Optimasi Proses Produksi Mie Basah Berbasis Tepung Jagung Dengan Teknologi Ekstrusi
Abstract
Pengembangan produk berbasis jagung merupakan salah satu upaya dalam pelaksanaan diversifikasi pangan. Salah satu produk adalah mi jagung basah yang merupakan produk altematif yang dapat dikembangkan. Proses pembuatan mi j agung basah terdiri dari pencampuran, pemasakkan dan pencetakan di ekstruder. Penelitian ini difokuskan untuk memperoleh rancangan proses dan formula pembuatan mi basah jagung yang dapat diterapkan di masyarakat industri yang nantinya juga akan bermanfaat bagi masyarakat luas dalam meningkatkan nilai jual jagung. Tahap awal dari penelitian ini. adalah melakukan konversi jagung kering panen menjadi tepung jagung, lalu dilanjutkan dengan perancangan proses pembuatan mi basah jagung dalam rangka memperbaiki tekstur dan mengurangi kehilangan padatan akibat pemasakan mi yang dihasilkan. Bahan baku utama yang digunakan dalam penelitian ini adalahjagung Bisi II dan bahan tambahan berupa air. Proses penepungan terdiri atas tahap pembersihan jagung dari biji yang cacat dan benda asing, penggilingan biji jagung dengan Disc Mill yang saringannya 10 mesh, perendaman untuk membuang kulit ari dan lembaga, pengendapan selama 30 menit untuk melunakkan tekstur biji jagung sehingga memudahkan penggilingan, penjemuran grid sampai kadar air ± 35 %, penggilingan kedua dengan saringan 48 mesh, pengeringan dengan menggunakan oven pada suhu 45°C sampai kadar air ± 6 %, pengayakan dengan ukuran 100 mesh, penghomogenkan dengan mixer kemudian diikuti dengan pengeringan kedua dengan suhu 45°C hingga kadar air 5 %, pengemasan dengan plastik PP dan diberi silica gel, dan penyimpanan di dalam freezer. Pembuatan mi basahjagung diawali dengan pencampuran sejumlah tepung jagung kering 60 gram dengan air hingga kadar air 70, 75 dan 80 % berat kering. Campuran ini kemudian dimasukan kedalam ekstruder dengan mengontrol suhu (70, 80, dan 90°C) dan kecepatan ulir (110, 120 dan 130 rpm) sehingga teIjadi proses pemasakkan dan dilanjutkan dengan pencetakkan dengan ,ukuran lubangldye 25 mm pada ekstruder. Selanjutnya, mie dimatangkan dengan perebusan. Mie diberi berbagai perlakuan waktu perebusan yaitu selama 2,3, dan 4 menit. Waktu perebusan yang optimum adalah 3 menit. Mie yang telah direbus selanjutnya direndam dalam air dingin selama 10 detik kemudian ditiriskan. Dalam analisis dan parameter atau respon produk menggunakan program Design Expert version 7. Untuk analisis respon tekstur kekerasan produk, kekerasan yang paling tinggi dengan nilai 3199,1 gf pada formula 26 dengan jumlah tepungjagung 60 gram kadar air 70 %, suhu 90°C dan kecepatan 130 rpm sedangkan paling rendah 1123,7 gf pada formula 14 dengan jumlah tepung jagung 60 gram, kadar air 80 % dan suhu 80°C dan kecepatan 110 rpm. Kelengketan yang paling tinggi dengan nilai -6,4 gf pada formula 14 dengan jumlah tepung jagung 60 gram, kadar air 80 %, suhu 80°C dan kecepatan 11 ° rpm sedangkan paling rendah -178,05 gf pada formula 31 dengan jumlah tepung jagung 60 gram, kadar air 70 %, suhu 80°C dan kecepatan 130 rpm. Pada respon persen elongasi yang paling tinggi dengan nilai 351,6 % pada formula 26 dengan jumlah tepung jagung 60 gram, kadar air 70 %, suhu 90 °C dan kecepatan 130 rpm sedangkan paling rendah 157,275 % pada formula 10 dengan jumlah tepung jagung 60 gram, kadar air 70 %, suhu 80°C dan kecepatan 130 rpm. Untuk respon KPAP yang paling tinggi dengan nilai 11,1376 % pada formula 11 dengan jumlah tepungjagung 60 gram, kadar air 70 %, suhu 80°C dan kecepatan 120 rpm sedangkan paling rendah 0,5636 % pada formula 21 dengan jumlah tepung jagung 60 gram, kadar air 80 % dan suhu 90°C dan kecepatan 110 rpm. Produk yang terpilih dari proses optimisasi yaitu produk dengan komposisi tepung jagung 60 gram, kadar air 70 % dan diolah pada suhu 90°C dengan kecepatan 130 rpm. Dengan memiliki karakteristik skor kekerasan untuk tekstur 3174,069 gf, skor kelengketan -102,026 gf, skor persen elongasi 324,05 % dan skor KPAP 2,2461 % selia memiliki desiribility paling tinggi yaitu 0.8495.