| dc.description.abstract | Bandung Raya merupakan salah satu wilayah metropolitan di Indonesia
yang terletak di Provinsi Jawa Barat. Berdasarkan konsep BPS, Bandung Raya
terdiri atas lima wilayah kabupaten/kota, yaitu Kabupaten Bandung, Kabupaten
Sumedang, Kabupaten Bandung Barat, Kota Bandung dan Kota Cimahi.
Meskipun berada dalam satu wilayah metropolitan yang sama, perkembangan
masing-masing wilayah berbeda antara satu wilayah dengan wilayah lainnya
sehingga menyebabkan terjadinya interaksi spasial berupa komuter. Oleh karena
itu diperlukan analisis dalam mengurangi komuter dan dampak negatif yang dapat
ditimbulkan. Penelitian ini bertujuan untuk: (1) menganalisis tipologi
perkembangan wilayah, (2) menganalisis pola interaksi spasial antar
kabupaten/kota, (3) menganalisis karakteristik dan distribusi spasial komuter di
Bandung Raya serta (4) mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi
keputusan penduduk Bandung Raya melakukan commuting baik dari segi rumah
tangga maupun individu.
Penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dari berbagai
sumber dan instansi. Analisis dilakukan dengan menggunakan metode skalogram
dimodifikasi, principal component analysis (PCA), spatial clustering, indeks
diversitas entropi, augmented dobly constrained entropy model, two step cluster
dan analisis korespondensi.
Hasil analisis tipologi perkembangan wilayah di Bandung Raya
menggunakan metode skalogram dimodifikasi, PCA dan analisis spatial
clustering menunjukkan bahwa wilayah tersebut dapat dikelompokkan menjadi 3
cluster yaitu wilayah perkotaan (Kota Bandung dan Kota Cimahi) wilayah
suburban (Kabupaten Bandung dan Kabupaten Bandung Barat) serta wilayah
perdesaan (Kabupaten Sumedang). Berdasarkan augmented dobly constrained
entropy model diperoleh bahwa diantara kelima wilayah tersebut terjadi interaksi
spasial berupa commuting yang dipengaruhi oleh jarak, indeks perkembangan
wilayah, rasio lahan terbangun dan kepadatan penduduk dengan koefisien
determinasi sebesar 99%. Dari hasil analisis diperoleh semakin dekat jarak,
semakin tidak seimbang kepadatan penduduk, semakin seimbang perkembangan
wilayah dan semakin seimbang rasio lahan terbangun maka interaksi spasial di
Bandung Raya semakin meningkat. Dalam interaksi commuting ini, Kabupaten
Bandung dan Kabupaten Sumedang memiliki daya dorong positif, Kabupaten
Bandung Barat memiliki daya tarik negatif, Kota Bandung memiliki daya tarik
positif sedangkan Kota Cimahi memiliki daya dorong negatif.
Karakteristik komuter di masing-masing wilayah Bandung Raya bervariasi
dan terbagi atas 3 bagian yaitu komuter dengan tujuan utama bekerja, komuter
dengan tujuan utama sekolah dan karakteristik rumah tangga komuter. Dari
analisis two step cluster diperoleh hasil bahwa karakteristik komuter dengan
tujuan utama bekerja di Bandung Raya memiliki ciri yang sama yaitu buruh pria
dan menggunakan sepeda motor. Karakteristik rumah tangga komuter di Bandung
Raya juga memiliki ciri yang sama yaitu rumah tangga dengan tingkat ekonomi
menengah ke bawah. Karakteristik komuter dengan tujuan utama sekolah
bervariasi di masing-masing wilayah. Antara lain komuter dengan tujuan utama
sekolah yang berasal dari wilayah Kabupaten Bandung memiliki ciri mahasiswa
diploma IV atau sarjana dan menggunakan sepeda motor sebagai moda
transportasi. Komuter dengan tujuan utama sekolah yang berasal dari Kabupaten
Sumedang memiliki karakteristik murid SD dengan menggunakan sepeda motor
atau berjalan kaki serta karakteristik murid SMA/MA/sederajat atau
SMP/MTs/sederajat dan menggunakan sepeda motor atau angkutan umum untuk
bersekolah. Komuter dengan tujuan utama sekolah yang menuju ke Kabupaten
Bandung Barat dan Kota Bandung memiliki karakteristik mahasiswa diploma IV
atau sarjana dan menggunakan sepeda motor sebagai moda transportasi. Komuter
dengan tujuan utama sekolah yang berasal dari Kota Cimahi memiliki
karakteristik murid SMA/MA/sederajat atau SMP/MTs/sederajat dan
menggunakan sepeda motor atau angkutan umum untuk bersekolah.
Hasil analisis korespondensi menunjukkan faktor keputusan penduduk
melakukan commuting dipengaruhi oleh umur, status perkawinan, tingkat
pendidikan, jumlah anggota rumah tangga, pengeluaran rumah tangga per bulan
dan alasan memilih tempat tinggal saat ini dimana faktor-faktor tersebut berbeda
untuk masing-masing wilayah di Bandung Raya. Arahan pengembangan wilayah
untuk mengurangi komuter disesuaikan dengan kondisi masing-masing wilayah
berdasarkan tipologi wilayah, pola interaksi spasial, karakteristik dan pola
commuting serta faktor yang mempengaruhi keputusan melakukan commuting
diantaranya arahan dalam bidang lapangan pekerjaan, transportasi, fasilitas
pendidikan dan pemukiman.
Kata kunci: analisis korespondensi, entropy, interaksi spasial, komuter, spatial
clustering, two step cluster | id |