Show simple item record

dc.contributor.advisorWiryawan, Budy
dc.contributor.advisorWiyono, Eko Sri
dc.contributor.advisorBaskoro, Mulyono S
dc.contributor.authorVatria, Belvi
dc.date.accessioned2020-01-08T02:30:20Z
dc.date.available2020-01-08T02:30:20Z
dc.date.issued2019
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/100873
dc.description.abstractKalimantan Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki tujuh kabupaten pesisir. Kabupaten Kayong Utara sebagai salah satu kabupaten pesisir di Kalimantan Barat merupakan penyumbang hasil perikanan tangkap laut terbesar pada tahun 2017. Dimana sebanyak 90% didominasi oleh perikanan tangkap skala kecil. Namun demikian, kondisi kehidupan nelayan kecil di Kabupaten Kayong Utara saat ini masih memperihatinkan. Jika terus dibiarkan maka jumlah nelayan akan terus menurun yang pada gilirannya akan berdampak pada keberlanjutan perikanan tangkap di masa depan. Padahal perikanan tangkap skala kecil sangat berkontribusi terhadap ketahanan pangan, asupan gizi, dan pengentasan kemiskinan. Tanpa metode pendekatan pembangunan perikanan tangkap skala kecil yang tepat, maka kesejahteraan nelayan skala kecil tersebut sulit untuk ditingkatkan. Berdasarkan permasalahan tersebut, maka terdapat 3 tujuan penelitian yaitu: 1) menguraikan tipologi perikanan tangkap skala kecil di Kabupaten Kayong Utara, 2) mengevaluasi status mata pencaharian nelayan skala kecil dan faktor-faktor yang memengaruhinya di Kabupaten Kayong Utara, dan 3) Menyusun strategi pembangunan perikanan tangkap skala kecil di Kabupaten Kayong Utara melalui pendekatan mata pencaharian berkelanjutan. Metode analisis yang digunakan untuk mencapai tujuan pertama adalah dengan metode multi-criteria analysis (MCA) dan analisis klaster melalui perangkat lunak SPSS. Metode analisis yang digunakan untuk mencapai tujuan kedua adalah dengan metode the fisheries livelihoods resilience communities check (FLIRES check), multidimensional scaling (MDS), dan leverage analysis melalui perangkat lunak Rapfish. Metode analisis yang digunakan untuk mencapai tujuan ketiga adalah dengan metode deskriptif melalui proses sintesis dari hasil penelitian pada tujuan satu dan dua. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tipologi perikanan tangkap skala kecil di Kabupaten Kayong Utara dikelompokan menjadi 4 klaster sesuai dengan kemiripan karakteristiknya. Klaster 1 beranggotakan dua desa nelayan, yaitu Dusun Besar dan Sutra yang dicirikan oleh alat tangkap pukat hela dan pukat ikan. Klaster 2 beranggotakan empat desa nelayan, yaitu: Dusun Kecil, Rantau Panjang, Pulau Kumbang, dan Mas Bangun yang dicirikan oleh alat tangkap jaring tiga lapis, pukat ikan, dan pukat tenggiri. Klaster 3 beranggotakan empat desa nelayan, yaitu: Tanjung Satai, Pemangkat, TBS, dan TBU yang dicirikan oleh alat tangkap pukat cincin, pukat tepi, dan bubu kepiting. Klaster 4 beranggotakan dua desa nelayan yaitu Riam Berasap dan Alur Bandung yang dicirikan oleh alat tangkap cakar kerang, pukat tepi, dan jala. Hasil penelitian menemukan bahwa terdapat 8 mata pencaharian rumah tangga nelayan yang memperoleh status cukup berkelanjutan dan 5 mata pencaharian rumah tangga nelayan yang memperoleh status kurang berkelanjutan. Mata pencaharian rumah tangga nelayan yang memperoleh status cukup berkelanjutan adalah: Pemilik kapal pukat cincin, Nahkoda pukat cincin, Nahkoda jaring tiga lapis, Nahkoda pukat ikan, ABK pukat ikan, Nahkoda pukat hela, ABK pukat hela, dan bubu. Sementara itu, mata pencaharian rumah tangga nelayan yang memperoleh status kurang berkelanjutan adalah: ABK pukat cincin, ABK jaring tiga lapis, cakar kerang, pukat tepi, dan jala. Mata pencaharian sebagai Pemilik kapal pukat cincin memperoleh indeks paling tinggi di antara mata pencaharian lainnya, sedangkan mata pencaharian jala memperoleh indeks yang paling rendah. Hasil penelitian menemukan bahwa faktor-faktor yang memengaruhi status keberlanjutan mata pencaharian perikanan tangkap skala kecil di Kabupaten Kayong Utara, yaitu: 1) bidang alam yang terdiri dari; daerah terisolir, kondisi muara/tambat labuh, keberlanjutan SDI, keberlanjutan keuntungan dari laut, sumber daya alam lainnya, dan ancaman bencana alam, 2) bidang manusia yang terdiri; sifat kewirausahaan, pekerjaan ibu rumah tangga, jumlah anak, pendidikan yang diharapkan, dan kemampuan membiayai pendidikan, 3) bidang fisik yang terdiri dari; kecukupan alat tangkap, kepemilikan aset diluar perikanan, nilai tambah pengolahan, keadaan es, dan pemukiman/sanitasi, 4) bidang keuangan yang terdiri dari; tingkat kredit dan kiriman uang dari perantau 5) bidang sosial yang terdiri dari; sifat gotong royong, kepercayaan/kejujuran, kepemimpinan, struktur sosial, hak bicara, dan keadilan/sanksi, dan 6) bidang kelembagaan yaitu dukungan/partisipasi. Hasil uji lanjut instrumen FLIRES check menunjukkan bahwa alat ukur tersebut cukup efektif untuk mengevaluasi status keberlanjutan mata pencaharian nelayan di daerah yang berbeda. Instrumen FLIRES check ini mampu menganalisis permasalahan dari skala multidimensi dan dapat menghasilkan informasi tentang status keberlanjutan mata pencaharian nelayan secara komprehensif. Instrumen FLIRES check ini juga sangat fleksibel karena jumlah bidang (dimensi) dan atribut-atribut yang menyusunnya dapat disesuaikan dengan kebutuhan pengguna sesuai dengan situasi dan kondisi dilapangan. Hasil analisis FLIRES check tersebut dapat dijadikan dasar pertimbangan dalam merumuskan strategi dan kebijakan pembangunan perikanan skala kecil melalui pendekatan mata pencaharian berkelanjutan. Rekomendasi strategi pembangunan perikanan tangkap skala kecil di Kabupaten Kayong Utara pada setiap klaster berbeda-beda. Pada klaster 1 untuk mata pencaharian dengan jenis alat tangkap pukat hela terdapat 8 strategi, sedangkan untuk jenis alat tangkap pukat ikan terdapat 7 strategi. Pada klaster 2 untuk mata pencaharian dengan jenis alat tangkap jaring tiga lapis terdapat 10 strategi, sedangkan untuk pukat ikan terdapat 7 strategi. Pada klaster 3 untuk mata pencaharian dengan jenis alat tangkap pukat cincin terdapat 8 strategi, untuk jenis alat tangkap pukat tepi terdapat 12 strategi, sedangkan untuk jenis alat tangkap bubu terdapat 12 strategi. Pada klaster 4 untuk mata pencaharian dengan jenis alat tangkap cakar kerang terdapat 12 strategi, sedangkan untuk jenis alat tangkap jala terdapat 12 strategi.id
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB (Bogor Agricultural University)id
dc.subject.ddcMarine Fisheries Technologyid
dc.subject.ddcCapture Fisheriesid
dc.subject.ddc2017id
dc.subject.ddcKalimantan Baratid
dc.titleEvaluasi Pembangunan Perikanan Tangkap Skala Kecil di Kabupaten Kayong Utara Provinsi Kalimantan Baratid
dc.typeDissertationid
dc.subject.keywordkeberlanjutanid
dc.subject.keywordmata pencaharianid
dc.subject.keywordnelayanid
dc.subject.keywordpembangunanid
dc.subject.keywordtipologiid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record