dc.description.abstract | Chrysopogon zizanioides (akar wangi) adalah komoditas unggulan di
Kabupaten Garut yang menghasilkan minyak akar wangi (vetiver oil) terbesar
kedua di dunia. Data sebaran perkebunan akar wangi di Garut tercatat terakhir pada
tahun 2013. Selain itu, informasi yang berkaitan dengan faktor lingkungan yang
mempengaruhi kandungan minyak akar wangi terbatas. Salah satu faktor
lingkungan yang diduga mempengaruhi kandungan minyak akar wangi sebagai
metabolit sekunder adalah kekeringan. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan
menentukan sebaran akar wangi di Kabupaten Garut, menganalisis pengaruh
cekaman kekeringan terhadap pertumbuhan, kandungan prolin, produksi minyak,
dan untuk memilih aksesi terbaik.
Metode penelitian yang digunakan untuk menentukan sebaran perkebunan
akar wangi adalah metode purposive samping dengan mengambil sampel aksesi
akar wangi berdasarkan ketinggian tempat yang berbeda. Penelitian pengaruh
cekaman kekeringan terhadap pertumbuhan dan kandungan minyak akar wangi
menggunakan rancangan rancangan acak kelompok (RAK) faktorial. Faktor
pertama adalah aksesi tanaman yang terdiri atas 4 aksesi dan faktor kedua adalah
durasi penyiraman yang terdiri dari 4 taraf.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebaran perkebunan akar wangi di
Kabupaten Garut pada tahun 2018 terdapat di Kecamatan Bayongbong, Cilawu,
Leles, Samarang, Tarogong, dan Cikajang. Data sebaran akar wangi di Kabupaten
Garut pada tahun 2013 terdapat di Kecamatan Bayongbong, Cilawu, Leles,
Samarang, Tarogong, dan Pamengpeuk. Sebaran perkebunan akar wangi
mengalami perubahan dalam 5 tahun terakhir.
Berat kering akar dan berat kering tajuk secara signifikan dipengaruhi oleh
interaksi antara durasi cekaman kekeringan dan jenis aksesi (p < 0.05) akar wangi.
Berat kering akar cenderung menurun pada hari ke-4 cekaman kekeringan. Berat
kering akar pada aksesi Kamojang berkurang paling banyak sebesar 25.4 % pada
cekaman kekeringan hari ke-4, sedangkan aksesi Cilawu meningkat 5 %. Berat
kering tajuk menurun sampai 8 hari cekaman kekeringan, kecuali varietas Verina
yang sudah turun pada hari ke-4 kekeringan. Panjang akar dan panjang tajuk tidak
dipengaruhi oleh perlakuan jenis aksesi maupun cekaman kekeringan (p > 0.05).
Peningkatan kandungan prolin tertinggi adalah aksesi Cilawu sebesar 85.7 % pada
cekaman kekeringan hari ke-12, sedangkan terendah adalah varietas Verina sebesar
6.67 % pada cekaman kekeringan hari ke-4. Produksi minyak dari aksesi Cilawu
stabil dibandingkan dengan varietas Verina yang digunakan sebagai pembanding
seiring dengan durasi cekaman kekeringan. Minyak akar wangi mengandung 53
jenis senyawa. Beberapa senyawa ditemukan dalam jumlah paling tinggi adalah
khusimol, eugenol, dan benzodioxole methoxy. Pada penelitian ini didapatkan
aksesi Cilawu merupakan aksesi terbaik berdasarkan parameter pertumbuhan,
kandungan prolin, dan produksi minyak akibat cekaman kekeringan. | id |