Rancang Bangun Sistem Penunjang Keputusan Perencanaan Pembangunan Agroindustri berbasis Lidah Buaya Buaya (Aloe vera Linn) di Kabupaten Bogor.
Abstract
Pengembangan produk pertanian di Indonesia sangat menjanjikan. Salah satu produk pertanian yang berprospek adalah lidah buaya. Kabupaten Bogor merupakan salah satu tempat yang ditetapkan pemerintah untuk pengembangan lidah buaya yang ada di Jawa Barat. Oleh karena itu, perlu dilakukan penyusunan rencana pembangunan lidah buaya di daerah ini. Tujuan dari penelitian ini adalah mempelajari berbagai faktor dan parameter yang berpengaruh dalam perencanaan dan pengembangan agroindustri lidah buaya, serta merancang dan mengembangkan model sistem penunjang keputusan perencanaan pembangunan agroindustri lidah buaya. AloeDist 1.0 (Aloe vera Decision Support System, versi 1) merupakan sebuah sistem penunjang keputusan untuk merencanaan pendirian mulai dari usahatani hingga agroindustri lidah buaya. Sistem ini terdiri dari 9 model yang dirancang untuk merencanakan pendirian usahatani dan agroindustri lidah buaya. Model-model tersebut adalah: Sub Model Lokasi Usahatani, Sub Model Prakiraan Penjualan Usahatani, Sub Model Kelayakan Finansial Usahatani, Sub Model Rencana Kebutuhan Produksi Usahatani, Sub Model Teknologi Pengolahan, Sub Model Lokasi Agroindustri, Sub Model Prakiraan Penjualan Agroindustri, Sub Model Kelayakan Finansial Agroindustri, dan Sub Model Rencana Kebutuhan Produksi Agroindustri. Verifikasi program AloeDist 1.0 dilakukan di beberapa tempat Kabupaten Bogor. Verifikasi untuk agroindustri minuman lidah buaya dilakukan di PT Driyama Purwama yang terletak di Sukaraja, Kabupaten Bogor dengan menggunakan data aktual perusahaan pada periode 2008-2009. Hasil verifikasi program memprediksi bahwa total penjualan lidah buaya segar di Kabupaten Bogor pada tahun 2009 berkisar 4.649 kg per periode. Sedangkan program ini memprakirakan bahwa total penjualan minuman lidah buaya pada pertengahan tahun 2009 meningkat menjadi 46.527 cup per periode. Sub Model Lokasi Usahatani dan Agroindustri dianalisis dengan menggunakan Metode Perbandingan Eksponensial (MPE). Berdasarkan hasil perhitungan, Kecamatan Ciampea memiliki nilai tertinggi dan menjadi tempat yang paling baik dan berpotensi untuk dijadikan sebagai lokasi budidaya lidah buaya. Tempat yang paling berpotensi untuk dijadikan lokasi agroindustri adalah Kecamatan Ciomas. Program AloeDist 1.0 menghasilkan analisis finansial agroindustri minuman lidah buaya dengan umur proyek selama 10 tahun memiliki rata-rata keuntungan bersih per tahun Rp. 280.874.084, NPV Rp 441.057.836, B/C Ratio 1,72, PBP selama 4,04 tahun, dan BEP 2.319.654 cup. Hasil analisis diatas menunjukkan bahwa pada kondisi ini dengan harga jual produk Rp 2.750 per cup, agroindustri lidah buaya layak dijalankan. Pada program ini terdapat Sub Model Teknologi Pengolahan. Sub model ini bertujuan untuk mengetahui manfaat dari adanya penggunaan teknologi pengolahan size reduction pada agroindustri minuman lidah buaya yang dapat dilihat dari analisis kelayakan finansialnya. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa agroindustri minuman lidah buaya dengan teknologi pengolahan size reduction untuk masa proyek selama 10 tahun memiliki rata-rata keuntungan bersih per tahun Rp. 329.765.030, NPV Rp 534.869.771, B/C Ratio 1,79, PBP selama 4,00 tahun, dan BEP 3.311.936 cup. Hasil analisis menunjukkan bahwa pada kondisi normal agroindustri lidah buaya harga jual produk Rp 2.350 per cup adalah layak. Hal ini menyatakan bahwa penggunaan teknologi pengolahan dapat menekan harga jual produk dikarenakan kapasitas produksi yang meningkat.