Evaluasi Pengaruh Penggunaan Acidified Sodium Chlorite (ASC) pada Udang Putih (Litopenaeus vannamei di PT Centralpertiwi Bahari Plant Bratasena Lampung.
View/ Open
Date
2017Author
Sitompul, Billy Lasido Zakaria
Prangdimurti, Endang
Kusumaningrum, Harsi Dewantari
Metadata
Show full item recordAbstract
Udang adalah salah satu komoditas ekspor perikanan terbesar di Indonesia.
Namun sangat disayangkan, salah satu penolakan impor udang dari Indonesia oleh
Amerika disebabkan karena mutu mikrobiologi yang rendah. Sanitasi dari proses
produksi produk udang Indonesia dianggap sangat rendah sehingga terjadi kontaminasi
sampai ke tingkat toleransi yang tidak dapat diterima. PT Centralpertiwi Bahari,
sebagai perusahaan yang mengedepankan mutu, ingin menghilangkan komplain dari
pembeli mengenai hal tersebut dengan meningkatkan kualitas sanitasi perusahaan.
Caranya adalah mengganti larutan desinfektan sodium hipoklorit dengan yang terbaru,
yaitu acidified sodium chlorite (ASC). Penelitian ini bertujuan menentukan konsentrasi
ASC yang mempunyai daya reduksi mikroorganisme terbesar dengan tetap
mempertahankan atribut sensori dan memberikan biaya sanitasi yang murah.
Penelitian dimulai dengan tahap pendahuluan, yaitu penentuan jumlah inokulum
dalam satu ose koloni kultur murni. Kemudian dilanjutkan dengan tahap uji coba
(trial), yaitu mengetahui penurunan jumlah ALT dan E. coli oleh ASC 200 ppm, 312.5
ppm, dan 625 ppm, serta sodium hipoklorit 200 ppm pada skala laboratorium. Setelah
itu, penelitian dilanjutkan dengan tahap validasi, yaitu meneliti penurunan jumlah
mikroorganisme oleh ASC 200 ppm dan 25 ppm, serta sodium hipoklorit 200 ppm dan
25 ppm pada skala industri. Evaluasi sensori kemudian dilakukan sehingga bisa
diketahui nilai konsentrasi yang menyebabkan perubahan sensori. Biaya penerapan
masing-masing sanitasi dihitung sehingga dapat ditentukan desinfektan yang
memberikan biaya sanitasi termahal dan termurah.
Hasil yang didapat dari penelitian dapat disimpulkan bahwa pada skala
laboratorium, ASC 200 ppm, 312.5 ppm, dan 625 ppm lebih baik daripada sodium
hipoklorit 200 ppm, namun ASC 200 ppm, 312.5 ppm, dan 625 ppm saling tidak
berbeda nyata pada taraf signifikansi 95%. Namun pada skala industri, ASC 200 ppm
dan sodium hipoklorit 200 ppm serta ASC 25 ppm dan sodium hipoklorit 25 ppm tidak
berbeda nyata pada taraf signifikansi 95%. Hasil evaluasi sensori menunjukkan
informasi bahwa sampel yang sudah terkena perlakuan ASC 200 ppm, 312.5 ppm, dan
625 ppm, serta sodium hipoklorit 200 ppm mempunyai hasil tidak berbeda nyata pada
taraf signifikansi 95% di semua atribut sensori. Evaluasi biaya memberikan informasi
bahwa biaya penerapan ASC jauh lebih besar dari sodium hipoklorit. Oleh karena itu,
ASC hanya dipakai untuk produk rework dan sodium hipoklorit tetap dipakai pada
produksi normal.