Show simple item record

dc.contributor.advisorCarman, Odang
dc.contributor.advisorJunior, Muhammad Zairin
dc.contributor.authorHartami, Prama
dc.date.accessioned2020-01-08T02:46:36Z
dc.date.available2020-01-08T02:46:36Z
dc.date.issued2019
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/100894
dc.description.abstractPoliplodisasi merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas dan mutu benih dari komoditas perikanan budidaya. Kegiatan poliploidisasi yang umum dilakukan adalah triploidisasi karena telah dibuktikan memiliki kinerja pertumbuhan yang cepat, mampu mentoleransi fluktuasi parameter fisika-kimia media budidaya, ketahanan terhadap penyakit, memanfaatkan pakan dengan baik, bersifat infertil dan aman jika terlepas ke perairan umum. Namun ditemukan kendala dalam proses induksi fisik yang mampu mematikan zigot, menurunkan tingkat penetasan dan tidak 100% menghasilkan individu triploid, sehingga membatasi produksi benih. Dengan demikian perlu dilakukan upaya menghasilkan produk antara berupa induksi ikan tetraploid yang akan dijadikan induk. Hal ini dimungkinkan karena ikan tetraploid mampu menghasilkan gamet diploid, dan jika dipijahkan dengan ikan normal (gamet bersifat haploid) akan menghasilkan benih 100% triploid tanpa melalui proses kejut fisik. Berdasarkan hal inilah penulis tertarik untuk memproduksi ikan patin tetraploid melalui induksi kejut suhu panas. Adapun tujuan umum penelitian ini adalah menghasilkan patin tetraploid sebagai induk untuk memproduksi patin triploid secara masal melalui persilangan. Untuk mencapai tujuan tersebut, penelitian ini dibagi menjadi empat tahapan penelitian, yaitu: 1) Optimasi induksi tetraploid ikan patin melalui kejut panas, 2) Analisis performa ikan patin tetraploid hasil induksi kejut panas, 3) Analisis performa reproduksi ikan patin tetraploid, dan 4) Persilangan patin tetraploid dengan patin diploid untuk memproduksi benih patin triploid secara massal. Metode yang digunakan dalam penelitian ini bersifat eksperimen dengan beberapa perlakuan. Kemudian data yang didapat bersumber dari hasil analisis sampel skala laboratorium dan observasi lapangan. Penelitian tahap pertama bertujuan untuk mengkaji metode yang tepat dalam memproduksi patin tetraploid melalui penentuan lama dan suhu kejut serta umur zigot yang berbeda. Hasil penelitian tahap pertama menunjukkan bahwa dari enam perlakuan umur zigot berdasarkan kandungan konsentrasi DNA yang telah diukur sebelumnya (28‵; 28,5‵; 29‵; 29,5‵; 30‵; dan 30,5‵), terdapat dua perlakuan yang memiliki persentase keberhasilan pembentukan individu tetraploid tertinggi yaitu 29‵ (77,66%) dan 29,5‵ (72,53%) setelah pembuahan. Masing-masing perlakuan umur zigot tersebut menghasilkan tingkat kelangsungan hidup sebesar 90,33% dan 91,67%. Persentase keberhasilan induksi tetraploid dilakukan berdasarkan pada jumlah maksimum nukleoli (4 nukleoli pada individu tetraploid) dan penghitungan jumlah kromosom (108 buah). Adapun penerapan suhu kejut dan lama kejut pada setiap perlakuan adalah 42 ºC selama 2,5‵ yang mengacu pada induksi tetraploid patin oleh peneliti sebelumnya. Penerapan kejut panas pada induksi tetraploid patin ini juga berdampak pada rendahnya angka penetasan sekitar 4,12 - 8,93% dan abnormalitas mencapai 12,36 - 27,60%. Meskipun berdampak pada angka penetasan dan abnormalitas, kejut panas yang dilakukan pada berbagai umur zigot ini tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan benih yang dihasilkan. Penelitian tahap kedua bertujuan untuk mengkaji performa pertumbuhan dan perkembangan reproduksi ikan patin tetraploid. Hasil penelitian tahap kedua menunjukkan bahwa pertumbuhan ikan patin tetraploid lebih baik dibandingkan patin diploid dengan selisih persentase bobot harian sebesar 0,497% dan panjang 0,158%. Akan tetapi baik patin tetraploid dan diploid menunjukkan perbedaan yang tidak nyata pada parameter FCR dan SR. Dari segi perkembangan gonad berdasarkan hasil pengamatan histologi memperlihatkan bahwa masing-masing patin tetraploid dan diploid baik jantan maupun betina berada pada tingkat kematangan gonad yang sama. Gonad betina berada pada tahap previtelogenik oosit dan vitelogenik oosit, sedangkan jantan didominasi pada tahap spermatosit dan spermatozoa. Histologi ini juga menunjukkan bahwa patin betina masih berada pada tahap perkembangan telur, sedangkan patin jantan sudah memasuki tahap matang gonad dan siap untuk dipijahkan. Penelitian tahap ketiga bertujuan untuk mengkaji performa reproduksi ikan patin tetraploid melalui analisis kualitas gamet dan kemampuannya untuk memijah. Hasil penelitian tahap ketiga menampilkan data fekunditas dan diameter telur induk betina tetraploid dan diploid tidak berbeda nyata (P>0,05). Begitu pula halnya dengan hasil uji motilitas sperma antara patin tetraploid dengan diploid, secara deskriptif sperma patin tetraploid memperlihatkan adanya sperma yang bersifat statik sebesar 2,53%, namun memiliki persentasi sperma hyperactive motility yang tinggi sebesar 11,83%. Setelah dilakukan uji pemijahan menunjukkan bahwa tingkat penetasan telur patin tetraploid rata-rata 15,37% dari lima kali percobaan dengan induk yang berbeda. Hal ini mungkin dipengaruhi oleh induk yang baru pertama kali dipijahkan, mengakibatkan kualitas telur masih rendah. Penelitian tahap keempat bertujuan untuk mengevaluasi produksi ikan patin triploid secara massal hasil persilangan dan mengkaji performa pertumbuhan dari ikan patin triploid yang dihasilkan. Hasil penelitian tahap keempat menunjukkan bahwa perlakuan 2n♀ >< 4n♂ menghasilkan selisih angka penetasan sebesar 19,76% dibandingkan dengan 4n♀ >< 2n♂ namun tetap lebih rendah dibandingkan dengan kontrol (2n♀ >< 2n♂). Pengujian ploidi dari progeni tersebut dilakukan melalui pengamatan jumlah maksimum nukleolus, kromosom dan rasio GH/aktin dengan hasil 100% benih adalah triploid. Pertumbuhan benih triploid dibandingkan dengan diploid hingga umur 4 bulan masih belum memperlihatkan perbedaan yang signifikan pada pertambahan bobot harian. Histologi gonad yang dilakukan memperlihatkan bahwa gonad patin triploid baik jantan dan betina tidak berkembang. Hal ini menyebabkan hasil rendemen filet patin memiliki persentase yang signifikan dengan selisih bobot daging hingga mencapai 200 g. Warna dan hasil proksimat daging juga tidak memperlihatkan perbedaan yang signifikan secara statistik. Kesimpulan umum dari penelitian ini adalah berhasilnya upaya mendapatkan patin tetraploid melalui kejut panas dan memiliki kemampuan reproduksi sama dengan patin diploid untuk dijadikan sebagai induk. Selain itu, produksi patin triploid secara massal melalui persilangan, juga telah dibuktikan keberhasilannya.id
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB (Bogor Agricultural University)id
dc.subject.ddcAquacultureid
dc.subject.ddcCatfishid
dc.subject.ddc2017id
dc.subject.ddcSubang-Jawa Baratid
dc.titlePerbaikan Mutu Genetik Ikan Patin (Pangasianodon hypophthalmus) Melalui Aplikasi Teknologi Poliploidisasiid
dc.typeDissertationid
dc.subject.keywordanalisis spermaid
dc.subject.keywordindukid
dc.subject.keywordkematianid
dc.subject.keywordkualitas telurid
dc.subject.keywordtingkat ploidiid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record