“Pemodelan Multilevel Skor Timss Untuk Siswa Bidang Matematika Dan Sains Di Indonesia”.
View/ Open
Date
2017Author
Nurmayanti, Wiwit Pura
Notodiputro, Khairil Anwar
Indahwati
Metadata
Show full item recordAbstract
Pemodelan multilevel dapat digunakan untuk menganalisis data berjenjang.
Masalah dengan data berjenjang terjadi karena individu-individu dalam kelompok
yang sama cenderung mempunyai karakteristik yang sama atau mirip sehingga
antar amatan pada level yang lebih rendah tidak saling bebas. Hal ini dapat terjadi
pada data TIMSS (Trends in International Mathematics and Science Study), data
dimana siswa bersarang di dalam sekolah. Penelitian terkait data TIMSS telah
dilakukan diantaranya oleh Riswan (2010) yaitu melakukan pengelompokan
prestasi matematika siswa dengan menggunakan analisis logistik kelas laten, dan
Widiastuti (2011) mengkaji faktor yang mempengaruhi prestasi matematika siswa
menggunakan pemodelan multilevel. Widiastuti menggunakan data TIMSS 2007
dengan hasil penelitian diperoleh bahwa modelnya belum fit dengan R2 disetiap
level sangat kecil yaitu level siswa 0.59% dan level sekolah 1.57%, sehingga perlu
perbaikan pada model tersebut. Walaupun banyak peneliti memanfaatkan data
TIMSS khususnya dibidang matematika, namun perlu juga dilakukan penelitian
lebih lanjut dalam memanfaatkan data TIMSS dibidang sains dengan tujuan selain
memperbaiki model pada penelitian sebelumnya, tujuan lain dari penelitian ini
adalah membandingkan model multilevel menggunakan model intersep acak dan
koefisien acak, kemudian untuk memahami peubah-peubah yang berpengaruh
terhadap keragaman capaian skor TIMSS siswa, dan menguraikan keragaman
yang dapat dijelaskan oleh level-1 (siswa) dan level-2 (sekolah) terhadap skor
siswa.
Hasil dari penelitian ini adalah model multilevel dengan koefisien acak
merupakan model terbaik dibandingkan dengan model intersep acak untuk bidang
matematika, sedangkan untuk bidang sains model intersep acak merupakan model
terbaik dibandingkan dengan model koefisien acak. Selain itu hasil dari analisis
menunjukkan bahwa faktor yang mempengaruhi skor matematika dan sains siswa
adalah sikap siswa terhadap matematika dan sains, sikap terhadap guru,
pentingnya matematika dan sains bagi siswa, kepedulian orang tua, dan frekuensi
PR, selain faktor tersebut, ada faktor lain yang mempengaruhi skor matematika
yaitu jenis kelamin, efficacy terhadap matematika, sikap siswa terhadap sekolah,
dan bully yang dialami siswa. Faktor dari level sekolah yang mempengaruhi skor
siswa adalah persentase siswa yang berasal dari ekonomi lemah dan lokasi atau
status daerah sekolah. Keragaman capaian skor matematika siswa dapat dijelaskan
oleh peubah penjelas pada level-1 sebesar 13.35% dan level-2 sebesar 30.07%,
artinya R2 disetiap level yang dihasilkan pada penelitian ini lebih baik
dibandingkan penelitian sebelumnya. Sedangkan untuk keragaman capaian skor
sains siswa dapat dijelaskan oleh peubah penjelas pada level-1 sebesar 7.62% dan
level-2 sebesar 14.40%.