Show simple item record

dc.contributor.advisorRustiadi, Ernan
dc.contributor.advisorSahara
dc.contributor.authorKhoirudin, Akhid Nur
dc.date.accessioned2019-12-09T05:57:35Z
dc.date.available2019-12-09T05:57:35Z
dc.date.issued2019
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/100197
dc.description.abstractProvinsi Banten yang merupakan hasil pemekaran dari Provinsi Jawa Barat menunjukkan tingkat pertumbuhan ekonominya diatas pertumbuhan nasional. Namun tingkat pertumbuhan ekonomi Provinsi Banten yang tinggi disertai adanya ketimpangan pembangunan antarwilayah dan keragaman spasial karateristik perkembangan wilayah. Untuk itu pendekatan pembangunan perlu mempertimbangkan tipologi masing-masing wilayah. Tujuan penelitian ini antara lain 1) menganalisis tipologi perkembangan kecamatan 2) mengidentifikasi keragaman spasial faktor-faktor penentu perkembangan wilayah di tingkat kecamatan, dan 3) merumuskan arahan rencana pengembangan wilayah di Provinsi Banten. Metode yang digunakan yaitu skalogram untuk mengetahui tingkat perkembangan kecamatan, spatial clustering digunakan untuk mengklasifikasikan tipologi perkembangan wilayah dan Geographical Weighted Regression (GWR) digunakan untuk menganalisis keragaman faktor-faktor penentu perkembangan wilayah. Hasil penelitian menunjukkan adanya pergeseran karakteristik perkembangan wilayah yang terdiri atas empat tipologi wilayah, yakni wilayah perkotaan, wilayah suburban tipe 1, wilayah suburban tipe 2 dan wilayah perdesaan. Mengacu pada studi Pravitasari (2009) terkait kategori pergeseran perkembangan wilayah, untuk tingkat perkembangan kecamatan, sebanyak 67 kecamatan (57.76 %) dikategorikan tidak mengalami kenaikan dan tetap berada di Hirarki III (rendah-rendah), sedangkan yang mengalami kenaikan menjadi Hirarki II (rendah-sedang) sebanyak 19 kecamatan (16.38%) dan yang mengalami kenaikan menjadi Hirarki I dari Hirarki II (sedang-baik) sebanyak 4 kecamatan (3.45%). Faktor-faktor penentu keragaman spasial perkembangan wilayah adalah jumlah penduduk dan jumlah industri kecil. Hasil uji signifikansi GWR menunjukkan jumlah penduduk secara signifikan berpengaruh positif secara umum di semua kecamatan, sedangkan jumlah industri kecil berpengaruh negatif dan signifikansi pengaruhnya beragam secara spasial. Berdasarkan hasil-hasil analisis, arahan rencana pengembangan wilayah di Provinsi Banten didasarkan atas empat cluster yaitu perkotaan metropolitan menjadi pusat kegiatan ekonomi wilayah dengan skala nasional (Tangerang dan Ciputat), suburban tipe 1 sebagai wilayah transisi menjadi pusat ekonomi wilayah yang menjembatani antara wilayah metropolitan dengan perdesaan (Serang, Rangkasbitung, Cilegon, Pandeglang, Balaraja, Teluknaga, Kronjo, Tigaraksa, Maja), suburban tipe 2 sebagai sebagai perkotaan skala kecil berfungsi sebagai lokasi pemasok, sentra pengolahan agroindustri dan berbagai kegiatan agrobisnis (Baros, Kragilan, Anyar) dan area perdesaan yang prioritas pembangunannya adalah infrastruktur dasar yang diharapkan dapat ditingkatkan perkembangan wilayahnya dengan beberapa pusat pertumbuhan skala perdesaan yang berada di Labuan, Bayah, Panimbang, Malingping dan Cibaliung.id
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB (Bogor Agricultural University)id
dc.subject.ddcRegional planningid
dc.subject.ddcRegional developmentid
dc.subject.ddc2018id
dc.subject.ddcTangerang-Bantenid
dc.titleAnalisis Tipologi dan Keragaman Spasial Faktor- Faktor Penentu Perkembangan Wilayah di Provinsi Bantenid
dc.typeThesisid
dc.subject.keywordspatial clusteringid
dc.subject.keywordGWR dan perkembangan wilayahid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record