Analisis Pengaruh Parameter Proses Sterilisasi terhadap Botol Susu Steril Penyok di PT XYZ
Abstract
PT. XYZ merupakan perusahaan yang memproduksi susu steril berperisa.
Pada bulan Januari hingga Februari 2018, jumlah produk yang ditolak karena
tidak sesuai standar adalah sekitar 2% dari total produksi. Ketidaksesuaian yang
paling sering terjadi adalah botol penyok. Kemasan yang digunakan pada produk
merupakan botol berbahan High-Density Poliethylene (HDPE) yang mudah
terdeformasi ketika diberikan suhu yang tinggi, sehingga tahapan produksi yang
diduga menjadi penyebab utama terjadinya kerusakan botol adalah proses
sterilisasi. Tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi dan menganalisis
pengaruh parameter proses sterilisasi terhadap persentase botol penyok yang
dihasilkan. Prosedur penelitian yang dilakukan terbagi menjadi 5 tahap, yaitu
pengamatan proses produksi, identifikasi masalah, pengumpulan data parameter
proses sterilisasi, pengumpulan data jumlah produk dengan botol penyok, dan
analisis data. Analisis regresi linear berganda dilakukan untuk melihat pengaruh
parameter proses sterilisasi terhadap persentase botol penyok. Hasil analisis
regresi linear berganda terhadap data parameter-parameter proses sterilisasi retort
A dengan persentase botol penyok di PT. XYZ menghasilkan persamaan Y = -
163.743 + 1.008 X11 + 1.078 X10 + 11.825 X12 – 3.432 X4 +13.060 X7 – 0.737
X8 dengan nilai adjusted R2 0.221 yang menunjukkan bahwa variabel yang
berpengaruh signifikan terhadap persentase botol penyok adalah parameter suhu
maksimal proses (X11), laju penurunan suhu cooling II (X10), tekanan maksimal
proses (X12), laju kenaikan suhu heating (X4), rata-rata tekanan holding (X7),
dan laju penurunan suhu cooling I (X8). Data dari retort B menghasilkan
persamaan Y = - 10.949 + 2.826 X4 + 2.835 X3 + 0.599 X8 dengan nilai adjusted
R2 0.039 yang menunjukkan bahwa variabel-variabel yang berpengaruh signifikan
terhadap persentase botol penyok di antaranya adalah laju kenaikan suhu heating
(X4), laju kenaikan tekanan mixing (X3), dan laju penurunan suhu cooling I (X8).
Kecilnya nilai adjusted R2 persamaan yang dihasilkan data retort B menyebabkan
persamaan retort B tidak dapat digunakan untuk menduga hubungan antara
parameter proses sterilisasi dengan jumlah botol penyok yang dihasilkan dengan
baik. Dengan demikian, hanya persamaan dari retort A yang digunakan. Parameter
yang paling berpengaruh berdasarkan nilai standardized beta coefficient dari
variabel-variabel persamaan retort A adalah suhu maksimal proses (X11), laju
kenaikan suhu heating (X4), dan laju penurunan suhu cooling II (X10). Kedua
persamaan yang dihasilkan memiliki nilai adjusted R2 yang kecil. Hal tersebut
menunjukkan bahwa parameter-parameter proses sterilisasi memiliki hubungan
linear yang rendah dengan jumlah botol penyok yang dihasilkan. Oleh karena itu,
terdapat faktor lain yang diduga lebih berpengaruh terhadap jumlah produk
dengan botol penyok yang dihasilkan.