Show simple item record

dc.contributor.advisorSukenda
dc.contributor.advisorZairin Jr, Muhammad
dc.contributor.advisorLusiastuti, Angela Mariana
dc.contributor.advisorNuryati, Sri
dc.contributor.authorSuhermanto, Achmad
dc.date.accessioned2020-08-03T00:17:08Z
dc.date.available2020-08-03T00:17:08Z
dc.date.issued2019
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/103339
dc.description.abstractStreptococcosis mulai dilaporkan terjadi di Indonesia tahun 2009 dan hingga tahun 2015 hasil identifikasi menunjukkan Streptococcus agalactiae non-hemolitik menjadi penyebab utama. Penelitian streptococcosis selama ini banyak terpusat di Pulau Jawa, sementara diluar Pulau Jawa sebagai produsen ikan nasional yang menyumbang lebih 60% produksi nasional jarang dilakukan. Beberapa penelitian menyebutkan bahwa faktor geografis memberikan pengaruh terhadap karakteristik fenotip dan genotip S. agalactiae, sehingga sulit menyediakan satu sediaan bakteri sebagai penyusun vaksin yang potensial untuk memproteksi serangan S. agalactiae di seluruh Indonesia. Berdasarkan hal tersebut, maka dilakukan penelitian untuk pencegahan streptococcosis pada ikan nila, yang terdiri dari 4 tahap yaitu 1) analisis karakteristik fenotip dan genotip S. agalactiae, 2) identifikasi gen virulen dan korelasinya terhadap patogenesitas S. agalactiae, 3) toksisitas sel utuh dan extracellular product (ECP) S. agalactiae β-hemolitik dan non-hemolitik pada ikan nila, dan 4) penentuan komposisi formulasi vaksin dan efikasi vaksin polivalen terhadap ikan nila. Tahap pertama penelitian dilakukan untuk mengetahui karakteristik bakteri S. agalactiae meliputi uji fenotip, identifikasi isolat dengan konvensional PCR serta analisis pohon filogenetik. Karakterisasi dilakukan terhadap sepuluh isolat bakteri terdiri dari lima isolat berasal dari Pulau Jawa (N14G, NK1, NB002O, NT01O, N2O), dua asal Papua (NP104O dan NP105O), Kalimantan Selatan (S01-196-16), Gorontalo (NMbO), dan Jambi (SG01-16). Hasil uji biokimia menunjukkan semua isolat kokus Gram positif, non-motil, katalase dan oksidase negatif, fermentatif positif, tidak tumbuh pada media sulphide indole motility (SIM), tumbuh pada media NaCl 6.5% dan bile salt 40%, uji D-mannitol dan Aesculin diperoleh hasil negatif. Hasil uji tumbuh dalam media blood agar, semua isolat asal Pulau Jawa dan Gorontalo termasuk dalam tipe non-hemolitik (biotipe 2), sedangkan isolat dari Papua, Kalimatan Selatan dan Jambi tergolong dalam tipe β-hemolitik (biotipe 1). Semua strain S. agalactiae dominan resisten terhadap antibiotik yang diujikan. Semua isolat dikonfirmasi berdasarkan hasil BLAST diperoleh identity 97-99% bakteri S. agalactiae, dan hasil konstruksi pohon filogenetik sebanyak sepuluh S. agalactiae lokal Indonesia terbagi dalam dua clade. Perbedaan karakter fenotip S. agalactiae pada penelitian tahap pertama dipengaruhi oleh genotip, sehingga pada penelitian tahap kedua dilakukan identifikasi gen virulen. Munculnya serta jumlah gen virulen dikorelasikan dengan patogenisitas bakteri pada ikan nila dengan mengamati gejala klinis, perubahan patologi anatomi, hematologi, histopatologi dan kematian ikan. Hasil uji diperoleh, kelompok bakteri tipe β-hemolitik (NP104O, NP105O, SG01-16 dan S01-196-16) terdeteksi 7/10 gen virulen (cylE, hylB, bibA, PI-2b, fbs A, fbs B, dan gap), sedangkan bakteri non-hemolitik (N14G, NK1, NT01O dan N2O) gen virulen yang terdeteksi sebanyak 6/10 gen (hylB, bibA, fbs A, fbs B, gap, dan cfb). Bakteri SG01- 16 (β-hemolitik) terdeteksi 7/10 gen virulen namun berbeda dengan isolat β- hemolitik yang lain karena tidak terdeteksi gen PI-2b, tetapi terdeteksi gen cfb. Sebanyak dua gen virulen tidak terdeteksi pada kedua biotipe bakteri di atas yaitu lmb dan PI-1. Banyaknya gen virulen pada S. agalactiae terhadap patogenisitas bakteri pada ikan nila. Selain gen virulen, pada bakteri Gram positif terdapat extracellular product (ECP) sebagai faktor virulensi S. agalactiae. Penelitian tahap ketiga dilakukan bertujuan untuk membandingkan toksisitas sel utuh dan extracellular product (ECP) bakteri β-hemolitik dan non-hemolitik. Hasil uji diketahui berat molekul (BM) protein sel utuh S. agalactiae berada pada kisaran 13.93-150 kDa, sedangkan ECP bakteri tipe β-hemolitik berkisar antara 32.00-85.41 kDa dan 59.43-85.41 kDa pada bakteri non-hemolitik. Ikan nila yang diinjeksi sel utuh dan ECP menunjukkan mortalitas tertinggi pada perlakuan ECP bakteri β-hemolitik SG01-16, NP105O dan non-hemolitik N14G sebesar 100%, 91% dan 20%, dengan mean time of death (MTD) masing-masing 9.98, 11.44, dan 82.29 jam. Hingga masa pemeliharaan selama 21 hari tidak ditemukan adanya kematian pada ikan nila yang dinjeksi semua sel utuh bakteri S. agalactiae. Hasil dari karakterisasi fenotip, genotip, gen virulen, patogenisitas, keberadaan sel utuh dan ECP dijadikan dasar penentuan komposisi formulasi vaksin. Penelitian terakhir membuat formulasi vaksin, dilakukan uji kualitas vaksin, serta uji efikasi vaksin dengan parameter utama RPS dan antibodi, dan durasi waktu proteksi vaksin S. agalactiae. Komposisi bakteri penyusun vaksin polivalen: N14G 30%, NP105O dan SG01-16 masing masing sebanyak 35%. Vaksinasi dilakukan menggunakan vaksin monovalen (Va, Vb dan Vc) dan vaksin polivalen berbeda konsentrasi (Vd, Ve, Vf) masing-masing 109, 108, 107 CFU ikan-1, diinjeksi secara intraperitoneal (IP) sebanyak 0.1 mL. Proteksi vaksin monovalen mengalami penurunan nilai RPS hingga 25% saat diuji tantang bakteri S. agalactiae heterolog. Ikan nila yang divaksin dengan vaksin polivalen konsentrasi 109 CFU ikan-1 memiliki proteksi cenderung stabil dengan nilai RPS 80.00, 78.79, 77.78% pascauji tantang dengan S. Agalactiae. Proteksi vaksin polivalen yang dibooster memiliki nilai RPS 90.91, 81.82 dan 84.21% saat diuji tantang bakteri NP105O, N14G dan SG01-16, sedangkan vaksin polivalen non-booster menghasilkan level proteksi 63.64% pascauji tantang bakteri N14G, dan mengalami penurunan nilai RPS 0.00 pascauji tantang bakteri NP105O dan SG01-16. Simpulan akhir dari penelitian ialah infeksi streptococcosis pada ikan nila di Indonesia disebabkan bakteri S. agalactiae tipe β-hemolitik dan non-hemolitik yang berbeda karakteristik fenotip dan genotipnya. Faktor virulensi berupa gen virulen ditemukan sebanyak 7/10 dan 6/10 gen S. agalactiae tipe β-hemolitik dan nonhemolitik serta extracelluar product (ECP) yang berkorelasi positif terhadap patogenisitas. Bakteri penyusun vaksin polivalen adalah: SG01-16:NP105O:N14G dengan komposisi 35%:35%:30% dalam satu sediaan vaksin. Vaksin polivalen dengan konsentrasi 109 CFU ikan-1 memberikan nilai RPS tertinggi pascauji tantang selama pemeliharaan 35 hari dan perlakuan booster hingga pemeliharaan 77 hari.id
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB (Bogor Agricultural University)id
dc.subject.ddcAquaculture Sciencesid
dc.subject.ddcO. Niloticusid
dc.subject.ddc2017id
dc.subject.ddcDepok, Jawa Baratid
dc.titleVaksin Polivalen Streptococcus agalactiae untuk Pencegahan Penyakit Streptococcosis pada Ikan Nila (Oreochromis niloticus).id
dc.typeDissertationid
dc.subject.keywordfenotipid
dc.subject.keywordgenotipid
dc.subject.keywordpolivalenid
dc.subject.keywordrelative percent survivalid
dc.subject.keywordS. agalactiaeid
dc.subject.keywordvaksinid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record