Show simple item record

dc.contributor.advisorHarianto
dc.contributor.advisorRifin, Amzul
dc.contributor.authorAmalia, Rizki
dc.date.accessioned2019-11-22T02:36:30Z
dc.date.available2019-11-22T02:36:30Z
dc.date.issued2019
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/100108
dc.description.abstractIndonesia merupakan negara produsen sekaligus eksportir minyak inti sawit dunia yang memiliki kepentingan untuk pengembangan pasar maupun menjaga ketersediaan bahan baku untuk pengembangan industri hilir. Kebijakan bea keluar merupakan salah satu instrumen kebijakan hilirisasi yang digunakan pemerintah untuk mendorong permintaan CPKO di dalam negeri. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis: (1) kinerja perdagangan dan daya saing minyak inti sawit Indonesia; (2) faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja perdagangan minyak inti sawit Indonesia; dan (3) menganalisis dampak penerapan kebijakan bea keluar terhdap kinerja perdagangan dan daya saing minyak inti sawit Indonesia. Penelitian ini menggunakan metode Revealed Comparative Advantage (RCA) dan Export Product Dynamic (EPD) untuk menghitung daya saing minyak inti sawit Indonesia di negara tujuan ekspor utama. Model penawaran dan permintaan yang dibangun pada penelitian ini merupakan sistem persamaan simultan, yang terdiri dari 18 persamaan struktural dan 25 persamaan identitas. Data yang digunakan merupakan data sekunder dengan rentang waktu (time series) selama periode 1991 – 2017. Hasil penelitian menunjukkan bahwa produk minyak inti sawit Indonesia memiliki keunggulan komparatif di keempat negara tujuan ekspor, namun mengalami penurunan daya saing di Belanda dan Cina. Perubahan tarif bea keluar responsif terhadap perubahan harga minyak inti sawit dunia dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Hal ini dikarenakan besaran tarif bea keluar ditentukan oleh harga referensi yaitu harga internasional. Sementara itu, bea keluar minyak inti sawit berpengaruh negatif namun tidak nyata terhadap harga ekspor minyak inti sawit. Harga ekspor minyak inti sawit dipengaruhi secara positif dan nyata terhadap harga minyak inti sawit dunia. Hal ini menunjukkan bahwa harga minyak inti sawit dunia lebih berpengaruh terhadap harga ekspor minyak inti sawit Indonesia dibandingkan dengan pengaruh kebijakan bea keluar. Hasil simulasi dampak kebijakan bea keluar terhadap kinerja perdagangan minyak inti sawit Indonesia periode 2012 – 2017 menunjukkan bahwa kebijakan bea keluar menurunkan daya saing minyak inti sawit Indonesia di negara tujuan ekspor, sementara itu dampaknya relatif kecil terhadap peningkatan permintaan minyak inti sawit domestik. Kebijakan penghapusan bea keluar mampu meningkatkan daya saing ekspor minyak inti sawit, namun tidak dapat mengkompensasi penurunan daya saing pada saat penurunan harga minyak inti sawit dunia. Rekomendasi kebijakan yang dapat dikemukakan dari penelitian ini yaitu perlu adanya diferensiasi strategi dalam meningkatkan pangsa ekspor minyak inti sawit berdasarkan posisi minyak inti sawit Indonesia di pasar negara tujuan. Selain itu, program percepatan hilirisasi perlu dilakukan untuk menyerap kelebihan penawaran minyak inti sawit di pasar domestik akibat penerapan bea keluar.id
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB Universityid
dc.subject.ddcAgricultural economicsid
dc.subject.ddcTradeid
dc.subject.ddc2017id
dc.subject.ddcIndonesiaid
dc.titleDampak Kebijakan Bea Keluar terhadap Kinerja Perdagangan dan Daya Saing Minyak Inti Sawit Indonesiaid
dc.typeThesisid
dc.subject.keyword2SLSid
dc.subject.keywordkebijakan pajak eskporid
dc.subject.keywordminyak inti sawisid
dc.subject.keywordperdagangan internasionalid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record