Show simple item record

dc.contributor.advisorRiyadi, Hadi
dc.contributor.advisorRimbawan
dc.contributor.advisorEvy, Damayanthi
dc.contributor.advisorAdi, Winarto
dc.contributor.authorElnovriza, Deni
dc.date.accessioned2019-11-26T02:51:13Z
dc.date.available2019-11-26T02:51:13Z
dc.date.issued2019
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/100152
dc.description.abstractDi antara zat gizi yang berperan penting dalam pencegahan diabetes melitus adalah mineral, termasuk seng (Zn). Terdapat beberapa alasan untuk menduga bahwa metabolisme seng yang tidak normal berperan dalam patogenesis diabetes melitus dan beberapa komplikasinya. Studi-studi yang dilakukan memperlihatkan bahwa seng memainkan peranan dalam memperbaiki sensitivitas insulin perifer karena dapat meningkatkan potensi insulin yang distimulasi transport glukosa. Seng memiliki peran fungsional penting dalam fisiologi sel β dan memiliki efek perlindungan terhadap kerusakan sel β. Suplementasi seng dapat meningkatkan aktivitas SOD dan menurunkan peroksidasi lipid pada tikus diabetes. Ikan Bilih merupakan salah satu potensi pangan lokal Sumatera Barat yang mempunyai kandungan gizi, terutama seng yang termasuk tinggi, yaitu sebesar 4.7 mg/100 g. Tepung ikan merupakan salah satu produk pengolahan hasil ikan yang sampai saat ini belum dimanfaatkan secara maksimal terutama untuk bahan pangan, termasuk ikan Bilih. Pembuatan tepung ikan berbahan dasar ikan Bilih dapat menjadi suatu bentuk alternatif bahan pangan yang menjanjikan. Fish bars (snack bars berbahan ikan) merupakan produk modifikasi dari snack bars yang rasanya manis menjadi rasa manis asin (gurih) yang bahan bakunya berasal dari ikan. Penelitian ini bertujuan menghasilkan produk pangan dalam bentuk tepung dan fish bars berbasis ikan Bilih yang memenuhi kebutuhan gizi dan yang dapat diterima sebagai makanan selingan dan mengkaji pemanfaatan produk berbasis ikan Bilih (Mystacoleuseus padangensis) sebagai sumber seng pada tikus model diabetes melitus yang diinduksi STZ. Penelitian ini dilakukan dalam dua tahap, yaitu (1) penelitian pendahuluan untuk membuat produk pangan dari ikan Bilih, yaitu tepung ikan dan fish bars, dan (2) penelitian lanjutan berupa intervensi menggunakan hewan coba (in vivo study) yang dilakukan 2 tahap, (1) menentukan dosis terbaik tepung ikan Bilih dari dua dosis yang digunakan dan (2) mengkaji efektivitas seng dari produk fish bars dengan dosis seng terpilih berdasarkan tahap satu pada tikus model diabetes. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Hasil pengukuran biomarker dari tiap-tiap kelompok dianalisis menggunakan program IBM SPSS Statistics Versi. 21. Data hasil pengukuran parameter yang diperoleh dianalisis dengan sidik ragam (ANOVA) pada selang kepercayaan 95% untuk melihat ada tidaknya pengaruh perlakuan, apabila terdapat keragaman dilanjutkan dengan uji beda Duncan. Pada tahap pengembangan produk fish bars, dibuat dengan menggunakan proporsi tepung ikan Bilih terhadap total bobot bahan baku berupa tepung (100%) termasuk tepung ikan Bilih pada adonan bahan yang terdiri atas tiga taraf, yaitu 30%, 40%, dan 50%. Pada pengembangan produk telah dihasilkan satu formula produk fish bars yang mengandung gizi yang baik dan dapat diterima oleh panelis secara organoleptik, yaitu fish bars yang dibuat dengan proporsi tepung ikan Bilih sebanyak 50%. Fish bars ini setiap 100 gr mengandung energi 327.12±9.01 kkal, protein 22.75±0.86%, lemak 11.99±0.74%, karbohidrat 32.06±0.30%, air 28.28±1.47%, abu 4.44±0.43%, dan seng 4.58±2.43 mg. Pada tahap intervensi tahap satu, dosis seng yang digunakan dalam penelitian ini adalah berdasarkan rekomendasi suplementasi dari Council for Responsible Nutrition sebesar 30 mg, kemudian dikonversi ke tikus sebagai model dalam penelitian. Berdasarkan hasil konversi dan perkiraan konsumsi ransum tikus 20 g, maka dalam ransum harus terdapat seng sebesar 27 mg/kg ransum. Dosis lain yang digunakan untuk intervensi adalah 13.5 mg/kg, di mana dosis ini lebih besar daripada kebutuhan harian orang dewasa, yaitu 13 mg/org/hari dan lebih besar daripada kebutuhan tikus, yaitu sebesar 12 mg/kg. Intervensi dilakukan selama 14 hari. Pada tahap kedua intervensi, dosis seng yang digunakan adalah dosis terbaik yang diperoleh dari penelitian intervensi tahap pertama dan dilakukan selama 30 hari. Tikus model diabetes menggunakan strain Spraque-Dawley dengan bobot 150-200 g usia 8-10 minggu diinduksi dengan Streptozotocin (STZ) secara intraperitoneal dengan dosis tunggal, yaitu 40 mg/kg BB. Apabila kadar glukosa darah tikus >150 mg/dL (8.3 mmol/L) dapat digunakan sebagai tikus percobaan pada penelitian ini. Intervensi tahap satu untuk menentukan dosis seng terbaik pada tikus model diabetes dengan tepung ikan Bilih selama 14 hari bisa menurunkan kadar glukosa darah secara signifikan (p<0.05), bisa memperbaiki dan memulihkan bobot badan walaupun belum kembali ke glukosa darah dan bobot badan normal. Intervensi pada tikus model diabetes menemukan bahwa terjadi penurunan glukosa darah yang terbesar pada dosis seng 0.54 mg (27 mg/kg), yaitu turun sebanyak 140 mg/dL atau 38.95%. Terlihat ada kecenderungan perbaikan insulin, GLUT4, SOD, HDL, dan penurunan MDA namun pengaruhnya tidak signifikan dengan kontrol diabetes (D). Menggunakan dosis seng 0.54 mg (27 mg/kg) pada intervensi yang kedua ditemukan bahwa kadar glukosa darah tikus pada sebelum intervensi dan setelah intervensi terlihat hanya perlakuan tikus kelompok yang diberi ransum fish bars sekaligus metformin dan kelompok yang diberi ransum tepung ikan Bilih saja yang berbeda secara signifikan (p<0.05). Intervensi fish bars dan tepung ikan bilih selain menurunkan glukosa darah juga mampu mengurangi stress oksidatif dengan cara menekan kadar MDA dan meningkatkan SOD, meningkatkan kadar insulin dan GLUT4 dan mempertahankan profil lipid tidak berbeda signifikan dengan tikus normal. Berdasarkan immunohistokimia pada pankreas tikus dengan antibodi anti-insulin, walaupun ditemukan bahwa sel β tikus kelompok fish bars dan tepung ikan Bilih mempunyai immunoreaktivitas lebih rendah dibandingkan tikus yang diberi metformin terlihat bahwa kerusakan sel β bisa diminimalkan dengan fish bars dan tepung ikan Bilih. Dengan demikian fish bars dan tepung ikan Bilih bisa mengontrol glukosa darah, menurunkan dampak stres oksidatif dan mempertahankan populasi sel β dan memperkecil kerusakannya pada tikus model diabetes. Immunohistokimia menggunakan antibodi anti-GLUT4 terlihat bahwa immunoreaktivitas GLUT4 pada tikus yang diberi fish bars dan tepung ikan Bilih sudah mendekati kelompok normal dibanding dengan kelompok diabetes dengan ransum standar dan metformin.id
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB (Bogor Agricultural University)id
dc.subject.ddcNutrition scienceid
dc.subject.ddcDiabetes mellitusid
dc.subject.ddc2016id
dc.subject.ddcBogor-Jawa Baratid
dc.titlePotensi Tepung Ikan Bilih dan Fish Bars dari Tepung Ikan Bilih (Mystacoleuseus padangensis Blkr) sebagai Sumber Seng pada Tikus Model Diabetes Melitus.id
dc.typeDissertationid
dc.subject.keyworddiabetes melitusid
dc.subject.keywordfish barsid
dc.subject.keywordikan Bilihid
dc.subject.keywordsengid
dc.subject.keywordstres oksidatifid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record