Show simple item record

dc.contributor.advisorRatnadewi, Diah
dc.contributor.advisorErmayanti, Tri Muji
dc.contributor.authorAdabiyah, Rifatul
dc.date.accessioned2019-11-22T02:30:54Z
dc.date.available2019-11-22T02:30:54Z
dc.date.issued2019
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/100106
dc.description.abstractStevia rebaudiana (Bertoni) Bertoni merupakan tanaman golongan herba. Tanaman ini mempunyai nilai komersial tinggi karena mengandung bahan pemanis alami yang dapat digunakan sebagai alternatif pengganti gula tebu. Rasa manis tersebut dikarenakan stevia mengandung senyawa glikosida steviol. Dua senyawa glikosida steviol tertinggi adalah steviosida (4-13 %) dan rebaudiosida-A (2-4 %), terdapat pada daun stevia. Glikosida steviol dapat digunakan oleh penderita diabetes sebagai sumber rasa manis karena bersifat hipoglikemik. Glikosida steviol mempunyai rasa manis 70-400 kali lebih tinggi dibandingkan dengan gula sukrosa, namun bahan pemanis stevia mempunyai rasa pahit yang tertinggal di lidah setelah dikonsumsi. Rasa pahit aftertaste ini disebabkan oleh kandungan steviosida yang tinggi. Rebaudiosida-A memiliki rasa manis lebih tinggi dari steviosida dan sangat sedikit meninggalkan rasa pahit dibandingkan dengan steviosida. Oleh karena itu perbaikan genetik stevia dengan kandungan rebaudiosida-A lebih tinggi perlu dilakukan. Untuk meningkatkan produktivitas dan perbaikan kualitas tanaman serta hasilnya, perbaikan genetik tanaman stevia perlu dilakukan. Poliploidisasi adalah salah satu pilihan untuk meningkatkan keragaman genetik tanaman. Upaya ini telah dilakukan oleh kelompok peneliti sebelumnya, dan diperoleh sejumlah tanaman stevia tetraploid. Tetraploid merupakan salah satu bentuk variasi genetik dengan jumlah kromosom empat kali kromosom dasarnya. Tetraploid pada tanaman stevia menghasilkan 2n = 4x = 44 kromosom. Tujuan penelitian ini adalah mengevaluasi karakter morfologi, anatomi, dan fisiologi tanaman S. rebaudiana serta menganalisis kadar steviosida dan rebaudiosida-A pada klon tetraploid dibandingkan dengan tanaman diploid. Dari karakter tersebut diperoleh informasi mengenai karakter tanaman stevia tetraploid unggul secara morfologi, anatomi, maupun fisiologi dengan kualitas senyawa pemanis yang lebih baik dibandingkan dengan tanaman diploid. Penelitian diawali dengan perbanyakan tunas stevia secara in vitro pada media Murashige dan Skoog tanpa penambahan zat pengatur tumbuh. Konfirmasi tingkat ploidi dilakukan menggunakan flositometer. Aklimatisasi dilakukan pada saat tanaman berumur 6 minggu setelah subkultur terakhir. Selanjutnya, untuk mendapatkan jumlah bahan tanaman yang cukup untuk ditanam di lapang, dilakukan perbanyakan tanaman melalui stek pucuk di rumah kaca. Pemeliharaan tanaman di lapang dilakukan selama 12 minggu. Karakter morfologi yang diamati meliputi karakter kualitatif, yaitu habitus tanaman, bentuk dan susunan daun, bentuk batang, akar, bunga, dan buah, serta karakter kuantitatif yang meliputi ukuran daun, diameter batang, panjang dan diameter akar. Karakter anatomi yang diamati meliputi stomata dan sayatan histologis daun, batang, dan akar. Karakter fisiologi meliputi analisis kadar klorofil dengan metode spektrofotometri, dan analisis kadar steviosida dan rebaudiosida-A dengan metode HPLC. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tanaman tetraploid klon B60.3H8, P1T22 dan P3T5 memiliki karakter morfologi dan anatomi, maupun fisiologi secara kualitatif serupa dengan klon diploid (kontrol). Akan tetapi ketiga klon tetraploid memiliki karakter kuantitatif secara umum lebih besar dibandingkan dengan klon kontrol (diploid) serta rasio kadar steviosida dan rebaudiosida-A beragam antara ketiga klon tetraploid dengan diploidnya. Karakter morfologi unggul terdapat pada klon P1T22 dibandingkan klon B60.3H8 dan klon P3T5 serta klon kontrol berdasarkan ukuran daun saat pertumbuhan in vitro, jumlah daun dan cabang, bobot basah daun dan akar, bobot kering daun, ukuran daun, diameter akar pada pertumbuhan di lapang. Karakter anatomi unggul terdapat pada klon P3T5 dibandingkan klon B60.3H8 dan klon P1T22, serta klon kontrol, berdasarkan indeks stomata pada adaksial, panjang dan lebar stomata, tebal daun, dan tebal jaringan penyusun akarnya. Kadar steviosida dan rebaudiosida-A tertinggi terdapat pada klon B60.3H8, sedangkan kadar steviosida terkecil pada klon P1T22, dan kadar rebaudiosida-A terkecil pada klon kontrol. Rasio kadar rebaudiosida-A terhadap steviosida lebih besar pada klon P1T22 dan klon B60.3H8, sehingga merupakan klon yang lebih unggul dan potensial untuk dikembangkan lebih lanjut, dibandingkan dengan klon P3T5 dan klon kontrol (diploid).id
dc.language.isoidid
dc.publisherIPB Universityid
dc.subject.ddcPlant Biologyid
dc.subject.ddcMorphologyid
dc.subject.ddc2018id
dc.subject.ddcBogor-Jawa Baratid
dc.titleKarakter Morfologi dan Anatomi Tanaman Tetraploid Stevia rebaudiana (Bertoni) Bertoni serta Kadar Steviosida dan Rebaudiosida-A.id
dc.typeThesisid
dc.subject.keywordStevia rebaudiana tetraploidid
dc.subject.keywordpemanis alamiid
dc.subject.keywordglikosida steviolid
dc.subject.keywordgenotipe unggulid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record