Analisis Kuantitatif Multikomponen Berdasarkan Satu Senyawa Penciri pada Ekstrak Rimpang Temulawak (Curcuma xanthorrhiza).
View/ Open
Date
2020Author
Badrunanto
Rafi, Mohamad
Wahyuni, Wulan Tri
Metadata
Show full item recordAbstract
Temulawak (Curcuma xanthorrhiza) termasuk dalam famili Zingiberaceae
yang berasal dari Indonesia. Bagian rimpangnya digunakan di Indonesia sebagai
obat tradisional yang disebut Jamu. Beberapa penelitian farmakologi telah
membuktikan berbagai khasiat bagian rimpang temulawak. Aktivitas farmakologis
ini berkaitan dengan senyawa aktif yang terkandung di dalamnya, salah satunya
kurkuminoid. Kurkuminoid telah terbukti bertanggung jawab terhadap beberapa
aktivitas farmakologis ekstrak rimpang temulawak, diantaranya antioksidan,
antijamur, antivirus, anti-inflamasi dan antikanker. Analisis kuantitatif
menggunakan kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT) menunjukkan bahwa
kurkumin (CUR), bisdemetoksikurkumin (BDMC) dan demetoksikurkumin
(DMC) merupakan kurkuminoid yang terdapat di dalam rimpang temulawak.
Kurkumin merupakan komponen yang paling dominan, sedangkan
bisdemetoksikurkumin merupakan yang paling rendah kadarnya.
Kurkumin memiliki aktivitas farmakologis tertinggi dibandingkan BDMC
dan DMC, namun campuran ketiganya menunjukkan aktivitas yang lebih tinggi
dibandingkan dengan kurkumin saja. Hal ini membuktikan bahwa efek
farmakologis rimpang temulawak merupakan efek sinergis dari ketiga senyawa
tersebut. Oleh sebab itu kurang efektif jika hanya menjadikan kurkumin sebagai
penentu kualitas rimpang temulawak. Ketiga senyawa tersebut harus diidentifikasi
untuk dapat menggambarkan kualitasnya secara komprehensif. Metode analisis
kuantitatif yang umum digunakan untuk menentukan kadar kurkuminoid adalah
metode standar eksternal/external standard method (ESM). Metode ini memiliki
beberapa kekurangan sehingga kurang efektif dan efisien dari segi waktu, biaya dan
kesederhanaan analisis. Oleh sebab itu diperlukan metode analisis yang lebih baik
dan dapat menggambarkan kualitas rimpang temulawak berdasarkan kadar
kurkuminoidnya.
Suatu metode KCKT yang lebih efektif, efisien dan akurat dikembangkan
untuk analisis kualitas rimpang temulawak. Metode ini disebut sebagai analisis
kuantitatif multi-komponen berdasarkan satu senyawa penciri/quantitative analysis
of multicomponents by single marker (QAMS). Metode QAMS didasarkan pada
prinsip bahwa pada daerah konsentrasi yang linear, kadar atau massa suatu analat
berbanding lurus terhadap respon detektor (area). Sehingga dapat dituliskan dengan
persamaan W = f.A, di mana W adalah massa analat, A adalah absorban (area) dan
f adalah faktor koefisien berupa konstanta. Metode ini hanya membutuhkan satu
komponen standar sebagai penciri untuk menentukan kadar beberapa komponen
lainya berdasarkan nilai faktor koefisien relatif/relative coefficient factor (RCF)
yang ditentukan melalui penelitian. Nilai RCF merupakan suatu konstanta
perbandingan antara nilai faktor koefisien (f) komponen penciri (s) terhadap
komponen lain (x) yang akan diinvestigasi.
Metode QAMS untuk penentuan kualitas rimpang temulawak berdasarkan
kandungan kurkuminoid, dengan kurkumin sebagai senyawa penciri, berhasil
dikembangkan menggunakan metode KCKT yang telah dioptimumkan dan
divalidasi dengan acuan kriteria AOAC (Association of Official Analytical
Chemists). Berdasarkan hasil pengoptimuman kondisi KCKT, fase gerak yang
digunakan pada metode ini ialah campuran asetonitril dan asam format 0.001%
dengan laju alir 1 mL.menit-1, temperatur kolom 30 °C dan panjang gelombang
deteksi 425 nm. Kurkuminoid diekstraksi dengan metanol berbantuan gelombang
ultrasonik selama 30 menit. Waktu yang dibutuhkan untuk pemisahan seluruh
kurkuminoid dengan kolom KCKT ialah kurang dari 10 menit dengan waktu total
analisis selama 36 menit. Pada metode QAMS, kurkuminoid dalam rimpang
temulawak dapat ditentukan kadarnya hanya menggunakan standar kurkumin saja
sebagai senyawa penciri. Kurkumin digunakan untuk menentukan BDMC dan
DMC dalam sampel rimpang temulawak berdasarkan nilai RCF. Nilai RCF BDMC
dan DMC diperoleh dengan membandingkan area dan konsentrasi masing-masing
terhadap kurkumin. Nilai RCF diuji stabilitasnya terhadap berbagai perubahan
parameter KCKT supaya dapat digunakan secara luas dan tetap akurat.
Hasil penelitian menunjukkan metode QAMS untuk penentuan kualitas
rimpang temulawak berdasarkan kadar kurkuminoid memiliki linearitas masingmasing
komponen yang sangat baik (r2 > 0.9998) dengan nilai perolehan kembali
(recovery) antara 100.23-103.95%. Presisi metode pada analisis inter-day dan
intra-day masih memenuhi kriteria AOAC dengan nilai %RSD < 4.00%.
Berdasarkan hasil penelitian, nilai RCF BDMC yaitu 0.854, sedangkan DMC yaitu
0.706 dan terbukti stabil pada berbagai variasi perubahan kondisi kromatografi
dengan %RSD < 1.00%. Puncak kedua komponen dapat ditentukan menggunakan
rasio waktu retensi masing-masing terhadap waktu retensi puncak kurkumin.
Perbandingan hasil analisis kuantitatif kurkuminoid di dalam sampel rimpang
temulawak dengan metode QAMS dan ESM membuktikan konsistensi dan
kemiripan antara dua metode yang digambarkan dengan nilai %RSD < 2.00% dan
tidak terbukti adanya perbedaan yang signifikan antara kedua metode setelah
dilakukan uji beda nyata. Penelitian ini menunjukkan bahwa QAMS dapat
digunakan sebagai alternatif metode analisis rutin untuk kontrol kualitas temulawak
sebagaimana metode standar eksternal. Metode ini terbukti lebih sederhana, stabil,
efektif, efisien dan tetap akurat dibandingkan metode standar eksternal.