Show simple item record

dc.contributor.advisorSyaukat, Yusman
dc.contributor.advisorHartoyo, Sri
dc.contributor.advisorFariyanti, Anna
dc.contributor.authorFitrianti, Wanti
dc.date.accessioned2020-01-08T02:56:59Z
dc.date.available2020-01-08T02:56:59Z
dc.date.issued2019
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/100906
dc.description.abstractMinyak sawit, minyak kedelai, minyak rapeseed dan minyak bunga matahari merupakan empat minyak utama yang diproduksi dan diperdagangkan di pasar dunia minyak nabati. Isu penting dalam perdagangan minyak nabati adalah bagaimana pasar minyak sawit sebagai produsen dan eksportir terbesar minyak nabati merespon perubahan harga dunia minyak nabati lainnya ataupun sebaliknya. Hal ini berdasarkan kondisi perdagangan dunia minyak nabati yang memperlihatkan persaingan antar jenis minyak nabati sehingga pembentukan harga dunia diduga memiliki keterkaitan antar minyak nabati. Dampak dari pasar minyak nabati yang terintegrasi akan menyebabkan fluktuasi harga minyak nabati di tingkat dunia akan ditransmisikan ke harga minyak sawit Indonesia. Upaya untuk memahami transmisi harga antar minyak nabati dunia dan spillover volatilitas yang terjadi menjadi penting seiring makin meningkatnya integrasi pasar minyak nabati. Hal ini dilatarbelakangi transmisi harga yang tinggi belum tentu ditandai dengan terjadinya volatilitas yang tinggi. Akan tetapi,volatilitas yang semakin meningkat mengakibatkan munculnya risiko dan ketidakpastian harga di masa mendatang menjadi semakin tinggi. Berkembangnya pasar minyak sawit memunculkan indikasi hadirnya keberadaan market power sehingga akan memengaruhi harga serta memunculkan masalah asimetri dalam transmisi harga antara eksportir dan importir dan semakin kompetitifnya persaingan di pasar minyak nabati dunia. Namun, dari sisi permintaan sebagian besar negara importir utama minyak sawit juga merupakan produsen minyak kedelai, minyak rapeseed dan minyak bunga matahari yang menjadi kompetitor minyak sawit serta memiliki market power untuk mengatur impor baik dalam kualitas dan kuantitas dengan membuat instrumen yang dapat melemahkan permintaan minyak sawit. Secara khusus penelitian ini bertujuan (1) menganalisis dinamika integrasi pasar dan transmisi harga asimetris di pasar minyak nabati dunia; (2) menganalisis transmisi harga eksportir dan importir pasar minyak sawit dunia; (3) menganalisis dinamika transmisi asimetris harga minyak sawit dan tandan buah segar (TBS) di pasar domestik; (4) menganalisis keterkaitan pasar minyak nabati dunia dengan pasar energi; (5) menganalisis persistensi volatilitas minyak nabati dan spillover guncangan faktor fundamental terhadap volatilitas harga minyak nabati dunia; (6) menganalisis market power ekspor minyak sawit di pasar dunia Untuk mencapai tujuan tersebut penelitian ini menggunakan data time series bulanan Januari 2004-Juni 2017. Analisis data mencakup Threshold Vector Error Corection (TVECM), Non linear Autoregressive Distributed Lag (NARDL) dan Vector Autoregression Model nonlinear GARCH (Generalized Autoregressive Conditional Heteroscedasticity ) seperti EGARCH, TGARCH, GJR-GARCH, dan APARCH serta Generalized Impulse Response Function (GIRF) dan Forecast Error Variance Decomposition(FEVD)serta Regresi Intrumental dengan Two Stage Least Square (2SLS) Hasil yang dicapai untuk tujuan pertama menunjukkan dalam jangka panjang harga minyak nabati akan lebih cepat merespon untuk melakukan penyesuaian terhadap penyimpangan positif (kenaikan) yang relatif besar dari nilai threshold menuju keseimbangan pasar. Hasil ini mengindikasikan dalam jangka panjang harga sawit Malaysia leader terhadap harga minyak sawit Indonesia, minyak kedelai dan minyak bunga matahari. Kekuatan pasar minyak sawit hanya pada penurunan harga dalam jangka panjang. Sebaliknya besarnya kekuatan harga minyak kedelai dan minyak rapeseed dalam peningkatan harga minyak nabati lainnya. Hasil tujuan kedua menunjukkan kuatnya pengaruh pasar importir terhadap pasar ekspor Indonesia dan Malaysia. Namun ada peluang untuk ekspor Indonesia dan Malaysia mengembangkan kekuatan pasar ekspor di China dan India. Hasil tujuan ketiga menunjukkan harga minyak sawit domestik dan tandan buah segar sangat dipengaruhi harga ekspor dan perkembangan harga pasar Malaysia dan Rotterdam. Hasil ini membuktikan masih lemahnya kemampuan Indonesia dalam menetapkan harga dan masih mengacu pada harga internasional. Selanjutnya, hasil tujuan keempat menunjukkan terdapat kointegrasi jangka panjang antara harga minyak bumi dan minyak nabati dan menemukan dampak asimetris jangka panjang terhadap perubahan harga minyak sawit malaysia dan minyak bunga matahari. Dalam kaitannya dengan pasar biodiesel ditemukan dalam jangka panjang respon simetris harga biodiesel terhadap perubahan harga minyak sawit, inti sawit, kedelai, kelapa dan harga minyak bumi. Respon asimetris harga biodiesel hanya ditemukan pada perubahan harga minyak rapeseed dengan intensitas respon kenaikan lebih besar dibandingkan penurunan. Hasil tujuan kelima menunjukkan efek guncangan berita persisten dan terdapat asimetris di pasar minyak nabati kecuali untuk minyak kedelai. Persistensi dan leverage effect terbukti untuk kelompok minyak sawit, minyak bunga matahari, minyak inti sawit dan minyak kelapa yang merespon lebih besar guncangan bad news dalam meningkatkan volatilitas sedangkan inverse leverage effect merespon lebih besar guncangan good news terhadap peningkatan volatilitas return harga minyak rapeseed. Dalam kaitannya dengan spillover volatilitas ditemukan hubungan dua arah dan efek positif dalam jangka panjang. Faktor fundamental seperti peningkatan stok, produksi dan ekspor berkontribusi kecil dalam menjelaskan volatilitas harga minyak nabati. Namun, untuk peningkatan produksi minyak kedelai berkontribusi cukup besar pada volatilitas harga minyak sawit Indonesia. Dalam jangka panjang, pertumbuhan GDP berkontribusi besar dalam menjelaskan volatilitas harga minyak nabati. Sedangkan kontribusi aktivitas spekulan minyak kedelai maupun minyak sawit dapat menjelaskan volatilitas minyak nabati dari mulai dari periode kedua dan terus meningkat sampai akhir periode, namun besaran kontribusi aktivitas spekulan dalam pasar minyak sawit masih kecil. Hasil penelitian bagian terakhir menunjukkan Indonesia dan Malaysia merupakan pasar yang saling bersaing di pasar importir utama minyak sawit. Indonesia dan Malaysia memiliki sedikit market power atas ekspor minyak sawit untuk tujuan India, China, Pakistan, dan Amerika Serikat. Namun, ekspor minyak sawit secara keseluruhan tidak memiliki market power di pasar Uni Eropa.id
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB Universityid
dc.subject.ddcAgricultural Economicsid
dc.subject.ddcMarket Powerid
dc.subject.ddc2017id
dc.subject.ddcIndonesiaid
dc.titleIntegrasi Pasar dan Spillover Volatilitas Harga Minyak Nabati Dunia dan Dampaknya Terhadap Market Power Ekspor Minyak Sawit Indonesiaid
dc.typeDissertationid
dc.subject.keywordAsimetrisid
dc.subject.keywordHargaid
dc.subject.keywordMinyak Sawitid
dc.subject.keywordMinyak Nabatiid
dc.subject.keywordMarket Powerid
dc.subject.keywordThreshold, Spilloverid
dc.subject.keywordVolatilitasid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record