dc.description.abstract | Permintaan kopi dunia yang diprediksi akan terus meningkat setiap
tahunnya menjadi peluang besar untuk Indonesia sebagai produsen kopi keempat
terbesar di dunia. Namun demikian terdapat beberapa permasalahan pada produk
kopi Indonesia diantaranya: produktivitas masih rendah, nilai ekspor mengalami
perlambatan, harga ekspor rendah, terdapat tarif impor dan standarisasi mutu yang
tinggi. Tujuan penelitian ini adalah (1) Menganalisis dinamika kebijakan tarif dan
non tarif ekspor kopi biji dan kopi bubuk Indonesia (2) Menganalisis faktor-faktor
yang memperngaruhi permintaan kopi biji dan kopi bubuk Indonesia di negara
importir utama (3) Menganalisis posisi kopi biji dan kopi bubuk Indonesia yang
dipengaruhi oleh hambatan perdagangan. Penelitian ini menggunakan model
Linear Approximate Almost Ideal Demand System (LA/AIDS) dengan data time
series dari tahun 1996 hingga 2017. Penggunaan metode LA/AIDS untuk melihat
posisi kopi Indonesia yang dipengaruhi oleh variabel kebijakan perdagangan
seperti hambatan tarif dan non tarif merupakan kebaruan dalam penelitian ini,
dimana sebelumnya metode LA/AIDS hanya dipakai untuk menganalisis
permintaan pada perdagangan internasional tanpa melihat faktor kebijakan
perdagangan. Penggunaan pendekatan inventory dengan frecuency index untuk
mengukur variabel non tarif yang dimasukkan dalam model LA/AIDS juga
merupakan kebaruan penelitian lainnya pada penelitian ini.
Hasil empiris menunjukkan bahwa dinamika kebijakan tarif cenderung
menurun seiring dengan kebijakan non tarif yang terus meningkat. Secara umum,
faktor-faktor yang mempengaruhi posisi kopi Indonesia adalah harga kopi
domestik, harga kopi negara lain, GDP perkapita negara importir, nilai tukar riil,
tarif impor dan non tarif impor (Sanitary and Phytosanitary dan Technical Barier
to Trade). Kopi biji bersifat elastis di negara importir utama Jerman, Jepang dan
Amerika Serikat, namun kopi bubuk bersifat inelastis di Jepang. Kopi Indonesia
bersifat substitusi dengan kopi Brasil dan Kolombia, namun bersifat
komplementer dengan kopi Vietnam. Kopi biji Indonesia merupakan barang
mewah di Jerman, namun kopi bubuk Indonesia merupakan barang inferior di
Jerman dan Amerika Serikat. | id |