Analisis Morfofisiologi dan Anatomi Beberapa Spesies Gulma dengan Cekaman Merkuri dan Timbal untuk Tujuan Fitoremediasi Tambang Emas.
View/ Open
Date
2020Author
Raharja, Rani Apriyani
Hamim
Sulistyaningsih, Yohana C
Metadata
Show full item recordAbstract
Luas lahan kritis di Indonesia semakin meningkat dari tahun ke tahun. Area pertambangan emas adalah salah satu area yang paling sering ditemukan sebagai lingkungan kritis. Aktivitas pertambangan emas menyebabkan kerusakan pada struktur dan lapisan tanah, menghilangkan vegetasi di sekitar lokasi tersebut dan menurunkan ketersediaan bahan organik, mineral serta populasi mikroba pada tanah. Disamping itu, aktivitas pertambangan emas juga menghasilkan limbah yang disebut tailing. Tailing adalah limbah utama yang dihasilkan dari proses ekstraksi emas dan banyak mengandung logam berat. Tailing pada pertambangan emas industri mengandung logam berat Pb, Ag, Cd, dan Hg, dimana kandungan logam berat Pb biasanya adalah yang tertinggi. Seperti halnya pertambangan emas industri, pertambangan emas rakyat juga menghasilkan tailing yang mengandung logam berat merkuri. Selanjutnya, kontaminasi logam berat merkuri dan timbal di lingkungan sekitar tambang emas tidak dapat dihindari.
Logam berat merkuri dan timbal yang terlepas ke lingkungan akan menyebabkan pencemaran. Selanjutnya logam berat tersebut masuk ke dalam rantai makanan dan menyebabkan keracunan pada makhluk hidup. Oleh karena itu diperlukan upaya untuk memperbaiki kualitas lahan dan menghilangkan logam berat dari lingkungan. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan memanfaatkan tumbuhan yang dikenal sebagai fitoremediasi. Penelitian ini bertujuan menganalisis respon morfologi, fisiologi dan anatomi lima spesies gulma dalam menanggapi aplikasi Hg(NO3)2 dan Pb(NO3)2 dalam percobaan hidroponik.
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan 5 spesies gulma yaitu Brachiaria mutica (BM), Cyperus kyllingia (CK), Ipomoea aquatica (IA), Mikania micrantha (MM) dan Paspalum conjugatum (PC) berumur 1 bulan yang ditanam pada polybag. Kemudian tumbuhan tersebut dipindahkan ke dalam bak kultur air berukuran 6 L berisi media berupa larutan Hoagland konsentrasi penuh (full strength) serta Hg(NO3)2 dan Pb(NO3)2 dengan berbagai konsentrasi yaitu 0 mM (kontrol), 0.25 mM Hg(NO3)2, 0.50 mM Hg(NO3)2, 0.25 mM Pb(NO3)2 dan 0.50 mM Pb(NO3)2. Setelah dilakukan perlakuan tailing selama 4 minggu, dilakukan analisis terhadap respon pertumbuhan, fisiologi dan anatomi untuk mengetahui respon 5 spesies gulma terhadap perlakuan Hg(NO3)2 dan Pb(NO3)2. Analisis pertumbuhan dilakukan dengan mengukur panjang tajuk, panjang akar, bobot kering total tumbuhan dan jumlah daun. Respon fisiologi dianalisis dengan mengukur kadar pigmen fotosintesis diantaranya klorofil a, b, total dan karotenoid serta mengukur tingkat peroksidasi lipid pada daun (MDA), kadar air relatif (KAR) daun dan kandungan prolin pada daun. Pengamatan anatomi dilakukan dengan membandingkan anatomi akar dan daun tumbuhan kontrol dan tumbuhan yang diberi perlakuan Hg(NO3)2 dan Pb(NO3)2 pada konsentrasi 0.50 mM, pengamatan yang dilakukan diantaranya pengamatan jaringan akar dan daun. Pengamatan histokimia logam Pb dilakukan pada jaringan akar dan daun yang
diberi perlakuan Pb(NO3)2 pada konsentrasi 0.50 mM. Analisis kandungan logam berat (AAS) dilakukan dengan membandingkan akumulasi logam berat merkuri dan timbal akar dan tajuk pada tumbuhan kontrol dan tumbuhan yang diberi perlakuan Hg(NO3)2 dan Pb(NO3)2 pada konsentrasi 0.50 mM.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan Hg(NO3)2 dan Pb(NO3)2 pada konsentrasi 0.25 mM dan 0.50 mM menyebabkan penurunan pertumbuhan yang signifikan pada gulma. Kadar pigmen fotosintesis meliputi klorofil a, b, total dan karotenoid serta kadar air relatif mengalami penurunan seiring peningkatan konsentrasi Hg(NO3)2 dan Pb(NO3)2, sedangkan kadar MDA dan prolin daun meningkat seiring peningkatan konsentrasi Hg(NO3)2 dan Pb(NO3)2. Pengamatan anatomi menunjukkan bahwa akar yang diberi perlakuan Hg(NO3)2 dan Pb(NO3)2 pada konsentrasi 0.50 mM mengalami penurunan diameter jaringan pembuluh, sedangkan ketebalan eksodermis dan endodermis mengalami peningkatan yang signifikan dibandingkan kontrol. Perlakuan Hg(NO3)2 dan Pb(NO3)2 pada konsentrasi 0.50 mM juga menyebabkan penurunan ketebalan jaringan epidermis daun dan jaringan mesofil sehingga mengakibatkan penurunan ketebalan helaian daun. Analisis histokimia pada akar tanaman yang diberi perlakuan Pb(NO3)2 pada konsentrasi 0.50 mM menunjukkan bahwa logam Pb terdeteksi di bagian epidermis, korteks, endodermis, silinder pusat dan berkas pembuluh. Selanjutnya, pada daun logam Pb terdeteksi pada jaringan epidermis atas dan bawah, mesofil serta berkas pembuluh. Hasil analisis kandungan logam berat (AAS) pada akar dan tajuk menunjukkan bahwa akumulasi merkuri dan timbal pada jaringan akar lebih besar dibandingkan tajuk. Semua spesies gulma dalam penelitian ini memiliki nilai BCF>1 dan TF<1 sehingga berpotensi untuk digunakan sebagai tanaman fitoremediator dengan mekanisme fitostabilisasi.
Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa Cyperus kyllingia memiliki kemampuan yang lebih baik dalam mempertahankan pertumbuhan dibandingkan gulma lainnya di bawah perlakuan Pb(NO3)2 hingga konsentrasi 0.50 mM tanpa mengalami gejala keracunan. Hal ini mengindikasikan bahwa Cyperus kyllingia lebih toleran terhadap logam berat timbal dan memiliki potensi yang lebih baik untuk tumbuh dilahan bekas tambang emas untuk digunakan sebagai agen fitoremediasi. Akan tetapi, pada perlakuan Hg(NO3)2 dengan konsentrasi 0.25 mM dan 0.50 mM semua spesies gulma menunjukkan gejala keracunan yang cukup parah.