dc.description.abstract | Jamu bersalin merupakan ramuan tradisional dari beberapa tanaman obat
yang digunakan untuk perawatan dan pemulihan selama masa nifas. Masa nifas
beresiko terjadi perdarahan, infeksi, dan preeklamsia yang dapat mengakibatkan
kematian ibu. Aktinobakteri dari tanaman obat memiliki berbagai kemampuan
metabolit sekunder sebagai sumber potensial senyawa aktif. Tujuan penelitian ini
untuk mengisolasi aktinobakteri asal jamu bersalin Aceh, dan menentukan
aktivitas antibakteri dan antioksidan.
Keragaman morfologi aktinobakteri asal jamu bersalin Aceh diobservasi
berdasarkan karakter morfologi secara makroskopik dan mikroskopik. Penapisan
aktivitas antibakteri dilakukan dengan uji antagonis langsung terhadap bakteri
target EPEC K1.1 dan Bacillus pumilus. Isolat terpilih diidentifikasi secara
molekuler berdasarkan gen 16S rRNA. Penentuan pola aktivitas antibakteri
dilakukan untuk mengetahui waktu optimum produksi senyawa antibakteri dari
aktinobakteri asal jamu bersalin Aceh. Isolat aktinobakteri terpilih dan jamu
bersalin Aceh kemudian diekstraksi menggunakan pelarut etil asetat. Ekstrak etil
asetat aktinobakteri dan jamu bersalin selanjutnya diuji aktivitas antibakteri,
antioksidan, dan kandungan fitokimia. Uji aktivitas antibakteri menggunakan
metode Kirby-Bauer, sedangkan uji aktivitas antioksidan menggunakan
metode DPPH.
Keragaman aktinobakteri dari jamu bersalin Aceh memiliki berbagai
macam warna miselium aerial, warna miselium substrat, dan tipe rantai spora.
Hasil penelitian menunjukkan 15 isolat aktinobakteri berhasil diisolasi dari jamu
bersalin Aceh. Karakteristik aktinobakteri asal jamu bersalin Aceh memiliki
warna miselium aerial putih, putih keabuan dan abu-abu. Warna miselium substrat
didominasi oleh warna kuning kecoklatan hingga coklat tua. Miselium aerial
aktinobakteria asal jamu bersalin Aceh secara mikroskopik didominasi oleh
tipe flexibilis (F) dan biverticillus spira (BIV S). Isolat aktinobakteri dari jamu
bersalin Aceh memiliki kemampuan antibakteri yang beragam terhadap bakteri uji
EPEC K1.1 dan B. pumilus. Isolat terbaik yang dipilih berdasarkan diameter zona
hambat paling lebar dan waktu pertumbuhan isolat. Dua isolat aktinobakteri yang
dipilih yaitu isolat JBA 8 dan JBA 11. Hasil homologi sekuen gen 16S rRNA
menggunakan EzBioCloud menunjukkan bahwa isolat JBA 8 memiliki kesamaan
(95.37%) dengan Cellulosimicrobium cellulans LMG 16121 (T) sedangkan isolat
JBA 11 memiliki kesamaan (98.10%) dengan C. funkei ATCC BAA886 (T).
Pola aktivitas antibakteri supernatan isolat JBA 8 dan JBA 11
menunjukkan aktivitas tertinggi pada hari ke-10 terhadap bakteri uji EPEC K1.1
dan B. pumilus. Uji aktivitas antibakteri ekstrak etil asetat JBA 8, JBA 11, dan
jamu bersalin Aceh memiliki kemampuan antibakteri mulai dari 25 μg/mL sampai
dengan 1000 μg/mL. Ekstrak etil asetat JBA 8 memiliki kemampuan antibakteri
lebih tinggi dibandingkan kontrol positif (polimixin B 1000 μg/mL) dan jamu
bersalin Aceh terhadap EPEC K1.1.
Ekstrak etil asetat ekstrak etil asetat JBA 8 dan JBA 11 memiliki aktivitas
antioksidan dengan IC50 279.7 ppm dan IC50 470.5 ppm, sedangkan jamu bersalin
Aceh memiliki aktivitas antioksidan dengan IC50 36.6 ppm. Hasil analisis
fitokimia menunjukkan bahwa ekstrak etil asetat JBA 8 dan JBA 11 mengandung
senyawa flavonoid, saponin, dan triterpenoid. Ekstrak etil asetat JBA 8 juga
mengandung senyawa steroid. Ekstrak etil asetat jamu bersalin Aceh
mengandung flavonoid, triterpenoid, dan kuinon. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa isolat aktinobakteri asal jamu bersalin Aceh memiliki potensi
sebagai sumber antibakteri dan antioksidan. | id |