Model Pengelolaan Terpadu Ekowisata Bahari di Kawasan Konservasi Perairan Raja Ampat
View/ Open
Date
2020Author
Yuanike
Yulianda, Fredinan
Bengen, Dietriech G.
Dahuri, Rokhmin
Metadata
Show full item recordAbstract
Kajian tentang model pengelolaan terpadu ekowisata bahari di kawasan
konservasi perairan Raja Ampat dilakukan melalui pemetaan potensi jasa
ekosistem berbasis sumberdaya pesisir, laut dan pulau-pulau kecil, penentuan
daya dukung kawasan berbasis kesesuaian kawasan dan faktor pembatas
lingkungan serta perlindungan terhadap sumberdaya pesisir, laut dan pulau-pulau
kecil. Penelitian disertasi ini dilakukan dengan menghimpun data maupun
informasi ilmiah dari berbagai sumber dan studi komprehensif dari berbagai
kajian di lapangan dengan menggunakan metode penelitian eksploratif, deskriptif,
dan komparatif. Pengambilan data dilakukan pada bulan November 2016 sampai
dengan November 2017. Pengambilan data penelitian dengan menggunakan
metode LIT (Line Intercept Transect), UVC (Underwater Visual Census), dan
dengan menggunakan metode transek kuadran (Quadrant Transect). Pengambilan
data sosial ekonomi dilakukan melalui wawancara langsung dengan wisatawan
maupun masyarakat lokal. Data sekunder diperoleh melalui kompilasi data dari
berbagai sumber informasi ilmiah, yaitu jurnal, laporan penelitian, dan sumber
lainnya. Analisis data dilakukan dengan menggunakan analisis statistik deskriptif,
kesesuaian, daya dukung kawasan, SIG (Sistem Informasi Geografis),
kelembagaan, dan analisis keberlanjutan.
Hasil penelitian menunjukkan kondisi terumbu karang di perairan Selat
Dampier termasuk dalam kategori baik dengan rata-rata nilai tutupan karang keras
sebesar 64.24%. Jenis karang keras yang telah diidentifikasi sebanyak 141 jenis
dan termasuk dalam 16 famili. Jumlah jenis ikan karang yang ditemukan sebanyak
232 jenis (37 308 individu) dengan komposisi 27 jenis (557 individu) ikan
indikator, 95 jenis (13 578 individu) ikan target, dan 110 jenis (23 173 individu)
ikan major. Tumbuhan mangrove sejati ditemukan sebanyak 9 jenis dan termasuk
dalam 6 famili, sedangkan mangrove asosiasi berjumlah 12 jenis yang termasuk
dalam 11 famili. Ekosistem padang lamun dengan karakteristik habitat pasir putih
halus merupakan feeding ground bagi satwa dugong. Jenis lamun yang ditemukan
sebanyak 4 (empat) jenis termasuk kategori kepadatan sedang dan berada dalam
kondisi ekosistem padang lamun yang kurang sehat (47.68%).
Arah angin dominan di sekitar Raja Ampat adalah menuju Timur Laut dan
sangat dipengaruhi oleh pola angin Muson. Gelombang terjadi selama 19-116
hari/tahun dan skala 6 Beaufort terjadi selama 1-17 hari/tahun. Hasil peramalan
gelombang menunjukkan tinggi gelombang signifikan dan bervariasi antara 0.001-
2.19 m/s. Curah hujan tahunan berkisar antara 1 432-3 819 mm/tahun. Suhu
Permukaan Laut (SPL) rata-rata di perairan Raja Ampat adalah 29.0 oC dengan
kisaran sebesar 19.3-36.0 oC. Pada perairan Selat Dampier terjadi fenomena
upwelling, sehingga memungkinkan pasokan nutrien bagi perairan dan sangat
dibutuhkan untuk pertumbuhan serta perkembangan biota laut.
Hasil analisis kesesuaian kawasan menunjukkan potensi luas area yang dapat
digunakan untuk ekowisata selam adalah 4 631 896.14 m2. Luas total kategori S1
adalah 1 654 846.12 m2 sedangkan kategori S2 adalah 2 997 050.02 m2. Potensi
v
luas area yang dapat digunakan untuk ekowisata snorkeling adalah 1 592 400 m2.
Luas total kategori S1 adalah 306 800 m2, kategori S2 adalah 648 500 m2
sedangkan kategori S3 adalah 637 100 m2. Potensi luas kawasan hutan mengrove
yang dapat dimanfaatkan untuk ekowisata mangrove adalah 1 352 200 m2,
sedangkan potensi luas kawasan ekosistem lamun yang dapat dimanfaatkan untuk
ekowisata padang lamun adalah 138 100 m2. Potensi daya dukung kawasan untuk
ekowisata selam adalah 9 067 penyelam/hari dan 335 484 penyelam/tahun. Daya
dukung kawasan untuk ekowisata snorkeling adalah 3 104 orang/hari, dan 114
840 orang/tahun. Potensi daya dukung kawasan untuk ekowisata mangrove adalah
1 067 orang/hari, dan 49 346 orang/tahun. Daya dukung kawasan untuk ekowisata
lamun adalah 554 orang/hari dan 24 518 orang/tahun.
Luas area pemanfaatan yang direkomendasikan untuk ekowisata bahari,
dengan mempertimbangkan preservasi ekosistem dan jalur migrasi satwa adalah
ekowisata selam 1 686 919.28 m2, ekowisata snorkeling 1 120 962.61 m2,
ekowisata mangrove 542 232.20 m2 dan ekowisata lamun 103 575.00 m2.
Pengaturan pemanfaatan kawasan area maksimum, DDK adalah 6 464 wisatawan/
hari dan 410 480 wisatawan/tahun. Alokasi kunjungan wisatawan dapat diatur
berdasarkan kapasitas daya dukung ekologis kawasan (50:50) untuk kategori
wisatawan internasional dan wisatawan domestik dengan biaya masuk kawasan
konservasi sebesar Rp1 000 000/orang (wisatawan mancanegara) dan Rp500 000/
orang (wisatawan domestik). Jumlah PAD yang dapat diterima dari sektor
pariwisata (penerimaan KJL) berdasarkan sistem kuota (50:50) adalah Rp4 848
000 000/hari dan Rp307 860 000 000/tahun. Pengaturan pemanfaatan area 25 %
maka DDK 25% area adalah 1 335 wisatawan/hari dan 102 665 wisatawan/tahun.
Prediksi jumlah PAD yang dapat diterima adalah Rp1 102 250 000/hari dan
Rp76 998 750 000/tahun. Pengaturan pemanfaatan area 50 % maka DDK 50% area
adalah 2 671 wisatawan/hari dan 181 795 wisatawan/tahun. Prediksi jumlah PAD
yang dapat diterima adalah Rp2 003 250 000/hari dan Rp136 346 250 000/tahun.
Pengaturan pemanfaatan kawasan yang direkomendasikan untuk ekowisata
bahari berbasis ekosistem dengan mempertimbangkan ODTE, aksesibilitas
dan keterjangkauan kawasan yaitu : Pengelolaan wilayah I : P. Gam, P. Manswar
dan P. Waigeo bagian selatan maka DDK adalah 3 310 wisatawan/hari
dan 226 383 wisatawan/tahun. Jumlah PAD yang dapat diterima dari sektor
pariwisata adalah Rp2 482 500 000/hari dan Rp199 787 250 000/tahun.
Pengelolaan wilayah II : P. Batanta (bagian utara dan selatan) maka DDK adalah
788 wisatawan/hari dan 56 250 wisatawan/tahun. Prediksi jumlah PAD yang
dapat diterima dari sektor pariwisata adalah Rp591 000 000/hari dan
Rp42 390 000 000/tahun. Kunjungan wisatawan ke kawasan konservasi perairan
Raja Ampat masih belum melewati kapasitas daya dukung ekologis kawasan.
Berdasarkan hasil perhitungan analisis potensi daya dukung kawasan berbasis
ekosistem, maka kapasitas jumlah wisatawan kategori ekowisata selam,
snorkeling, mangrove, dan lamun adalah 524 188 orang/tahun.
Strategi efektivitas pengelolaan ekowisata bahari di kawasan konservasi
perairan Raja Ampat dapat dilakukan dengan cara mengatur distribusi wisatawan
ke beberapa destinasi ekowisata bahari (ODTE), berdasarkan kapasitas daya
dukung ekologis kawasan. Pengaturan kunjungan wisatawan dapat dilakukan
secara periodik berdasarkan kondisi cuaca dan hidro-oseanografi. Pada musim
timur (Juni, Juli dan Agustus) dan pada musim barat (Desember, Januari, dan
vi
Februari) merupakan kondisi cuaca yang ekstrim sehingga kunjungan wisatawan
diarahkan untuk tidak melakukan aktivitas wisata di perairan Selat Dampier. Pada
musim barat dan musim timur, diperkirakan terjadi fenomena upwelling yang
memungkinkan pasokan nutrien bagi perairan dan sangat dibutuhkan untuk
pertumbuhan dan perkembangan biota laut. Berdasarkan hal tersebut perlu
dilakukan penutupan kawasan untuk sementara sehingga memberikan kesempatan
kepada biota laut untuk melakukan pertumbuhan dan perkembangan yang
maksimal dan memulihkan kondisi ekosistem secara alami. Efektivitas
pemanfaatan ekowisata bahari berbasis daya dukung dapat dilakukan dengan
membangun sistem informasi terpadu dengan technology website dan mobile data
yang dapat diakses oleh wisatawan, pengelola jasa wisata, operator wisata, dan
pemangku kepentingan (stakeholder) lainnya.
Collections
- DT - Fisheries [711]