Show simple item record

dc.contributor.advisorOktaviani, Rina
dc.contributor.advisorHartoyo, Sri
dc.contributor.advisorProyarsono, Savio Dominicus
dc.contributor.authorSusanti, Ervin Nora
dc.date.accessioned2020-01-08T02:32:51Z
dc.date.available2020-01-08T02:32:51Z
dc.date.issued2019
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/100877
dc.description.abstractSalah satu komoditas perikanan yang memiliki nilai ekonomis tinggi dan potensial untuk dikembangkan di Indonesia adalah lobster. Pulau Lombok merupakan salah satu daerah penghasil lobster yang memiliki potensi besar untuk dikembangkan. Namun demikian, produktivitas budidaya pembesaran lobster di Pulau Lombok masih rendah karena faktor manajemen. Sehingga diperlukan upaya peningkatan produktivitas dan efisiensi untuk pengembangan budidaya pembesaran lobster yang berkelanjutan. Keberhasilan usaha pembesaran lobster yang berkelanjutan dipengaruhi oleh keterlibatan beberapa pihak termasuk pembudidaya lobster. Pembudidaya merupakan subjek yang terlibat langsung dalam pelaksanaan konsep pembangunan pertanian berkelanjutan di lapangan. Persepsi pembudidaya terhadap keberlanjutan usaha sangat penting dan bisa menjadi tolok ukur keberhasilan konsep pertanian berkelanjutan di tingkat usahatani. Peningkatan produktivitas usaha budidaya pembesaran lobster juga terkait dengan kemampuan pembudidaya dalam mengelola kegiatan usaha. Apabila pembudidaya memiliki persepsi yang baik terhadap keberlanjutan, maka pada akhirnya akan membantu pemerintah dalam implementasi di lapangan dengan jalan melakukan pengelolaan usaha dengan baik. Budidaya lobster merupakan salah satu usaha yang memiliki risiko produksi akibat pengaruh iklim, cuaca, kondisi perairan, ketersediaan pakan dan kemungkinan serangan penyakit. Adanya risiko produksi akan mendapatkan respon dari pembudidaya berupa preferensi terhadap risiko produksi, yang akan memengaruhi keputusan pembudidaya dalam pengalokasian input produksi. Karenanya sangat penting untuk menganalisis preferensi risiko produksi pembudidaya lobster. Berkenaan dengan produktivitas, efisiensi teknis, persepsi petani terhadap keberlanjutan usaha dan preferensi risiko produksi tersebut maka penelitian ini bertujuan untuk: (1) Mengidentifikasi faktor-faktor yang memengaruhi produksi usaha pembesaran lobster, (2) Menganalisis indikator tingkat keberlanjutan usaha berdasarkan persepsi pembudidaya lobster, (3) Menganalisis tingkat efisiensi dan mengidentifikasi faktor-faktor yang memengaruhi inefisiensi teknis pada usaha pembesaran lobster dengan memperhitungkan indikator keberlanjutan usaha, (4) Menganalisis preferensi pembudidaya lobster terhadap risiko produksi. Data primer diambil melalui survei terhadap 106 rumah tangga pembudidaya lobster. Responden dipilih dengan menggunakan teknik sampling snowball karena jumlah populasi secara pasti sulit untuk diketahui. Penelitian dilakukan di Desa Jerowaru dan Desa Pare Mas Kecamatan Jerowaru Kabupaten Lombok Timur. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara purposive dengan pertimbangan bahwa lokasi terpilih merupakan sentra usaha budidaya lobster yang masih berjalan di Pulau Lombok. Dalam penelitian ini digunakan model yang dikembangkan oleh Kumbhakar (2002) untuk menganalisis efisiensi teknis, risiko produksi, dan preferensi risiko petani. Penyebab inefisiensi teknis dianalisis dengan menggunakan model efek inefisiensi teknis yang dikembangkan Battase dan Coelli (1995). Untuk menganalisis indikator tingkat keberlanjutan usaha maka data skala likert yang merupakan skala ordinal ditransformasikan ke dalam skala interval menggunakan pendekatan Method of Succesive Interval (MSI). Hasil analisis menunjukkan bahwa input produksi yang memiliki pengaruh signifikan adalah jumlah benih, pakan dan lama waktu budidaya. Nilai indeks persepsi keberlanjutan untuk dimensi ekonomi, sosial dan lingkungan masingmasing masuk pada katagori keberlanjutan “sedang” dengan nilai rata-rata adalah 0.58, 0.56 dan 0.54. Indeks gabungan yang merupakan interaksi antara ketiga dimensi memiliki nilai rata-rata 0.56 juga masuk pada katagori “sedang”. Ratarata pembudidaya efisien secara teknis dengan tingkat efisiensi teknis sebesar 0.89 (lobster pasir) dan 0.93 (lobster mutiara). Faktor yang memengaruhi inefisiensi teknis adalah umur, pengalaman, pendidikan dan persepsi pembudidaya terhadap keberlanjutan usaha pembesaran lobster. Meskipun secara teknis sudah efisien, namun secara alokatif dan ekonomi usaha pembesaran lobster masih belum efisien. Tingkat efisiensi alokatif adalah 0.61 (lobster pasir) dan 0.59 (lobster mutiara), sedangkan efisiensi ekonomi berturut – turut sebesar 0.54 dan 0.55. Preferensi risiko pembudidaya lobster di Pulau Lombok terhadap risiko produksi adalah risk averse. Preferensi terhadap penggunaan input benih dan pakan adalah risk taker, yang berarti bahwa pembudidaya berani mengambil risiko mengalokasikan penggunakan input benih dan pakan dalam jumlah yang lebih besar untuk meningkatkan produksi. Sedangkan preferensi risiko terhadap penggunaan input tenaga kerja dan lama waktu produksi adalah risk averse. Memanen lobster lebih cepat dibawah ukuran lobster dewasa adalah bukti perilaku risk averse petani lobster. Belum adanya teknologi untuk menangani penyakit yang mungkin menyerang lobster menyebabkan pembudidaya takut pada risiko kematian atau penurunan kualitas jika waktu panen ditunda lebih lama. Implikasi kebijakan untuk mendorong pembudidaya berani mengambil risiko adalah dengan peningkatan teknologi terkait dengan penanganan penyakit pada lobster. Pemerintah perlu meningkatkan peran penyuluh untuk memberikan pengarahan dan pendampingan dalam mengatasi masalah penyakit lobster. Teknologi pemberian pakan lobster yang tepat juga perlu ditingkatkan, hal ini untuk meminimalisir risiko timbulnya penyakit yang diakibatkan oleh munculnya bakteri dari pembusukan sisa pakan lobster. Sistem integrasi budidaya lobster dengan hewan lain yang memiliki tingkatan lebih rendah seperti abalon juga bisa menjadi alternatif untuk mengurangi risiko produksi. Diperlukan penelitian lanjutan untuk mengkaji bionomi usaha penangkapan benih lobster, menentukan kuota penangkapan yang bisa menjaga potensi lestari benih di alam sehingga usaha budidaya terus berkelanjutan.id
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB (Bogor Agricultural University)id
dc.subject.ddcAgricultural Economicsid
dc.subject.ddcRisk Referenceid
dc.subject.ddc2015id
dc.subject.ddcLombok, NTB.id
dc.titleAnalisis Efisiensi, Preferensi Risiko dan Keberlanjutan Usaha Budidaya Pembesaran Lobster di Pulau Lombok, Provinsi Nusa Tenggara Baratid
dc.typeDissertationid
dc.subject.keywordefisiensiid
dc.subject.keywordindeks keberlanjutanid
dc.subject.keywordpreferensi risikoid
dc.subject.keywordpembesaran lobsterid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record