Show simple item record

dc.contributor.advisorSiregar, Ulfah Juniarti
dc.contributor.advisorNurrochmat, Dodik Ridho
dc.contributor.authorIswanto
dc.date.accessioned2020-07-17T03:09:35Z
dc.date.available2020-07-17T03:09:35Z
dc.date.issued2020
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/103114
dc.description.abstractPelet kayu merupakan biomassa kayu yang dipadatkan menjadi bahan bakar, energi biomassa ini diharapkan menghasilkan pendapatan tambahan secara finansial pada sektor kehutanan dan bermanfaat terhadap lingkungan. Oleh karena itu, maka diperlukan penelitian yang dapat mendukung pengembangan HTI sebagai penghasil energi biomassa khususnya pelet kayu dengan menganalisis kemampuan tumbuh tanaman HTI sebagai penyedia bahan baku, kualitas pelet kayu yang dihasilkan, dan dampak lingkungan yang ditimbulkan dari proses produksi pelet kayu dari sisi Life Cycle Assessment (LCA), serta kelayakan usaha HTI memproduksi bahan baku pelet kayu secara finansial. Tujuan dari penelitian ini adalah: 1) Menghitung produktifitas areal tebangan HTI sebagai penghasil bahan baku pelet kayu; 2) Menganalisis karakteristik pelet kayu yang dihasilkan oleh PT. KTH; 3) Menganalisis potensi dampak lingkungan berupa GRK, asidifikasi dan eutrofikasi dari alur produk pelet kayu; 4) Menganalisis kelayakan finansial usaha HTI sebagai penghasil bahan baku pelet kayu di PT. KTH. Metode penelitian yang digunakan yaitu pengukuran riap pertumbuhan tanaman, pengujian kadar abu dan nilai kalor, LCA, dan analisis finansial. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai MAI dan CAI pada spesies E. pellita dan A. mangium mengalami peningkatan setiap tahunnya namun spesies A. mangium pada umur 4 tahun mengalami penurunan volume akibat serangan hama dan penyakit. Kadar abu rata-rata A. Mangium 0.22 % dan rimba campuran 1.92 %, adapun nilai kalor rata-rata spesies Rimba campuran sebesar 4323 kal/g dan A. mangium yaitu 4297 kal/g, kedua jenis pelet kayu ini telah memenuhi standar baku mutu di Indonesia dan Jerman. Emisi yang dihasilkan produksi pelet kayu yaitu GRK sebesar 678.0270 kg CO2 eq, lalu asidifikasi sebesar 13.3675 kg SO2 eq dan eutrofikasi 0.4021 kg PO4 3- eq, ketiga dampak emisi tersebut dihasilkan dari tahapan budidaya di HTI. Kategori dampak emisi tersebut masih tergolong rendah, khususnya emisi GK jika dibandingkan dengan potensi HTI menyerap CO2 yang lebih tinggi yaitu E. pellita dan A. mangium umur 1, 2, 3, 4 tahun berkisar antara 36.34–67.69 ton/ha/tahun dan 19.18–36.34 ton/ha/tahun. Nilai NPV spesies A. mangium sebesar Rp 1 922 181 dan E. pellita sebesar Rp 322 268, sedangkan nilai BCR A. mangium yaitu 1.20 dan E. pellita bernilai 1.06. Adapun nilai IRR menunjukkan pada suku bunga yang digunakan sebesar 10% perusahaan mampu menjalankan usahanya dibawah suku bunga 36% untuk spesies A. mangium dan 28% untuk E. pellita. Berdasarkan ketiga kriteria penilaian finansial tersebut dapat disimpulkan bahwa usaha kayu energi spesies A. mangium dan E. pellita merupakan usaha yang layak untuk dijalankan dan memberikan keuntungan serta manfaat bagi perusahaan.id
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB Universityid
dc.subject.ddcTropical silvicultureid
dc.subject.ddcBiomass energyid
dc.subject.ddc2019id
dc.subject.ddcKalimantan Tengahid
dc.titleUji Kelayakan Teknis dan Finansial Pengembangan Energi Terbarukan Berbasis Biomassa Hutan Tanaman Industri (HTI) di Kalimantan Tengahid
dc.typeThesisid
dc.subject.keywordkarakteristik pelet kayuid
dc.subject.keywordkelayakan finansialid
dc.subject.keywordlife cycle assessmentid
dc.subject.keywordpertumbuhan tanaman HTIid


Files in this item

No Thumbnail [100%x80]

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record