dc.description.abstract | Cekaman kekeringan merupakan salah satu masalah dalam pertanaman
maupun produksi kakao. Cekaman kekeringan dapat mengakibatkan perubahan
tanaman baik dari morfologi, fisiologi, biokimia, dan molekuler. Kekeringan akan
berdampak bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman serta
ketidakseimbangan metabolisme oksidatif. Dampak cekaman kekeringan pada
tanaman kakao dapat diatasi dengan menggunakan klon unggul atau hibrida unggul
yang memiliki toreransi terhadap cekaman kekeringan. Studi pewarisan terhadap
toleransi cekaman kekeringan pada tanaman kakao masih terbatas. Penelitian
mengenai studi pewarisan toleransi terhadap cekaman kekeringan pada tanaman
kakao perlu dilakukan untuk mendapatkan genotipe hibrida kakao toleran cekaman
kekeringan. Penelitian ini juga dilakukan untuk mengetahui karakter morfologi
yang dapat digunakan untuk seleksi. Pendekatan molekuler dengan gen APX
digunakan untuk mengkonfirmasi karakter toleransi terhadap cekaman kekeringan
pada tanaman kakao.
Berdasarkan hasil penelitian, tanaman pada kondisi tercekam menunjukkan
pertumbuhan dan perkembangan yang lebih lambat dibandingkan dengan tanaman
dalam kondisi normal. Karakter yang berkaitan dengan sistem perakaran berkaitan
dengan respon tanaman terhadap cekaman kekeringan. Berdasarkan hasil analisis
ragam menggunakan desai persilangan NC II (North Carolina II), karakter terkait
cekaman kekeringan dikendalikan oleh aksi gen aditif. Pola dominan berpengaruh
terhadap karakter bobot basah akar dan rasio akar/tajuk. Genotipe persilangan
Sulawesi 3 x ICCRI 09 menunjukkan nilai DGK (daya gabung khusus) terbaik pada
karakter diameter batang, bobot basah akar, dan bobot kering tajuk. Hasil analisis
sekuen DNA gen APX, gen APX teramati merupakan gen APX sitosolik. Dengan
basa nukleotida yang dapat membedakan tetua toleran T (timin) dan rentan A
(adenin). Asam amino yang dihasilkan pada tetua toleran F (phenylalanine) dan
pada tetua rentan I (isoleucine). | id |