Show simple item record

dc.contributor.advisorLubis, Djuara P.
dc.contributor.advisorSuharjito, Didik
dc.contributor.authorSardi
dc.date.accessioned2020-08-03T00:16:46Z
dc.date.available2020-08-03T00:16:46Z
dc.date.issued2019
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/103337
dc.description.abstractSalah satu sebab kerusakan hutan tropis adalah hilangnya masyarakat lokal di sekitar hutan yang memiliki pengetahuan ekologi tradisional seperti pemanfaatan tanaman obat dan sumber mata air. Selain itu secara sosial ekonomi mereka bergantung dalam pemenuhan kebutuhan hidup termasuk pangan dan kesehatan. Penggundulan hutan di Indonesia cenderung meningkat dari tahu ke tahun. Deforestasi pada 1970-an mencapai 300.000 hektare meningkat menjadi 600.000 hektare (1981); dan pada 1990 mencapai satu juta hektare. Sejak 1996, laju deforestasi meningkat menjadi menjadi rata-rata dua juta hektare per tahun. Pemanfaatan tumbuhan obat dan sumber mata air merupakan kearifan lokal Warga Desa Waesano, Kecamatan Sanonggoang, Kabupaten Manggarai Barat. Kearifan lokal sebagai bentuk kebudayaan, yakni keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar. Manusia menciptakan budaya sebagai suatu adaptasi terhadap lingkungan fisik dan biologis. Penelitian kualitatif di Desa Waesano ini menggunakan metode etnografi komunikasi untuk menjelaskan hubungan antarkategori dalam penelitian. Etnografi komunikasi berupaya menggambarkan cara-cara hidup manusia. Dengan demikian etnografis mengacu pada deskripsi ilmiah sosial tentang manusia dan landasan budaya kemanusiaannya, kajian tentang kehidupan dan kebudayaan suatu masyarakat atau etnik. Kearifan tradisional salah satu warisan budaya di masyarakat umumnya berisi ajaran untuk memelihara dan memanfaatkan sumber daya alam secara berkelanjutan. Oleh karena itu, kearifan lokal memerlukan proses enkulturasi, yakni proses penerusan kebudayaan kepada seseorang individu yang dimulai segera setelah dilahirkan. Sebetulnya kebudayaan itu komunikasi dan komunikasi itu kebudayaan. Enkulturasi kearifan lokal pemanfaatan tumbuhan obat melalui komunikasi ritual seperti antara ayah dan anak, mertua dan menantu, serta mbeko atau herbalis dengan pasien. Bentuk komunikasi lain yang berperan dalam proses enkulturasi berlangsung dalam kelompok pada produsen tumbuhan obat serta siswa di sekolah yang memperoleh pelajaran tumbuhan obat dari guru mata pelajaran muatan lokal Pendidikan Lingkungan Hidup dan Konservasi. Ritual taing hang empo untuk mengatasi penyakit tertentu yang tidak kunjung sembuh juga berperan dalam enkulturasi. Begitu juga enkulturasi kearifan lokal berupa pemanfaatan mata air juga melalui beragam pola komunikasi. Pertama, komunikasi interpersonal antara ayah dan anak. Kedua, komunikasi kelompok ketika berlangsung nempung cama riang puar atau nacaripu dan program laat puar. Ketiga, komunikasi ritual wau wae dan nareng wae. Dengan beragam proses komunikasi itu maka kedua kearifan lokal itu diharapkan mampu bertahan di Desa Waesano.id
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB Universityid
dc.subject.ddcCommunication developmentid
dc.subject.ddcRitual communicationid
dc.subject.ddc2017id
dc.subject.ddcKab. Manggarai Barat-NTTid
dc.titleKomunikasi Ritual dalam Pelestarian Kearifan Lokal di Desa Waesano, Kecamatan Sanonggoang, Kabupaten Manggarai Baratid
dc.typeDissertationid
dc.subject.keywordenkulturasiid
dc.subject.keywordkearifan lokalid
dc.subject.keywordkomunikasi ritualid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record