Pengembangan Produk Opak Berbahan Baku Buru Hotong (Setaria italica L. Beauv.).
Abstract
Indonesia merupakan negara kepulauan yang kaya dengan bahan pangan indigenus. Pemanfaatan bahan pangan indigenus tersebut belum optimal sehingga diperlukan upaya dalam rangka optimalisasi bahan pangan indigenus. Tanaman burn hotong adalah salah satu komoditi bahan pangan indigenus dari pulau Burn. Sebagai upaya meningkatkan nilai tambah tanaman indigenus, tanaman burn hotong dapat dimodifikasi menjadi bentuk bahan pangan lain antara lain berupa makanan kudapan dalam bentuk opak. Penerapan teknologi sederhana pembuatan opak pada tanaman burn hotong diharapkan mampu menjadi altematif industri skala rumah tangga. Tujuan penelitian ini adalah mengembangkan produk opak berbahan baku burn hotong melalui penentuan formulasi serta optimasi proses pembuatannya. Pelaksanaan penelitian ini terdiri atas tiga tahapan, meliputi penentuan bentuk bahan dasar, penentuan formula, dan penentuan optimum proses pembuatannya. Berdasarkan hasil yang diperoleh pada penelitian pengembangan produk bam berbasis burn hotong, tanaman burn hotong dapat dikembangkan menjadi produk opak. Bahan dasar yang digunakan adaJah berbentuk biji hotong tersosoh didasarkan pada uji organoleptik dengan wama, tekstur dan overall sebagai parameter. Formula terpilih pada pengembangan produk opak adaJah terdiri dari biji hotong tersosoh sebanyak 100 g, air 200 ml, gula 3,5 g, garam 2 g, baking powder 1,5 g, lada bubuk 0,3 g, santan 25 ml, serta penyedap rasa 0,5 g. Formula terpilih didasarkan pada uji organoleptik dengan aroma, rasa, tekstur, warna dan overall sebagai parameter. Skor kesukaan rata-rata pada formula terpilih berada pada selang 5,23 - 5,93 (agak suka-suka). Skor rata-rata kesukaan pada parameter uji aroma sebesar 5,23. Skor rata-rata kesukaan pada parameter uji warna sebesar 5,47. Sedangkan skor rata-rata kesukaan pada parameter uji tekstur dan overall sebesar 5,67. Skor rata-rata kesukaan pada parameter uji rasa sebesar 5,93. Proses pembuatan opak hotong optimum meliputi pemasakan biji hotong tersosoh dalam campuran air 200 ml dan santan 25 ml di atas api sedang selama 4 menit, dilanjutkan dengan pengadonan, pembuatan lembaran-lembaran dengan sheeter, pemotongan dengan eetakan bulat berdiameter ± 4,3 em. Setelah itu, pengeringan dengan panas sinar matahari selama 2 hari dengan durasi 6 jam per hari. Keping opak kering digoreng pada rninyak panas dengan suhu ± 200°C selama 6 detik. Opak matang ditiriskan dan siap dikonsumsi. Proses terpilih didasarkan pada analisis sifat fisik berupa analisis dimensi, tekstur, spread factor, volume pengembangan dan warna