Polarisasi Respon Audiens Terhadap Materi Promosi Pariwisata Indonesia
View/ Open
Date
2019Author
Untari, Rini
Avenzora, Ricky
Darusman, Dudung
Sunarminto, Tutut
Metadata
Show full item recordAbstract
Pariwisata sebagai sektor unggulan yang menyumbangkan devisa terbesar
kedua dan memberikan multifier effect dalam berbagai aspek pembangunan
Indonesia. Keberlangsungan pariwisata tidak terlepas dari peran pemasaran melalui
kegiatan promosi. Jenis media promosi konvensional seperti media cetak (printed
media) dan audio visual menjadi pilihan Kementrian Pariwisata untuk
mempromosikan pariwisata meskipun di satu sisi metode menginformasikan produk
dan jasa dengan teknologi digital sangat pesat. Promosi wisata juga dilakukan
pemerintah daerah dan lembaga pemasaran destinasi wisata (Destination Marketing
Official/DMO’s) melalui website. Permasalahan yang ada polarisasi respon
pengguna (audiens) masih terjadi terkait materi promosi yang digunakan Kementerian
Pariwisata dan pemerintah daerah untuk mempromosikan wisata serta belum
terpetakan dengan baik penyebab terjadinya polarisasi. Informasi mengenai polarisasi
respon audiens dari kegiatan promosi pariwisata dan kualitas website wisata daerah
sangat diperlukan agar dapat dijadikan dasar dalam merumuskan strategi
pengembangan promosi kepariwisataan yang berkelanjutan.
Penelitian dilaksanakan sejak Juli 2017 sampai September 2018 dan terbagi
menjadi lima tahap yaitu inventarisasi permasalahan promosi wisata, analisis materi
promosi, analisis psikografis, analisis korelasi fase pemaknaan promosi wisata dan
merumuskan strategi serta optimasi model promosi. Materi promosi cetak dan audio
visual yang dinilai dalam kurun waktu 2011-2016 berjumlah 36 materi cetak (29
booklet dan tujuh tourism map) serta 16 media audio visual dalam bentuk VCD (film
promosi destinasi wisata Indonesia) kemudian dinilai berdasarkan objek wisata alam,
wisata budaya dan spiritual, wisata minat khusus dan kualitas desain. Website yang
dinilai yaitu WIB (18 link), WITA (tujuh link) dan WIT (empat link). Analisis
psikografis responden terkait tujuh fase pemaknaan promosi dilakukan terhadap
masyarakat akademis sebanyak 270 orang yaitu dosen (30 orang), mahasiswa
ekowisata (120 orang), mahasiswa komunikasi (120 orang), selain itu responden
masyarakat umum terbagi menjadi kelas atas (30 orang), kelas menengah (30 orang)
dan kelas bawah (40 orang) yang dipilih berdasarkan kriteria pendapatan, pendidikan
dan pekerjaan. Kualitas website wisata daerah dinilai 30 orang responden mahasiswa
ekowisata terkait aspek fitur konten/isi serta desain dan teknis serta fitur proses
berupa komunikasi dan organisasi. Tahap membangun strategi promosi menggunakan
analisis A’WOT yang menggabungkan analisis SWOT (Strengths, Weaknesses,
Opportunities and Threats) dan AHP (Analytic Hierarchy Process). Analisis data
yang digunakan untuk melihat perbedaan pendapat (polarisasi) yaitu Kruskal Wallis
test dan uji lanjut Dunnet, sedangkan Uji Korelasi Spearman digunakan untuk
melihat korelasi antar fase pemaknaan promosi dan analisis menggunakan Structural
Equation Modelling (SEM) untuk menguji pengaruh antara variabel yang kompleks
untuk memperoleh gambaran menyeluruh mengenai suatu model mengenai
kualitas website wisata daerah.
Polarisasi secara empirik terjadi pada masyarakat akademis dan masyarakat
umum pada fase pemaknaan, kategori responden dan jenis media dengan intensitas
iii
yang berbeda. Penyebab polarisasi yaitu pengaruh dari materi promosi wisata.
Polarisasi memperlihatkan kecenderungan yang semakin ekstrim pada kelompok
masyarakat umum pada media promosi mengenai objek wisata alam, objek wisata
budaya dan spiritual, objek wisata minat khusus dan kualitas desain materi promosi
cetak dan audio visual. Hal ini mengimplikasikan berbagai faktor penyebab
terpolarnya pendapat baik faktor demografis, faktor personal dan faktor eksternal
serta psikologis terkait keputusan kunjungan ke destinasi wisata Indonesia.
Website resmi wisata daerah (promosi wisata dan dinas pariwisata) memiliki
potensi besar dalam mendukung pengembangan promosi pariwisata Indonesia dari
wilayah Barat sampai ke Timur mencapai 207 link. Permasalahan utama yang
ditemukan terkait kualitas website wisata daerah adalah rendahnya kualitas
konten/subtansi, desain dan teknis serta aspek komunikasi dan organisasi. Masalah
krusial lainnya yang perlu dibenahi terkait konten adalah informasi yang uptodate
atau informasi yang disajikan bersifat timely dan accuracy. Konten website, desain
dan teknis serta komunikasi dan organisasi secara langsung berpengaruh positif dan
signifikan terhadap kualitas website wisata daerah. Dimensi indikator kualitas website
yang perlu ditekankan pada aspek fitur (konten sebanyak enam indikator serta desain
dan teknis sebanyak enam indikator), sedangkan pada aspek proses yaitu komunikasi
dan organisasi sebanyak tujuh indikator. Pembenahan dengan melibatkan peran
banyak pihak dalam mempromosikan wisata daerah juga perlu dilakukan. Kondisi
actual visit yang tinggi juga tidak merepresentasikan traffic visit yang tinggi pada
website wisata daerah yang dapat dipengaruhi kualitas website serta paradigma yang
berubah terkait pilihan media informasi sebagai referensi wisata.
Berdasarkan masalah polarisasi yang cukup kuat terkait materi promosi dan di
sisi lain kualitas website sebagai sarana promosi cukup rendah sehingga perlu
dibangun strategi promosi pariwisata Indonesia yang optimal, terintegrasi dan
kontinu. Empat hal mendasar dalam konsep strategi dikembangkan menjadi misi
yaitu identitas regional, politik pemasaran, konservasi sumberdaya, dan edukasi.
Strategi dibangun berdasarkan faktor internal dan eksternal yang berbeda pada objek
wisata alam, wisata budaya dan spiritual serta wisata minat khusus. Strategi juga
dirumuskan untuk pengembangan promosi website wisata di wilayah Indonesia
bagian Barat (WIB), Wilayah Indonesia Bagian Tengah (WITA) dan wilayah
Indonesia Bagian Timur (WIT). Strategi yang dirumuskan berupa penguatan aspek
desain warna, material produk dan kemasan (packaging) pada materi cetak,
sedangkan materi audio visual pada aspek warna dan volume suara serta bahasa.
Strategi lainnya adalah membangun portal marketing dan optimasi kolaborasi serta
partisipasi dalam pemasaran produk dan jasa wisata. Pengembangan strategi tersebut
menghasilkan optimasi model promosi yang bersifat imparsial terkait tujuh fase
pemaknaan promosi. Optimasi model yang dirumuskan yaitu optimasi informasi,
optimasi awareness, optimasi terekognisi dan mempertimbangkan dan optimasi
motivasi. Model optimasi lainnya adalah optimasi actual visit, optimasi melalui
apresiasi dan optimasi agen wisata. Pengembangan promosi pariwisata yang optimal
dapat memberikan dampak yang positif terhadap tingkat kunjungan, kualitas pelaku
wisata serta mendukung konservasi terhadap sumberdaya yang akan menjamin
keberlanjutan supply kegiatan pariwisata Indonesia.
Collections
- DT - Forestry [343]