Show simple item record

dc.contributor.advisorAnggraeni, Lukytawati
dc.contributor.advisorIrawan, Tony
dc.contributor.authorZuhri, Khalid
dc.date.accessioned2020-06-02T02:45:19Z
dc.date.available2020-06-02T02:45:19Z
dc.date.issued2020
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/102946
dc.description.abstractKemiskinan tidak hanya sekedar kondisi kesejahteraan seseorang yang memiliki pendapatan rendah, tetapi juga merupakan suatu kondisi deprivasi kapabilitas dasar seseorang untuk memiliki kebebasan dalam mencapai nilai-nilai yang diinginkan dalam kehidupan (Sen 2000). Pemenuhan hak-hak mendasar seperti layanan pendidikan, kesehatan, dan kualitas hidup layak memang dapat memengaruhi tingkat kesejahteraan seseorang dimasa yang akan datang. Pengukuran terkait kemiskinan tersebut dikenal dengan Indeks Kemiskinan Multi Dimensi (IKM). Secara umum, dua dari empat indikator kemiskinan di Indonesia yang masih relatif tinggi berkaitan dengan energi. Berdasarkan pada nilai indikator IKM, rumah tangga miskin memiliki persoalan tertinggi terkait elektrifikasi yang berasal dari listrik Perusahaan Listrik Negara (PLN)/non-PLN. Elektrifikasi yang meningkat memiliki manfaat langsung dari peningkatan jam belajar anak-anak (Barkat et al. 2002; World Bank 2002; Unnayan Shamannay 1996); peningkatan aktivitas masyarakat atau penerangan jalan, disisi lain, menanamkan rasa aman, yang merupakan manfaat tidak langsung. Disisi kegiatan produktif, memungkinkan kegiatan produksi dilakukan dimalam hari, yang berkaitan dengan pekerjaan yang memerlukan cahaya. Penelitian tentang peranan energi listrik di Indonesia relatif terbatas. Penelitian yang ada diantaranya melakukan pemetaan kemiskinan energi, dengan metode Multidimensional Energy Poverty Index (MEPI) untuk wilayah kabupaten/kota dengan menggunakan data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Maret 2016. Penelitian lainnya tentang dampak infrastruktur listrik terhadap perekonomian Indonesia dengan menggunakan analisis panel simultan. Penelitian yang telah dilakukan tidak secara spesifik membahas dampak energi listrik terhadap kemiskinan di Indonesia. Penelitian ini bertujuan mengkaji distribusi konsumsi elektrifikasi antar kelompok rumah tangga dan tingkat kemiskinan rumah tangga; determinan akses listrik berdasarkan karakteristik wilayah (desa/kota) dan karakteristik rumah tangga dengan model probit; determinan kemiskinan berdasarkan karakteristik wilayah dan karakteristik rumah tangga dengan model probit di Indonesia. Data yang digunakan merupakan data Susenas Maret 2018, dengan observasi yang digunakan sebanyak 282 227 rumah tangga. Nilai koefisien Gini konsumsi listrik menunjukkan perdesaan di Indonesia memiliki ketimpangan konsumsi antarkelompok rumah tangga relatif lebih timpang dibandingkan di perkotaan. Koefisien Gini konsumsi listrik terendah berada di Sulawesi Utara, berdasarkan status wilayah perkotaan koefisien Gini tertinggi berada di Kepulauan Bangka Belitung dan perdesaan berada di Kalimantan Tengah. Berdasarkan pengelompokkan pulau, ketimpangan konsumsi listrik antarkelompok rumah tangga di Pulau Jawa, lebih rendah dibandingkan pulau-pulau lainnya, terutama Sumatera. Berdasarkan model yang digunakan terlihat bahwa variabel yang meningkatkan peluang rumah tangga untuk mendapatkan akses listrik PLN adalah umur kepala rumah tangga, jumlah anggota rumah tangga, lama pendidikan kepala rumah tangga dan jenis kelamin kepala rumah tangga. Variabel yang menyebabkan rendahnya peluang rumah tangga untuk mendapatkan akses listrik PLN adalah status kepemilikan rumah milik sendiri dan status wilayah rumah tangga di perdesaan. Variabel yang memengaruhi rendahnya peluang kemiskinan bagi rumah tangga, berdasarkan model, adalah jumlah anggota rumah tangga, lama pendidikan kepala rumah tangga, status kepemilikan rumah milik sendiri, dan adanya akses listrik. Variabel yang meningkatkan peluang kemiskinan rumah tangga adalah umur kepala rumah tangga, kepala rumah tangga yang berjenis kelamin perempuan, dan rumah tangga yang berada di perdesaan. Elektrifikasi sangat penting untuk percepatan penurunan kemiskinan di Indonesia. Rumah tangga yang memiliki akses listrik peluangnya lebih rendah 0.0854 persen poin untuk menjadi rumah tangga miskin. Keterkaitan antara elektrifikasi dan kemiskinan terlihat di Kalimantan Barat, Maluku, Nusa Tenggara Timur, Papua, dan Papua Barat, sebagian besar berada di Kawasan Timur Indonesia. Rendahnya akses listrik di wilayah tersebut diduga memengaruhi tingginya persentase rumah tangga miskin. Kebijakan terkait elektrifikasi perlu penajaman agar minat investor untuk penyediaan infrastruktur listrik meningkat. Peran serta swasta dan pemerintah juga harus terus didorong lewat program corporate social responsibility (CSR) yang menyentuh wilayah dengan rasio elektrifikasi masih rendah dan tingkat kemiskinan relatif tinggi. Pengentasan kemiskinan di perdesaan dengan elektrifikasi perlu diintensifkan agar kemiskinan yang selama ini tinggi di perdesaan dapat lebih cepat berkurang.id
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB Universityid
dc.subject.ddcEconomicsid
dc.subject.ddcPovertyid
dc.subject.ddc2018id
dc.subject.ddcIndonesiaid
dc.titleKetimpangan Akses Energi Listrik dan Kemiskinan di Indonesiaid
dc.typeThesisid
dc.subject.keywordelektrifikasiid
dc.subject.keywordkemiskinanid
dc.subject.keywordkonsumsi listrikid
dc.subject.keywordprobitid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record