Verifikasi Quality Monitoring Scheme in Line Process Racik PT Nestlé Indofood Citarasa Indonesia.
Abstract
PT Nestle Indofood Citarasa Indonesia Karawang mengembangkan Quality Monitoring Scheme (QMS) in line process sebagai prosedur pengendalian dan pengawasan mutu internal yang terintegrasi dengan Quality Procedure (QP), Process & Product Specification, Work Instruction (WI), Releasing System, Standard, dan Form/Checklist yang digunakan sebagai guideline bagi QA field dan operator untuk melakukan pengendalian dan pengawasan mutu di lini produksi. Kebijakan pergantian operator produksi secara periodik beresiko terhadap adanya kemungkinan ketidaksesuaian proses penjaminan dan pengendalian mutu di lini produksi. Oleh karenanya, verifikasi QMS perlu dilakukan untuk mengetahui tingkat penerapan dan kesenjangan yang terjadi berdasarkan kondisi aktual. Verifikasi ini bertujuan untuk mendapatkan deskripsi kesenjangan dan rumusan perbaikan dalam rangka meningkatkan efektifitas pengendalian mutu di pabrik. Metode yang digunakan diantaranya studi pustaka dan dokumen, analisis kondisi aktual, analisis kesenjangan, improvement, dan evaluasi tindakan perbaikan. Hasil verifikasi menunjukan bahwa tingkat implementasi QMS yang dicapai adalah 77.12%, nilai tersebut menunjukkan terjadinya kesenjangan. Kesenjangan yang teridentifikasi secara umum terkait tidak adanya standar yang menjadi acuan untuk parameter kebersihan dan penulisan identitas, kurangnya fasilitas pendukung dalam implementasi parameter, implementasi parameter yang tidak terdokumentasi atau tidak dilakukan, kurangnya pemahaman dan kesadaran operator terhadap parameter QMS, tidak terkendalinya proses filling, serta teridentifikasinya invaliditas terhadap beberapa standar dan sistem pengendalian yang diterapkan. Penerapan standar kebersihan setidaknya mampu mengefisienkan penggunaan waktu cleaning yang sebelumnya selalu bernilai lebih dari 100 % menjadi kurang dari 100 % berdasarkan jatah waktu dan monitoring yang ditetapkan manajemen pabrik. Standar kebersihan, penulisan identitas, dan standarisasi setting suhu sealer diharapkan mampu memudahkan proses monitoring dan evaluasi parameter. Peningkatan frekuensi pengecekan dan penerapan langkah antisipatif di area filling dan cartoning mampu meningkatkan persentase validitas indikasi pada sistem monitoring kesesuaian jumlah produk, menjadikan proses penakaran di area filling terkendali serta meningkatkan nilai Cp dan Cpk menjadi 0.43 dan 0.22 yang sebelumnya hanya mencapai 0.32 dan 0.19. Peningkatan pemahaman operator terhadap urgensi dan standar-standar yang berlaku pada QMS melalui visualisasi dalam bentuk handbook dan poster diharapkan mampu memudahkan operator dalam mengakses dan memahami QMS sehingga implementasi QMS dapat dilaksanakan secara menyeluruh dan sesuai standar yang berlaku.