Analisis Kekeringan dengan Konsep Standardized Precipitation Evapotranspiration Index (SPEI) dan Implikasinya terhadap Produktivitas Kelapa Sawit
Abstract
Kelapa sawit merupakan tanaman yang tidak toleran terhadap cekaman kekeringan. Cekaman kekeringan pada tanaman kelapa sawit dapat mengakibatkan penurunan pada laju pembelahan sel, laju penyerapan CO2, penyerapan hara, laju fotosintesis, dan produktivitas tanaman. Indeks kekeringan Standardized Precipitation Evapotranspiration Index (SPEI) digunakan untuk mendeteksi, memantau, dan menganalisis kekeringan di wilayah perkebunan kelapa sawit PTPN VI Batanghari, Jambi. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kekeringan skala harian dan bulanan menggunakan indeks SPEI, menunjukkan besar kontribusi kekeringan harian terhadap kekeringan bulanan, menentukan waktu tunda (lag time) hubungan kekeringan dan produktivitas kelapa sawit, serta menganalisis pengaruh kekeringan terhadap produktivitas kelapa sawit. Secara rata-rata, kejadian kekeringan tidak terdeteksi pada skala harian pada periode basah maupun kering, namun kejadian kekeringan bulanan terdeteksi sebanyak 6 kejadian. Semakin banyak frekuensi kejadian kekeringan harian, nilai SPEI bulanan yang dihasilkan semakin kecil. Lag time yang dihasilkan terdapat pada lag-27 dengan nilai korelasi 0.22. Lag 27 bulan sebelum panen merupakan fase pembentukan bunga dimana kejadian kekeringan akan menghasilkan bunga jantan. Kekeringan bulanan hanya memengaruhi produktivitas kelapa sawit di PTPN VI Jambi sebesar 12.96% sedangkan pada periode empat bulanan, kekeringan memberikan kontribusi sebesar 61.17% terhadap penurunan produktivitas kelapa sawit. Perbedaan ini dapat disebabkan karena adanya sistem manajemen panen yang diterapkan oleh PTPN VI Jambi.