Pengembangan Metode Penentuan Kadar DEHP dan Analisis Migrasi DEHP ke dalam Simulan Pangan di Pusat Riset Obat dan Makanan, Badan POM RI
View/ Open
Date
2010Author
Retno, Pratiwi
Suhartono, Maggy T.
Rahayu, Winiati P.
Metadata
Show full item recordAbstract
Seiring dengan berkembangnya teknologi pengemasan pangan, penggunaan bahan kimia pun semakin meningkat sehingga banyak muncul isu yang mencuat terkait dengan bahaya kimia. Salah satu isu kimiawi yang mencuat dan menjadi perhatian dunia internasional saat ini adalah migrasi bahan pemlastis kemasan ke dalam pangan, khususnya di-(2-etilheksil) ftalat (DEHP). Centers for Disease Control and Prevention (CDC) Amerika Serikat telah mendeteksi keberadaan ftalat dalam sampel urin dari seluruh 2,790 orang yang diuji, kecuali pada 12 orang (CDC, 2005), dengan enam atau lebih jenis ftalat ditemukan pada 84% orang yang diuji. Besar paparan DEHP adalah sebesar 32% dari keseluruhan paparan ftalat. DEHP ini memiliki efek kronis yaitu menumpuk dalam tubuh dan akan menimbulkan masalah kesehatan setelah bertahun-tahun kemudian. DEHP termasuk kategori dua dalam pelabelan dan klasifikasi bahaya, yang artinya bahan diperlakukan seperti jika berdampak pada manusia, berdasarkan bukti jelas pada hewan. DEHP merupakan pemlastis yang sebagian besar digunakan untuk meningkatkan fleksibilitas kemasan jenis polivinil klorida (PVC). Menurut survei di Eropa tahun 1999 yang dilakukan oleh European Council for Plasticisers and Intermediates (Cadogan, 2006), DEHP merupakan jenis pemlastis yang paling banyak digunakan, yakni sebesar 42%. Peraturan Kepala Badan POM No. HK.00.05.55.6497 tanggal 20 Agustus 2007 telah mengatur mengenai batas migrasi beberapa zat kemasan yang kontak dengan pangan, tetapi belum mengatur tentang batas penggunaan dan migrasi DEHP. Selain itu, metode penentuan kadar DEHP dan analisis migrasi DEHP yang dikembangkan di Indonesia masih terbatas. Tujuan penulis melakukan penelitian ini adalah membantu melaksanakan pengembangan metode penentuan kadar DEHP dan analisis migrasi DEHP ke dalam simulan pangan (n-heptana). Data yang diperoleh diharapkan dapat menunjang penelitian mengenai DEHP berikutnya sehingga dapat dijadikan pertimbangan dalam penentuan kebijakan mengenai DEHP. Penelitian ini dibagi menjadi tiga tahap, yaitu penentuan Limit Deteksi Instrumen (LDI), pengembangan metode penentuan kadar DEHP, dan pengembangan metode analisis migrasi DEHP ke dalam simulan pangan (n-heptana). Seluruh tahapan penelitian menggunakan instrumen GC-MS dengan kondisi kolom 30 m x 0.25 mm I.D. x 0.25 μm df HP-5MS; injeksi splitless (1 μl); suhu awal oven 50°C, dipertahankan selama 1 menit, dinaikkan dengan laju 30°C/menit hingga 280°C, dinaikkan dengan laju 15°C/menit hingga 320°C dan dipertahankan selama 3 menit; gas pembawa Helium, 0.99 ml/menit (36.1 cm/detik), aliran tetap (52.6 kPa); dan deteksi dengan MS dalam mode SIM. LDI yang dicari dalam penelitian ini merupakan batas terendah konsentrasi DEHP yang dapat dideteksi oleh instrumen GC-MS untuk n-heptana. LDI yang 2 didapat adalah 1.00 μg/ml n-heptana dengan koefisien korelasi (r) kurva sebesar 0.986. Metode ini disarankan untuk diulang lagi dengan penambahan standar internal butil benzil ftalat (BBP) agar diperoleh r kurva yang lebih baik (>0.99). Pengembangan metode penentuan kadar DEHP dilakukan dengan memodifikasi metode dari Consumer Products Safety Commision (CPSC) dan Sentra Teknologi Polimer (STP), lalu mengujinya pada satu sampel kemasan lunch box PVC (sampel A). Modifikasi dilakukan melalui penambahan miliQ untuk memudahkan pengendapan senyawa selain ftalat, sehingga pengekstrakan DEHP juga menjadi lebih mudah dan lebih banyak. Perbedaan modifikasi metode yaitu metode A tidak ditambahkan miliQ, metode B ditambahkan 5 ml miliQ, sedangkan metode C ditambahkan 10 ml miliQ. Persentase kadar DEHP berturut-turut pada metode A, B, dan C adalah 2.33, 119.77, dan 40.74%. Seluruh Relative Standard Deviation (RSD) metode memenuhi kriteria yang baik RSD (<2%). Akan tetapi, metode yang dipilih untuk divalidasi lebih lanjut adalah metode C. Pengembangan metode analisis migrasi DEHP dilakukan dengan penggunaan simulan pangan sebagai langkah awal sebelum mengujicobakannya ke dalam pangan. Simulan pangan yang digunakan adalah n-heptana sebagai pengganti pangan berlemak (nasi goreng dan kue). Sampel kemasan yang digunakan adalah lima merek kemasan PVC berjenis lunch box dan wadah kue (sampel A, B, C, D, dan E). Perlakuan sampel kemasan pangan yaitu direndam dalam n-heptana pada suhu 38ºC selama 30 menit, lalu dievaporasi dan dilarutkan kembali dengan n-heptana. Besar migrasi DEHP dengan kondisi penelitian ini pada sampel A, B, C, D, dan E secara berurutan adalah 13.13, 9.82, 8.76, 17.33, dan 5.54 μg/10 cm2/menit. Migrasi kelima sampel PVC ini melebihi batas maksimum migrasi DEHP yang ditetapkan oleh Scientific Committee on Toxicity, Ecotoxicity and the Environment (SCTEE), yakni sebesar 1.6 μg/10 cm2/menit. Akan tetapi, rata-rata RSD metode ini cukup baik (2.95%), sehingga metode ini layak disarankan untuk divalidasi agar diperoleh metode yang valid. Penelitian ini dilakukan di Pusat Riset Badan POM RI dalam rangka magang. Selain diperoleh data mengenai DEHP ini, penulis berkesempatan mengaitkan antara ilmu yang diperoleh di perguruan tinggi dengan di tempat magang, sehingga penulis dapat meningkatkan kemampuan analisisnya dan mendapatkan pula wawasan mengenai lingkungan kerja di instansi pemerintah.