Show simple item record

dc.contributor.advisorRaffiudin, Rika
dc.contributor.advisorKahono, Sih
dc.contributor.authorSayusti, Tiara
dc.date.accessioned2020-01-07T07:21:30Z
dc.date.available2020-01-07T07:21:30Z
dc.date.issued2019
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/100854
dc.description.abstractStingless bee memiliki tingkat keragaman yang tinggi dan wilayah distribusi yang luas di dunia. Indonesia sebagai bagian dari wilayah persebaran Indo-Malaya dan Australasia memiliki potensi tinggi sebagai habitat stingless bee karena iklim tropisnya. Keanekaragaman stingless bee di Indonesia telah tercatat di dalam Catalog Indo-Malayan dan Australasian stingless bee, namun masih terbatas di pulau-pulau yang termasuk ke dalam wilayah Sundaland. Eksplorasi stingless bee di Indonesia khususnya di wilayah Wallacea belum dilakukan secara menyeluruh. Sebagai salah satu pulau yang berada di wilayah Wallacea, Sulawesi memiliki banyak hewan endemik termasuk stingless bee. Terdapat tujuh spesies stingless bee yang telah dilaporkan di Sulawesi yaitu Wallacetrigona incisa (Engel dan Rasmussen), Lepidotrigona terminata (Smith), Tetragonula fuscobalteata (Cameron), T. laeviceps (Smith), T. biroi (Friese), T. pagdeni (Schwarz), dan T. sapiens (Cockerell), namun ciri dari ketujuh spesies tersebut belum terdokumentasi secara lengkap sehingga sering ditemukan kesulitan pada saat proses identifikasi spesies. Identifikasi stingless bee dapat dilakukan dengan melihat ciri morfologi, arsitektur sarang, dan melalui pendekatan molekuler DNA barcoding. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan mengeksplorasi keanekaragaman spesies stingless bee di Sulawesi melalui identifikasi morfologi, arsitektur sarang, dan DNA barcoding. Koleksi sampel stingless bee dilakukan di tujuh lokasi yang terleteak di empat kabupaten di Sulawesi Selatan (Maros, Soppeng, Wajo, dan Luwu Utara) dan satu kabupaten di Sulawesi Barat (Polewali). Identifikasi morfologi dilakukan dengan mengamati karakter utama dari stingless bee yaitu warna tubuh, mesonotum, scutellum, propodeum, warna sayap, jumlah hammuli, hind tibia, dan hind basitarsus. Selain itu dilakukan pula pengukuran dari tujuh bagian tubuh stingless bee untuk analisis morfometrik menggunakan metode Principal Component Analysis (PCA). Pengamatan arsitektur sarang dilakukan pada bagian lubang sarang dan susunan sel pengeraman. Tahap identifikasi melalui DNA barcoding meliputi Ekstraksi DNA, amplifikasi gen cytochrome c oxidase I (COI), dan sequencing DNA. Tahap analisis bioinformatik meliputi Basic Local Alignment Search Tool-Nucleotide (BLAST-N) di NCBI (www.ncbi.nml.nih.gov), translasi asam amino, analisis jarak genetik, konstruksi pohon filogenetik, dan analisis laju substitusi kodon. Berdasarkan karakteristik morfologi, sampel stingless bee yang dikoleksi dari 44 koloni terdiri dari tiga spesies stingless bee berukuran kecil (< 4mm) yaitu T. sapiens, T. fuscobalteata, T. aff. biroi, dan dua spesies stingless bee berukuran besar (>= 4 mm) yaitu W. incisa dan L. terminata. Karakteristik morfologi yang teramati berhasil disusun menjadi kunci identifikasi stingless bee khusus untuk wilayah Sulawesi. Hasil analisis morfometrik juga menunjukkan adanya pengelompokan berdasarkan ukuran tubuh. Nilai total PC1 dan PC2 pada analisis morfometrik yaitu 88.75% dengan Eigen value tertinggi pada PC1 0.958 pada karakter panjang tubuh dan PC2 0.546 pada karakter lebar mata. Hal tersebut menunjukkan bahwa karakter panjang tubuh dan lebar mata merupakan karakter yang berperan penting dalam pemisahan spesies pada analisis PCA. Selain ciri morfologi, penelitian ini juga berhasil mengkarakterisasi tipe lubang sarang dan susunan sel pengeraman. Tipe lubang sarang stingless bee endemik W. incisa untuk pertama kalinya didokumentasikan dan dikarakterisasi pada penelitian ini, yaitu tipe celah longitudinal yang sempit dengan pelebaran gumpalan resin yang tebal dan keras. Tetragonula sapiens dan T. fuscobalteata memiliki tipe lubang sarang yang sama yaitu corong pendek dengan bentuk lubang elips, sedangkan T. aff. biroi memiliki tipe lubang sarang yang bervariasi yaitu corong pendek dengan ornamentasi tidak beraturan, corong memanjang dengan lubang yang lebar, dan warna resin berbeda-beda dan tipe corong silindris memanjang seperti pada L. terminata. Selanjutnya penelitian ini berhasil mendapatkan sekuen gen COI dengan ukuran 759 – 846 bp dari empat spesies stingless bee yaitu T. sapiens, T. fuscobalteata, T. aff. biroi dan L. terminata. Analisis konstruksi pohon filogenetik pada ke-empat sekuen stingless bee penelitian ini dilakukan bersama dengan tiga sekuen gen COI Tetragonula dari GenBank (T. iridipennis, T. carbonaria, dan T. hockingsi). Hasil rekosntruksi pohon filogenetik juga menunjukkan adanya pengelompokan stingless bee berdasarkan ukuran tubuh. Kelompok stingless bee berukuran kecil terbagi menjadi dua cluster yaitu Indo-Malayan (T. fuscobalteata, T. aff. biroi, dan T. iridipennis) dan Australian Tetragonula (T. sapiens, T. hockingsi, dan T. carbonaria). Cluster yang terbentuk didukung oleh data persebaran stingless bee yang sesuai dengan wilayah persebaran Indo-Malaya dan Australasia. Hal tersebut menunjukkan bahwa gen COI dapat digunakan untuk menganalisis hubungan evolusi dan kekerabatan antara stingless bee di wilayah Indo-Malaya dan Australasia. Karakter lubang masuk sarang yang teramati tidak menunjukkan adanya pola yang berkaitan dengan pengelompokan spesies berdasarkan sekuen gen COI. Tetragonula sapiens dan T. fuscobalteata memiliki persamaan karakter lubang sarang, namun pada pohon filogenetik kedua spesies tersebut terletak pada cluster yang berbeda. Tetragonula fuscobalteata dan T. aff. biroi dengan tipe lubang sarang yang berbeda terletak pada cluster yang sama. Tipe susunan sel pengeraman semi-cluster pada T. sapiens mengelompok dengan tipe susunan sel pengeraman spiral comb (T. carbonaria) dan semi-comb (T. hockingsi), sedangkan tipe susunan sel pengeraman semi-comb pada T. aff. biroi mengelompok dengan tipe cluster T. fuscobalteata. Kondisi lingkungan (adanya predator, hujan, dan angin) dan material (sumber resin) yang tersedia dapat menyebabkan spesies yang berbeda memiliki tipe lubang masuk sarang yang sama atau spesies yang sama dapat memiliki tipe lubang masuk sarang yang berbeda. Hasil eksplorasi dan data lokasi persebaran stingless bee pada penelitian ini diharapkan dapat membantu memperbaharui data keanekaragaman stingless bee di Indonesia khususnya di Sulawesi. Selain itu data morfologi, arsitektur sarang, dan sekuen gen COI pada masing-masing spesies diharapkan dapat membantu proses identifikasi spesies pada eksplorasi dan studi stingless bee selanjutnya.id
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB Universityid
dc.titleIdentifikasi stingless bee (Hymenoptera: Apidae) asal Sulawesi berdasarkan karakteristik morfologi, sarang, dan DNA barcodingid
dc.typeThesisid
dc.subject.keywordWallacetrigona incisaid
dc.subject.keywordstingless beeid
dc.subject.keywordarsitektur sarangid
dc.subject.keywordgen COIid
dc.subject.keywordWallaceaid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record