Show simple item record

dc.contributor.advisorRustiadi, Ernan
dc.contributor.advisorMulatsih, Sri
dc.contributor.authorFauzi, Mohammad Reza
dc.date.accessioned2020-06-02T02:47:31Z
dc.date.available2020-06-02T02:47:31Z
dc.date.issued2020
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/102957
dc.description.abstractSebagai provinsi dengan jumlah kabupaten/kota terbanyak di Indonesia, pembangunan wilayah Provinsi Jawa Timur menghadapi ketimpangan antara Wilayah Pantai Utara (Pantura) dengan wilayah Pantai Selatan (Pansela) dan wilayah Tapal Kuda. Keterkaitan spasial berperan penting menciptakan pembangunan berimbang. Keterkaitan spasial dapat ditingkatkan berdasarkan pengembangan aksesibilitas wilayah dan jaringan infrastruktur jalan. Pembangunan Jalan Nasional Lintas Selatan (JLS) di Provinsi Jawa Timur adalah salah satu upaya pemerintah untuk mengatasi ketimpangan antarwilayah. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa kinerja dan ketimpangan pembangunan wilayah, menganalisa pengaruh jalan JLS terhadap pendapatan dan aksesibilitas wilayah, serta memproyeksikan pengaruhnya terhadap kinerja dan ketimpangan pembangunan wilayah di kabupaten koridor jalan JLS. Penelitian ini menggunakan data sekunder dan cross section pada tahun 2017. Analisis kinerja pembangunan wilayah menggunakan TOPSIS berdasarkan dimensi sosial ekonomi, pendidikan dan kesehatan masyarakat, serta aksesibilitas wilayah. Ketimpangan pembangunan wilayah dianalisis menggunakan perhitungan koefisien variasi (CV). Untuk mengkaji pengaruh jalan JLS digunakan Geographically Weighted Regression (GWR) dan perhitungan rasio panjang jalan per luas wilayah. Sedangkan analisis proyeksi dianalisis dengan TOPSIS dan perhitungan koefisien variasi (CV) dengan input data analisis pengaruh. Wilayah Pantura merupakan wilayah dengan rataan kinerja pembangunan wilayah tertinggi, sebesar 0,397 satuan kinerja. Wilayah Pansela memiliki rataan kinerja pembangunan sebesar 0,303 satuan kinerja, sedangkan Wilayah Tapal Kuda berkinerja terendah (0,287). Hal ini mengindikasikan tingginya ketimpangan pembangunan diantara Wilayah Pantura dengan Wilayah Pansela dan Tapal Kuda. Koefisien variasi (CV) ketimpangan pembangunan wilayah di Jawa Timur tergolong tinggi (24,06 persen), sebagai akibat ketimpangan antara-wilayah maupun di dalam wilayah. Ketimpangan tertinggi terjadi di Wilayah Pantura (CV= 27,48 persen) dan terendah berada di Wilayah Madura (3,77 persen). Pembangunan JLS diduga berpengaruh signifikan terhadap peningkatan pendapatan melalui tingkat PDRB dan meningkatkan aksesibilitas wilayah melalui ketersediaan infrastruktur jalan. Pembangunan JLS diproyeksikan mampu memberikan perubahan signifikan pada peningkatan kinerja pembangunan wilayah pada kabupaten koridor. Namun pembangunan JLS diproyeksikan belum cukup untuk memberikan perubahan berarti baik dalam peningkatan kinerja pembangunan wilayah pada level regional maupun dalam mengurangi ketimpangan wilayah. Untuk mengatasi ketimpangan wilayah, diperlukan pengembangan sektor perikanan laut tangkap, minapolitan, dan pariwisata bahari sebagai upaya mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya di wilayah koridor JLS.id
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB Universityid
dc.subject.ddcRegional planningid
dc.subject.ddcRegional developmentid
dc.subject.ddc2017id
dc.subject.ddcJawa Timurid
dc.titleKetimpangan dan Proyeksi Pengaruh Jalan Lintas Selatan terhadap Pembangunan Wilayah di Provinsi Jawa Timurid
dc.typeThesisid
dc.subject.keywordGWRid
dc.subject.keywordketimpangan wilayahid
dc.subject.keywordpembangunan wilayahid
dc.subject.keywordpembangunan Koridor JLSid
dc.subject.keywordTOPSIS.id


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record