikanan lampu semakin pesat setelah ditemukannya lampu listrik (lampu merkuri,
halogen, fluorescent dan metal halide) yang memiliki iluminasi cahaya lebih tinggi
dibandingkan lampu petromaks. Cahaya digunakan untuk menarik dan
mengkonsentrasikan kawanan ikan pada catchable area yang selanjutnya dengan
menggunakan alat tangkap tertentu untuk menangkapnya (Setiawan et al. 2015).
Beberapa penelitian terdahulu telah menggunakan lampu LED pada
kegiatan operasi penangkapan ikan di bagan seperti yang dilakukan oleh (Thenu et
al. 2013; Taufiq et al. 2015, Sulaiman et al. 2015; Hamidi 2017; Susanto 2019;
Sugandi 2019). Cahaya yang digunakan pada perikanan bagan, biru, hijau, merah,
kuning dan putih. Lampu LED biru memiliki panjang gelombang yang sangat
pendek, namun jangkauan cahayanya jauh, sehingga lampu LED biru dapat
digunakan untuk memikat ikan yang jauh dari sumber cahaya. Menurut Hamidi
(2017) jumlah hasil tangkapan terbesar diperoleh pada lampu LED biru sebesar
79%, diikuti oleh lampu LED warna merah 13% dan kuning 8%. Hal ini
membuktikan bahwa cahaya lampu biru dapat menjangkau areal yang lebih luas
dibanding lampu merah dan kuning.
Retina ikan memiliki tiga macam reseptor yaitu reseptor biru, reseptor hijau
dan reseptor merah dimana masing-masing reseptor menyerap satu dari 3 warna
utama (Verheyen 1959). Ada dua macam sel reseptor pada retina mata ikan yaitu
sel kerucut (cone cell) dan sel batang (rod cell) dimana sel cone berfungsi pada
lingkungan yang terang untuk membedakan warna, sel ini peka terhadap cahaya
merah, hijau dan biru sedangkan sel rod cell berfungsi pada lingkungan kurang
terang (Herring et al. 1990). Tingkah laku ikan terhadap warna utama yaitu merah,
biru dan hijau membuktikan bahwa retina mata ikan juga hanya dapat menangkap
cahaya (Hamidi 2017).
Berdasarkan penelitian Sulaiman et al. (2015), pergantian warna
menggunakan cara manual dengan menaikan dan menurunkan saklar,
mempengaruhi tingkah laku ikan, dimana ikan terkejut dengan adanya perubahan
warna tersebut, bahwa pada saat pergantian warna cahaya yang digunakan untuk
memikat ikan dan mengumpulkan ikan, tejadi pengaruh terhadap tingkah laku ikan,
yaitu ikan menjadi terkejut dan keluar dari catchable area.
Berdasarkan penelitian Thenu (2014), pergantian warna cahaya LED
menggunakan dimmer, pengaturan dengan menggunakan dimmer ini tidak stabil
dan tidak konstan untuk jangka waktu tertentu, dan tidak dapat menggunakan
v
pengaturan yang sama pada waktu dan tempat berikutnya, karena pemutaran
dengan cara manual menggunakan potensiometer.
Beberapa permasalahan di atas yaitu pengaturan intensitas cahaya dilakukan
secara manual (Thenu et al. 2013; Taufiq et al. 2015, Sulaiman et al. 2015; Hamidi
2017; Susanto 2019), sedangkan pada penelitian ini dilakukan perubahan intensitas
cahaya secara konstan dan otomatis dilakukan secara halus menggunakan modulasi
lebar pulsa.
Tujuan dari penelitian ini pertama, merancang bangun lampu pemikat ikan
warna Red, Green dan Blue (RGB) menggunakan LED jenis high power LED
(HPL). Kedua, merancang bangun sistem dan konstruksi kontrol intensitas cahaya
berbasis microcontroller ATMega 328. Ketiga, menentukan karakteristik lampu
LED-RGB dengan intensitas cahaya PWM yang berbeda. Keempat, menentukan
efektifitas lampu LED-RGB pada bagan tancap berdasarkan tingkah laku ikan,
komsumsi energi dan hasil tangkapan.
Metode yang digunakan adalah pertama, eksperimen di Lab. PSP FPIK IPB
dalam uji coba sebaran intensitas cahaya di udara dan sebaran intensitas cahaya di
bagan tancap. Kedua, eksperimen lapangan di bagan tancap pulau Bokor,
Kepulauan Seribu DKI Jakarta untuk uji coca sebaran intensitas cahaya di air dan
implementasi alat.
Hasil penelitian ini pertama, menghasilkan sebuah konstruksi dan desain
lampu pemikat ikan dengan sistem pengaturan intensitas cahaya berdasarkan
modulasi lebar pulsa dibuat berdasarkan bentuk armature yang dapat
mengkonsentrasikan intensitas cahaya pada sudut antara 120o-240o dengan
spesifikasi ukuran, diameter 32 cm, tinggi 22 cm, dan daya 42 Watt. Kedua,
Karakteristik intensitas cahaya berdasarkan modulasi lebar pulsa yang berbeda
beda, dari alat pemikat ikan menghasilkan pola sebaran cahaya secara vertikal dan
horizontal, ditunjukan dengan pembagian zona cahaya yang terdiri dari centre zone
(CZ) dengan kedalaman cahaya 0-4 m jangkauan 0-4 m, main zone (MZ) dengan
kedalaman cahaya 5-12 m jangkauan 5-6 m, influence zone (IZ) dengan kedalaman
cahaya 13-15 m jangkauan 6-7 m. Ketiga, Hasil dari penelitian ini adalah perubahan
warna hijau ke biru dan biru ke merah secara halus (smooth) dan konstan.
Berdasarkan hasil uji coba di bagan tancap perubahan intensitas cahaya
secara halus pada Gambar 63 sampai dengan Gambar 70, menunjukkan bahwa ikan
tidak mengalami terkejut tetapi tetap di catchable area.
Dari kedua pengamatan keberadaan ikan untuk transisi intensitas cahaya
warna biru-hijau 0-250 PWM dan hijau-merah 0-250 PWM, dari sisi spasial
menunjukkan pola tingkah laku ikan disekitar cahaya saat terjadi perubahan warna
biru ke hijau atau hijau ke merah, tidak keluar dari catchable area, atau ikan tidak
terkejut untuk meninggalkan catchable area.
Pengamatan keberadaan ikan pada transisi warna biru-hijau dan hijaumerah,
baik dari sisi temporal atau sisi spasial menunjukkan bahwa ikan tetap
berada pada sekitar cahaya atau ikan tidak terkejut terhadap perubahan warna yang
dilakukan secara halus.
Berdasarkan hasil uji coba pada saat pengoperasian alat pemikat ikan
dengan sistem microcontroller di bagan tancap, perubahan warna cahaya LED
dapat dilakukan dengan halus (smooth) secara konstan dan kontinyu menggunakan
sistem modulasi lebar pulsa atau PWM dengan langkah pengaturan pulsa 5 PWM.
Pengaturan modulasi lebar pulsa mempunyai range 0 – 250 PWM. Keempat,
vi
Perubahan warna cahaya yang dilakukan dengan halus (smooth) pada saat
pengoperasian ikan di bagan tancap, mempengaruhi perubahan tingkah laku pada
ikan untuk tetap melakukan schooling, ikan tidak terkejut dengan adanya perubahan
warna cahaya secara halus namun tetap berada sekitar catchable area. Efektifitas
alat pemikat ikan dengan perubahan intensitas cahaya LED RGB mampu
mendapatkan komposisi tangkapan ikan dengan jumlah 50 kg dari 5 spesies ikan
yang berbeda yaitu petek (Leiognathus equulus), selar bentong (Selar
crumenophthalmus), cumi-cumi (Loligo sp), teri (Stolephorus indicus), teri nasi
(Stolephorus sp), beseng (Apogon sp) pada pengoperasian bagan tancap jam 18.00
– 03.00 WIB. Alat pemikat ikan dengan pengaturan intensitas cahaya berdasarkan
modulasi lebar pulsa cukup efisien dalam pemakaian BBM, dimana konsumsi
bahan bakar minyak dengan menggunakan 3 liter bensin atau Rp30 000 mampu
menghemat biaya sebesar Rp45 000 dalam satu malam, dibandingkan dengan
menggunakan lampu halogen dan neon yang mengkonsumsi bahan bakar 10 liter
solar atau sebesar Rp75 000. Pendapatan hasil tangkapan untuk lampu kontrol
Rp750 000 dan lampu perlakuan (lampu LED RGB) Rp850 000. Keuntungan
ekonomi yang diperoleh sebesar Rp145 000. Biaya pembuatan alat ini termasuk
murah, karena dapat dibuat dengan biaya sebesar Rp4 315 000 dibandikan dengan
menggunakan lampu merkuri atau neon yang memiliki harga cukup tingi dan sering
putus.
Simpulan dari penelitian ini adalah bahwa rekayasa pengembangan lampu
LED alat pemikat ikan dengan sistem microcontroller pada perikanan bagan tancap
mampu mengatur perubahan intensitas warna cahaya secara halus (smooth) dan
konstan, efektif dalam penangkapan ikan, dan efisien dalam bahan bakar minyak
(BBM). | id |