Show simple item record

dc.contributor.advisorNotodiputro, Khairil Anwar
dc.contributor.advisorIndahwati
dc.contributor.authorNurmayanti, Wiwit Pura
dc.date.accessioned2017-05-24T07:27:38Z
dc.date.available2017-05-24T07:27:38Z
dc.date.issued2017
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/85534
dc.description.abstractPemodelan multilevel dapat digunakan untuk menganalisis data berjenjang. Masalah dengan data berjenjang terjadi karena individu-individu dalam kelompok yang sama cenderung mempunyai karakteristik yang sama atau mirip sehingga antar amatan pada level yang lebih rendah tidak saling bebas. Hal ini dapat terjadi pada data TIMSS (Trends in International Mathematics and Science Study), data dimana siswa bersarang di dalam sekolah. Penelitian terkait data TIMSS telah dilakukan diantaranya oleh Riswan (2010) yaitu melakukan pengelompokan prestasi matematika siswa dengan menggunakan analisis logistik kelas laten, dan Widiastuti (2011) mengkaji faktor yang mempengaruhi prestasi matematika siswa menggunakan pemodelan multilevel. Widiastuti menggunakan data TIMSS 2007 dengan hasil penelitian diperoleh bahwa modelnya belum fit dengan R2 disetiap level sangat kecil yaitu level siswa 0.59% dan level sekolah 1.57%, sehingga perlu perbaikan pada model tersebut. Walaupun banyak peneliti memanfaatkan data TIMSS khususnya dibidang matematika, namun perlu juga dilakukan penelitian lebih lanjut dalam memanfaatkan data TIMSS dibidang sains dengan tujuan selain memperbaiki model pada penelitian sebelumnya, tujuan lain dari penelitian ini adalah membandingkan model multilevel menggunakan model intersep acak dan koefisien acak, kemudian untuk memahami peubah-peubah yang berpengaruh terhadap keragaman capaian skor TIMSS siswa, dan menguraikan keragaman yang dapat dijelaskan oleh level-1 (siswa) dan level-2 (sekolah) terhadap skor siswa. Hasil dari penelitian ini adalah model multilevel dengan koefisien acak merupakan model terbaik dibandingkan dengan model intersep acak untuk bidang matematika, sedangkan untuk bidang sains model intersep acak merupakan model terbaik dibandingkan dengan model koefisien acak. Selain itu hasil dari analisis menunjukkan bahwa faktor yang mempengaruhi skor matematika dan sains siswa adalah sikap siswa terhadap matematika dan sains, sikap terhadap guru, pentingnya matematika dan sains bagi siswa, kepedulian orang tua, dan frekuensi PR, selain faktor tersebut, ada faktor lain yang mempengaruhi skor matematika yaitu jenis kelamin, efficacy terhadap matematika, sikap siswa terhadap sekolah, dan bully yang dialami siswa. Faktor dari level sekolah yang mempengaruhi skor siswa adalah persentase siswa yang berasal dari ekonomi lemah dan lokasi atau status daerah sekolah. Keragaman capaian skor matematika siswa dapat dijelaskan oleh peubah penjelas pada level-1 sebesar 13.35% dan level-2 sebesar 30.07%, artinya R2 disetiap level yang dihasilkan pada penelitian ini lebih baik dibandingkan penelitian sebelumnya. Sedangkan untuk keragaman capaian skor sains siswa dapat dijelaskan oleh peubah penjelas pada level-1 sebesar 7.62% dan level-2 sebesar 14.40%.id
dc.language.isoidid
dc.publisherBogor Agricultural University (IPB)id
dc.subject.ddcStatisticsid
dc.subject.ddcStatistical Modelsid
dc.subject.ddc2011id
dc.subject.ddcBogor, Jawa Baratid
dc.title“Pemodelan Multilevel Skor Timss Untuk Siswa Bidang Matematika Dan Sains Di Indonesia”.id
dc.typeThesisid
dc.subject.keywordmodel multilevelid
dc.subject.keyworddata berjenjangid
dc.subject.keywordTIMSSid
dc.subject.keywordR2id
dc.subject.keywordmodel intersep acak dan model koefisien acakid


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record