Kajian Data Jumlah Kasus Baru Kusta di Pulau Jawa Menggunakan Pemodelan Linear Terampat dan Spasial
View/ Open
Date
2020Author
Ulfa, Yopi Ariesia
Soleh, Agus Mohamad
Sartono, Bagus
Metadata
Show full item recordAbstract
Data jumlah kasus baru kusta merupakan data cacah non negatif. Salah satu
metode klasik yang digunakan untuk menganalisis data cacah adalah regresi
Poisson. Namun apabila pada data respon yang diamati ditemukan adanya kondisi
overdispersi (pada kasus ini, nilai ragam lebih besar dari rataan), maka regresi
Poisson tidak tepat lagi untuk diterapkan. Teknik analisis regresi yang dapat
diterapkan untuk mengatasi masalah overdispersi diantaranya yaitu regresi
binomial negatif.
Metode regresi binomial negatif kurang sesuai jika diterapkan pada data
spasial yang menyebabkan perbedaan karakteristik antara wilayah satu dengan
wilayah lainnya. Oleh karena itu diperlukan teknik analisis lain untuk mengatasi
kondisi overdispersi dan mencakup pengaruh spasial. Metode Regresi Poisson
Terboboti Geografis (RPTG) adalah salah satu metode yang dikembangkan untuk
analisis data dengan memperhitungkan faktor spasial. Peubah respon yang diteliti
merupakan peubah acak diskrit yang berdistribusi Poisson dan memperhatikan
faktor spasial, maka hubungan antara peubah respon dalam hal ini jumlah kasus
baru kusta dan peubah penjelas dapat diketahui dengan metode tersebut sehingga
dapat diketahui faktor-faktor yang berpengaruh signifikan terhadap jumlah kasus
baru kusta di tiap kabupaten/kota di Pulau Jawa. Sebagai perbandingan, digunakan
pula metode Geographically Weighted Negative Binomial Regression (Regresi
Binomial Negatif Terboboti Geografis/RBNTG) untuk penanganan overdispersi
dan pengaruh spasial.
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji data jumlah kasus baru kusta di Pulau
Jawa tahun 2017 menggunakan pemodelan linear terampat (yakni model regresi
Poisson dan regresi binomial negatif) dan pemodelan spasial (RPTG dan RBNTG);
membandingkan hasil dari keempat pemodelan tersebut untuk memperoleh
pemodelan terbaik; dan mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi jumlah kasus
baru kusta di Pulau Jawa berdasarkan pemodelan terbaik yang diperoleh. Sumber
data yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari Profil Kesehatan Tahun 2017
dari Dinas Kesehatan seluruh provinsi di Pulau Jawa dan publikasi Daerah Dalam
Angka Tahun 2018 dari BPS Provinsi di Pulau Jawa. Unit pengamatan yang
digunakan adalah seluruh kabupaten/kota di Pulau Jawa yang ada sebanyak 119
kabupaten/kota. Peubah respon yang digunakan dalam penelitian ini adalah jumlah
kasus baru kusta pada tahun 2017. Peubah penjelas yang diamati yaitu jumlah
penduduk, persentase balita yang diimunisasi BCG, persentase rumah tangga
berperilaku hidup bersih dan sehat, persentase rumah sehat, persentase jumlah
penduduk dengan akses air minum layak, persentase jumlah penduduk dengan
sanitasi layak, dan rata-rata tenaga kesehatan per desa/kelurahan.
Dari hasil eksplorasi data diperoleh nilai jangkauan dan ragam yang besar
pada data jumlah kasus baru kusta di Pulau Jawa mengindikasikan jumlah kasus
baru kusta yang beragam pada tiap kabupaten/kota di Pulau Jawa. Hubungan antara
jumlah kasus baru kusta dan faktor-faktor yang memengaruhinya dianalisis
menggunakan analisis regresi Poisson. Pemeriksaan overdispersi pada data jumlah
kasus baru kusta dilakukan dengan uji dispersi menghasilkan nilai sebesar 51.61
yang lebih dari 1 menunjukkan adanya overdispersi. Keberadaan overdispersi
dalam model harus diatasi, salah satunya dengan menggunakan regresi binomial
negatif. Nilai AIC dan BIC dari model regresi binomial negatif jauh lebih rendah
dibandingkan model regresi Poisson. Hal ini menunjukkan bahwa model regresi
binomial negatif lebih baik daripada model regresi Poisson. Namun masih ada
masalah keragaman spasial yang belum diatasi. Adanya keragaman spasial antara
satu titik pengamatan dengan titik pengamatan lainnya dapat dilihat dengan
pengujian Breusch-Pagan. Dari hasil pengolahan uji ini diperoleh nilai statistik BP
sebesar 28.409 dengan nilai p sebesar 1.854×10-4 pada taraf nyata 5% sehingga
disimpulkan bahwa ada keragaman spasial antar wilayah.
Hasil pemodelan dengan RBNTG diperoleh nilai koefisien dan peubah yang
signifikan berpengaruh terhadap kasus baru kusta berbeda-beda tiap kabupaten/kota
di Pulau Jawa. Pemodelan RBNTG menghasilkan 14 kelompok kabupaten/kota
berdasarkan kesamaan peubah penjelas yang signifikan. Sedangkan pada
pemodelan dengan menggunakan pendekatan RPTG menghasilkan 6 kelompok
kabupaten/kota yang memiliki kesamaan peubah penjelas yang signifikan.
Penilaian terhadap model dilakukan berdasarkan nilai AIC dan BIC terkecil. Model
yang lebih baik diterapkan untuk data jumlah kasus baru kusta di Pulau Jawa adalah
model RBNTG karena mempunyai nilai AIC dan BIC yang paling kecil.
Kata kunci: kasus baru kusta, keragaman spasial, overdispersi, RBNTG