Show simple item record

dc.contributor.advisorSumardjo
dc.contributor.advisorSaleh, Amiruddin
dc.contributor.advisorAgusta, Ivanovich
dc.contributor.authorZulfiningrum, Rahmawati
dc.date.accessioned2020-08-03T00:19:57Z
dc.date.available2020-08-03T00:19:57Z
dc.date.issued2019
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/103352
dc.description.abstractBeras hitam (Oryza Sativa L. Indica) merupakan salah satu bahan pangan alternatif yang mengandung anthocyanin, antioksidan, dan serat yang tinggi; sehingga dapat membantu mengatasi masalah penyakit degeneratif, seperti serangan jantung dan diabetes yang disebabkan oleh konsumsi makanan dan gaya hidup yang tidak sehat. Mengacu pada manfaat kesehatan dan nilai ekonomi yang tinggi, pengembangan program pertanian beras hitam memerlukan keterlibatan dan peran aktif seluruh sensemaker (aktor yang terlibat dalam pengembangan program), agar dapat bermanfaat secara luas bagi kesehatan masyarakat dan meningkatkan kesejahteraan petani. Pengembangan program beras hitam di Kecamatan Sirampog Kabupaten Brebes pada awalnya dikembangkan oleh Dinas Pertanian melalui Badan Pelaksana Penyuluhan (Bapeluh) dengan pendanaan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten Brebes Tahun 2015. Pada tahun 2008, program Farmer Empowerment through Agricultural Technology and Information (FEATI) dijalankan untuk menghasilkan One Village One Product (OVOP), dan melakukan Participatory Rural Appraisal (PRA) pengkajian potensi wilayah. Setelah FEATI usai, pengembangan program dilanjutkan hingga awal tahun 2017. Keberhasilan pengembangan program pertanian beras hitam memerlukan proses komunikasi yang efektif di antara sensemaker. Partisipasi petani dalam pengembangan program beras hitam masih rendah. Hal ini dikarenakan pengembangan program merubah kebiasaan petani dari menanam beras hitam skala kecil menjadi skala besar, perubahan ini berbenturan dengan budaya masyarakat setempat. Program beras hitam dianggap tidak mampu berkembang karena terdapat beragam perbedaan sense dan cara berpikir di antara sensemaker dalam menilai pengembangan program, kesulitan untuk mengetahui koherensi di antara sensemaker, dan strategi yang dibutuhkan. Terdapat kondisi yang ambigu pada pengembangan program yaitu pada sifat masalah, informasi, dan tujuan program. Ketidakpastian program terjadi pada pembagian peran, tanggungjawab, dan langkah-langkah dalam mencapai keberhasilan program. Berdasarkan latar belakang tersebut, tujuan penelitian adalah: (1) menganalisis proses komunikasi dalam pengembangan program pertanian beras hitam, (2) menganalisis koherensi di antara sensemaker dalam pengembangan program pertanian beras hitam, dan (3) merumuskan strategi komunikasi yang efektif dalam pengembangan program pertanian beras hitam. Penelitian menggunakan metode sensemaking dari teori komunikasi organisasi, teori konvergensi komunikasi, dan pendekatan pola budaya. Paradigma konstruktivis dengan pendekatan kualitatif dan metode fenomenologi diterapkan untuk membangun pemahaman tentang pengembangan program berdasarkan sudut pandang sensemaker dalam proses komunikasi program. Situasi sensemaking dipetakan melalui tujuh karakteristik sensemaking dan 12 parameter untuk menganalisis permasalahan program. Word cloud digunakan untuk mengetahui topik utama yang dikemukakan oleh sensemaker dan melakukan interpretasi. Jaringan komunikasi digunakan untuk melihat komunikator utama yang memiliki peran pada proses komunikasi sebagai dasar dalam merumuskan strategi komunikasi. Beras hitam bagi masyarakat Sirampog bukan hanya sekedar bahan pangan, tetapi memiliki kaitan erat dengan budaya dan pengetahuan lokal. Terdapat tiga elemen unsur budaya, yaitu: way of life, community dan tradition. Sebagai way of life beras hitam merupakan bagian dari cara hidup masyarakat Sirampog, yaitu tanaman pelindung agar selamat dan menjaga kesuburan tanah. Masyarakat terbiasa menanam dengan luasan tanam sedikit, seperti ditanam di sudut lahan tulakan (atas) atau bawahan (bawah). Sebagai elemen community, benih beras hitam berasal dari desa Sridadi dan Kaligiri, dimana masyarakat Sirampog terbiasa menanam beras hitam secara turun temurun. Beras hitam sebagai tradition, terdapat pesan leluhur dan tradisi agar masyarakat selalu menanam dan melestarikan beras hitam. Hingga saat ini, beras hitam digunakan oleh masyarakat sebagai aset simpanan seperti cengkeh atau emas. Pengembangan program beras hitam meskipun terjadi proses komunikasi, namun apabila tidak terjadi dialog didalamnya yang menghasilkan kesetaraan pendapat antara pembuat kebijakan, koordinator program, dan pelaksana program maka tidak dapat menghasilkan konvergensi. Konvergensi dan koherensi pada pengembangan program beras hitam akan terjadi apabila terdapat komunikasi yang dialogis, intensif, dan berlangsung dua arah sehingga dapat meningkatkan partisipasi. Komunikasi yang partisipatif adalah yang bersifat dialog, semakin intensif interaksi dalam proses komunikasi maka akan menghasilkan konvergensi dan koherensi di antara sensemaker. Koherensi di antara sensemaker dalam pengembangan program pertanian beras hitam dipengaruhi oleh pemahaman pengelola program terhadap pengetahuan lokal, yaitu: (1) tradisi menanam beras hitam dalam jumlah sedikit untuk konsumsi pribadi, (2) beragam kendala dalam pengembangan program, dan (3) keraguan sensemaker (equivocality) dikarenakan efek panen raya. Komunikasi program sangat diperlukan untuk menyampaikan tujuan pengembangan program dan tahapan pencapaiannya kepada masyarakat secara menyeluruh. Koherensi dapat dicapai ketika terjadi penerapan tindakan kolektif di antara sensemaker. Hasil analisis sebaran derajat sentralitas menunjukkan bahwa Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) memiliki kemampuan menjadi jembatan komunikasi antara Dinas Pertanian dengan petani. Tahapan strategi komunikasi dalam pengembangan program pertanian beras hitam adalah: (1) komunikasi dialogis melalui sosialisasi program sehingga dapat merubah perilaku petani agar lebih partisipatif, (2) mobilisasi sosial peningkatan intensitas interaksi melalui proses komunikasi dan program pelatihan untuk mencapai konvergensi dan koherensi, (3) advokasi melalui peningkatan dukungan dari pemerintah daerah dan instansi pemerintah yang berkaitan, (4) komunikasi kolaboratif melalui kerjasama dengan off taker. Perumusan strategi secara spesifik dapat meningkatkan partisipasi seluruh sensemaker dan mencapai keberlanjutan dalam pengembangan program pertanian beras hitam.id
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB (Bogor Agricultural University)id
dc.subject.ddcCommunication Developmentid
dc.subject.ddcParticipatory communicationid
dc.subject.ddc2018id
dc.subject.ddcBrebes-Jawa Tengahid
dc.titleKomunikasi Partisipatif dalam Pengembangan Program Pertanian Beras Hitamid
dc.typeDissertationid
dc.subject.keywordberas hitamid
dc.subject.keywordkoherensiid
dc.subject.keywordkonvergensiid
dc.subject.keywordproses komunikasiid
dc.subject.keywordstrategi komunikasiid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record