Analisis K3 (Kesehatan Dan Keselamatan Kerja) Pada Kegiatan Manual Material Handling Di Subdivisi Machining Assembly PT. Toyota Motor Manufacturing Indonesia
Abstract
Salah satu perusahaan yang sangat peduli akan kesehatan dan keselamatan kerja adalah TMC (Toyota Motor Coorporation) yang saat ini merupakan salah satu produsen mobil terbesar di dunia. Maka dari itu untuk menunjang nya perlu adanya pemahaman tentang K3 pada manual material handling dalam suatu industri. Istilah Musculoskeletal Disorders (MSD) merupakan salah satu penyakit yang berkaitan dengan otot tendon, ligamen, kartilago, persendian, sistem syaraf, struktur tulang,dan pembuluh darah. Bagian tubuh yang menjadi fokus perhatian Musculoskeletal Disorders (MSD) adalah leher, bahu, lengan bawah pergelangan tangan dan kaki. Apabila Musculoskeletal Disorders (MSD) ini sudah menyerang pada pekerja maka efisiensi kerja dan produktifitas kerja akan menurun. Adapun dampak yang diakibatkan oleh MSD pada prospek ekonomi usaha adalah: (1) Pada aspek produksi, yaitu berkurangnya output, kerusakan materi, produk yang akhirya menyebabkan tidak terpenuhi. (2) Biaya yang disebabkan akibat absensi pekerja yang akan menyebabkan penurunan keuntungan. (3) Biaya pergantian karyawan untuk rekruitmen dan pelatihan Metode penelitian ini terdiri dari : (1) General Induksi, (2) Diskusi Pemahaman (3) Identifikasi Masalah, (4) Pengamatan, (5) Analisis Evaluasi Resiko, (6) Improvement, (7) Improvement Trial, (8) Evaluasi, (9) Implementasi. Bardasarkan perhitungan ergonomic risk point, potensi yang dapat diamati dari aspek ergonomika manual material handling dan aspek K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja) pada subdivisi Machining Assembly adalah sebanyak 2063 poin. Untuk mengurangi poin potensi kecelakaan kerja maka dilakukan perbaikan. Perbaikan pada machine adalah dengan menambah dudukan stacking sehingga rak tempat menyimpan part menjadi sesuai dengan tinggi pekerja yang yang akan membawa part. Perbaikan pada machine ini berada pada pos 2 dan pos 3. Pada pos 2 perbaikan machine menurunkan nilai ergonomic risk poin dari 2063 menjadi 1718 poin atau sebesar 16,72%. Sedangkan pada pos 3 perbaikan machine menurunkan nilai ergonomic risk poin dari 2063 menjadi 1472 poin atau sebesar 28,64%. Perbaikan pada man (operator) dilakukannya tes awalan untuk mengetahui seberapa banyak pengetahuan tentang ergonomika dari para pekerja lalu diberikan pelatihan agar pengetahuan tentang ergonomika bertambah dan dapat diterapkan pada proses produksi