Fraksinasi Protein Bungkil Kelapa dari Hasil Samping Industri Minyak Kelapa
View/ Open
Date
2012Author
Wibowo, Agus Danang
Suhartono, Maggy T.
Siagian, Patuan L. P.
Metadata
Show full item recordAbstract
Saat ini, perkembangan teknologi mengarah pada visi teknologi ramah lingkungan yang berusaha untuk memanfaatkan limbah pertanian secara optimal disamping untuk menjaga kelestarian lingkungan hidup. Limbah pertanian adalah biomass yang sebetulnya kaya akan sumber nutrisi, sebagai contoh adalah bungkil kelapa (copra meal). Sebanyak 20 – 25% bungkil kelapa dapat diperoleh dari total jumlah input kelapa yang dipergunakan sebagai bahan baku minyak kelapa dan masih memiliki kandungan protein yang cukup tinggi yakni sekitar 18%. Umumnya, jenis protein yang berasal dari tanaman adalah albumin, globulin, glutelin, dan prolamin. Pemanfaatan protein dari bungkil kelapa secara keseluruhan akan membantu diversifikasi keberadaan bahan olahan untuk pangan. Oleh karena itu, perlu dilakukan fraksinasi terhadap protein bungkil kelapa tersebut untuk memperoleh gambaran profil protein sebagai tahap awal untuk pengadaan ingredien pangan. Selain itu, dalam jangka panjang, penelitian ini diharapkan mampu memenuhi kebutuhan akan protein nabati dan menjadi alternatif sumber protein selain protein hewani. Penelitian ini dilakukan dalam dua tahap, yakni tahapan fraksinasi protein dan tahapan karakterisasi protein menggunakan SDS-PAGE (sodium dodecyl sulphate polyacrylamide gel electrophoresis). Tahapan fraksinasi dilakukan dengan dua metode, yakni metode non-enzimatis dan metode enzimatis menggunakan ekstrak kasar enzim mannanase. Enzim ini digunakan karena bungkil kelapa mengandung komponen serat, seperti mannan, galaktomannan, xilan dan arabinoxilan, yang dapat menurunkan ketersediaan biologis protein bungkil tersebut. Sampel bungkil kelapa yang digunakan berasal dari Jambi dan telah melalui proses defatting di P2K-LIPI. Hasil analisis proksimat menunjukkan bahwa kandungan protein bungkil kelapa adalah 18,52% (basis kering) sehingga berpotensi dijadikan sebagai sumber protein. Tahapan fraksinasi berhasil memisahkan protein-protein bungkil kelapa berdasarkan kelarutannya. Fraksi albumin larut dalam air, fraksi globulin larut dalam larutan garam encer (NaCl 5%), fraksi glutelin larut dalam larutan basa encer (NaOH 0,02M), dan fraksi prolamin larut dalam campuran alkohol dengan air (etanol 70%). Dari 20 gram bungkil kelapa, jika fraksinasi dilakukan menggunakan metode non-enzimatis, berhasil didapatkan fraksi albumin, globulin, glutelin, dan prolamin berturut-turut sebesar 37,04μg/g bungkil (6,64%); 218,98μg/g bungkil (39,25%); 85,19μg/g bungkil (15,27%); dan 216,67μg/g bungkil (38,84%). Sedangkan fraksinasi menggunakan metode enzimatis menghasilkan fraksi protein yang lebih tinggi, berturut-turut sebesar 296,30μg/g bungkil (28,17%); 414,81μg/g bungkil (39,44%); 114,81μg/g bungkil (10,91%); dan 225,93μg/g bungkil (21,48%). Karakterisasi menggunakan SDS-PAGE menunjukkan bahwa keseluruhan fraksi protein, baik hasil fraksinasi non-enzimatis maupun enzimatis, memiliki jumlah variasi kisaran bobot molekul yang berbeda. Namun, ada variasi kisaran bobot molekul yang memiliki kesamaan, yakni pada kisaran 45,1 – 66,0 kD dan 66,1 – 97,4 kD. Meskipun memiliki kisaran bobot molekul yang sama, masingmasing protein tersebut memiliki kelarutan yang berbeda, sehingga dapat disimpulkan bahwa pada bungkil kelapa ditemukan protein albumin, globulin, glutelin, dan prolamin yang memiliki kisaran bobot molekul yang sama.