Show simple item record

dc.contributor.advisorQayim, Ibnul
dc.contributor.advisorMuhadiono, Ignatius
dc.contributor.advisorPurwanto, Yohanes
dc.contributor.advisorZuhud, Ervizal AM
dc.contributor.authorSutarno, Simon
dc.date.accessioned2020-08-03T00:20:47Z
dc.date.available2020-08-03T00:20:47Z
dc.date.issued2019
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/103355
dc.description.abstractMasyarakat Hatam adalah bagian (anak suku/sub suku) dari kelompok suku besar Arfak yang merupakan penduduk asli pegunungan Arfak di Manokwari, Papua Barat. Sebagian besar masyarakat Hatam mendiami daerah perkampungan yang tersebar dari dataran rendah hingga pegunungan. Masyarakat Hatam sejatinya memiliki budaya dan adat istiadat yang kuat sebagai cerminan kuatnya interaksi mereka dengan lingkungan sekitar, meskipun dalam perkembangannya mereka lebih dituntut untuk dapat menyesuaikan diri atau beradaptasi dengan setiap perubahan yang terjadi sebagai dampak kemajuan informasi dan teknologi. Saat menghadapi inovasi yang kerap mengatasnamakan kesejahteraan, masyarakat Hatam harus berhadapan dengan berbagai intervensi yang justru bertolak belakang dengan adat ataupun kebiasaan yang mereka jalani. Kondisi demikian kemudian memunculkan ketidaksinambungan antara program pembangunan dengan nilainilai budaya dan pengetahuan tradisional masyarakat Hatam. Pengetahuan lokal yang dimiliki masyarakat Hatam sangat luas dan kompleks, termasuk di dalamnya pengetahuan tentang lingkungan, hewan dan tumbuhan. Tujuan umum penelitian ini adalah mengidentifikasi, mengungkapkan, dan menganalisis pengetahuan etnobiologi masyarakat Hatam (etnoekologi, etnobotani, dan etnozoologi) serta faktor yang mempengaruhinya dalam rangka pengelolaan sumberdaya alam hayati dan ekosistem secara berkelanjutan. Adapun tujuan khususnya yaitu : (i) terungkapnya pengetahuan etnobiologi masyarakat Hatam secara rinci (etnoekologi, etnobotani, dan etnozoologi) sebagai dasar untuk pengembangan sumberdaya alam dan ekosistemnya secara berkelanjutan. (ii) Mengetahui jenis-jenis sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya yang memiliki potensi ekonomi untuk dikembangkan secara berkelanjutan. Pemahaman masyarakat Hatam terhadap lingkungan dan fungsinya sangat baik. Masyarakat Hatam mengelompokkan satuan lingkungan ke dalam dua kategori yaitu satuan lingkungan alami yang terdiri dari bahamti (hutan yang dilindungi); dan menyei (sungai), serta satuan lingkungan buatan terdiri dari : minu (kampung); menut miei (bekas kampung); meaisi (kebun baru); breisi (kebun lama); stumti (bekas kebun); susti (hutan sekunder muda); dan nemahanti (hutan sekunder). Breisi merupakan satuan lingkungan yang memiliki tingkat kepentingan paling tinggi diantara satuan lingkungan yang ada. Selain sebagai tempat bercocoktanam khususnya tanaman pangan, breisi juga merupakan dapur alam yang berperan sebagai tempat penyimpanan bahan makanan khususnya berupa ubi-ubian, dan sayuran. Pemanfaatan tumbuhan secara tradisional masih menjadi ciri masyarakat Hatam di pegunungan Arfak. Penggunaan tumbuhan sebagai bahan pangan, obat, kayu bakar, bahan konstruksi, serat dan tali, pewarna alami, dan teknologi tradisional merupakan bentuk-bentuk penggunaan tumbuhan yang umum dijumpai dalam kehidupan mereka. Masyarakat Hatam dapat memenuhi kebutuhan pangan nabati melalui kegiatan budidaya terutama untuk makanan pokok/penghasil karbohidrat. Tercatat 76,92 % tumbuhan penghasil karbohidrat yang dikonsumsi masyarakat Hatam merupakan hasil budidaya, sedangkan sisanya 23,07 % merupakan tumbuhan liar. Kegiatan budidaya tumbuhan merupakan salah satu strategi masyarakat Hatam dalam mempertahankan ketersediaan pangan, selain memanfaatkan ketersediaan di alam. Analisis Index of Cultural Significance (ICS) menunjukkan sembilan jenis tumbuhan memiliki nilai tinggi yaitu : Dodonaea viscosa, Dendrocalamus asper, Manihot esculenta, Alstonia scholaris, Zingiber officinale, Ipomoea batatas, Schizostachyum lima, Areca catechu, dan Hornstedtia scotiana. Peranan hewan dalam kehidupan masyarakat Hatam ditunjukkan melalui tujuh bentuk penggunaan hewan dalam kehidupan mereka meliputi : hewan konsumsi/bahan pangan, bahan obat, hewan bernilai ekonomis, hewan untuk keperluan adat, berburu, aksesoris, dan hewan yang memiliki makna tertentu. Masyarakat Hatam secara turun temurun aktif melakukan perlindungan terhadap hewan dan habitatnya untuk menjaga kelestarian dan keberlanjutan manfaatnya. Bentuk perlindungan yang masih dilakukan hingga kini adalah dengan membuat tanda larangan tradisional. Terdapat dua bentuk tanda larangan yaitu mingkuen dan kuak. Kedua bentuk tanda larangan tersebut memiliki fungsi yang sama, hanya saja bahan yang digunakan berbeda. Mingkuen dibuat menggunakan bambu (Schizostachyum lima), sedangkan kuak terbuat dari pohon Polyscias nodosa. Perubahan habitat merupakan ancaman yang cukup serius bagi keberadaan pengetahuan etnozoologi masyarakat Hatam. Perlindungan fungsi ekologi meliputi perlindungan bahamti (hutan primer) dan kehidupan di dalamnya, pemanfaatan tumbuhan dan hewan berikut strategi pelestariannya, dan nilai-nilai sosial budaya yang menjamin hubungan sosial masyarakat Hatam merupakan bagian dari aspek pembangunan berkelanjutan yang telah ada pada kehidupan masyarakat Hatam sejak lama. Untuk mengintegrasikan pengetahuan masyarakat Hatam ke dalam sebuah konsep kebijakan pembangunan berkelanjutan diperlukan dukungan Perguruan Tinggi, dan Lembaga Penelitian sebagai penghasil RUMAS (Pengetahuan Baru Untuk Kesejahteraan Masyarakat), dan pemerintah daerah sebagai pihak yang paling bertanggungjawab bagi pembangunan masyarakat. Secara keseluruhan, simpulan dari penelitian adalah adanya kemampuan masyarakat Hatam untuk mengelola tiap satuan lingkungan untuk memenuhi kebutuhan mereka. Kemampuan melakukan budidaya tanaman pangan, dan pengetahuan tentang pengobatan alami merupakan potensi besar untuk dikembangkan demi meningkatkan ketahanan pangan dan kesehatan yang lebih baik bagi masyarakat Hatam kedepan. Untuk membangun masyarakat Hatam secara berkelanjutan, maka tiga hal yang harus diperhatikan adalah : (i) mengintegrasikan nilai-nilai budaya dan kearifan lokal dalam rancangan kebijakan pembangunan berkelanjutan yang diperuntukan bagi masyarakat Hatam, (ii) menjamin pengakuan dan penguatan nilai-nilai budaya dan kearifan lokal masyarakat Hatam dalam kerangka pengelolaan kawasan konservasi berbasis sosial budaya yang berkelanjutan, (iii) pendampingan masyarakat Hatam dengan sumberdaya dan IPTEKS yang sesuai dengan spesifik lokal sumberdaya alamnya secara berkelanjutan.id
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB (Bogor Agricultural University)id
dc.subjectBogor Agricultural University (IPB)
dc.subject.ddcPlant Biologyid
dc.subject.ddcEthnobiologyid
dc.subject.ddc2017id
dc.subject.ddcManokwari, Papua Baratid
dc.titleEtnobiologi dan Pengelolaan Sumberdaya Hayati Berkelanjutan Masyarakat Hatam di Papua Barat.id
dc.typeDissertationid
dc.subject.keywordarfak tribeid
dc.subject.keywordethnobotanyid
dc.subject.keywordethnoecologyid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record