Mempelajari Pengaruh Ekstrak Jahe (Zingiber officianale Rosc.) terhadap Produksi Radikal Bebas Makrofag Mencit sebagai Indikator Imunostimulan secara in vitro
Abstract
Khasiat jahe dalam bidang obat-obatan telah lama dikenal. Beberapa penelitian terdahulu telah dapat membuktikan ha1 tersebut. Ekstrak air maupun ekstrak etanol jahe segar dapat menekan proliferasi sel kanker leukemia (K-562) (Agustinisari, 1998) dan menaikkan aktivitas lisis sel Natural Killer (NK) manusia (Yuliasari, 1997). Penelitian lain yang dilakukan Nurrahman et. al. (1999) menjelaskan bahwa konsumsi sari jahe berpotensi untuk menurunkan stres oksidatif dan melindungi sel imun dari stres oksidatif. Sedangkan Kikuzaki dan Nakatani (1993), melaporkan bahwa ekstrak dikloromethane jahe kering mempunyai aktivitas antioksidan yang lebih tinggi dibandingkan atocopherol. Hasil tersebut menjelaskan bahwa komponen bioaktif jahe mempunyai kemampuan untuk menstimulir sistem imun. Akan tetapi pengamh stimulasi komponen bioaktif jahe terhadap proses fagositosis belum banyak diteliti. Oleh karena itu pada penelitian ini akan dipelajari pengamh komponen bioaktif jahe terhadap proses fagositosis, yaitu dengan mengukur produksi radikal bebas makrofag sebagai indikator. Pada sistem fagosit mononuklear, adanya sifat imunostimulan akan meningkatkan aktivitas fagositosis makrofag. Dengan meningkatnya aktivitas fagositosis makrofag, produksi radikal bebas makrofag juga akan meningkat. Sehingga pada penelitian ini, produksi radikal bebas makrofag dijadikan indikator adanya sifat imunostimulan dari ekstrak jahe. Sel makrofag diturunkan dari promonosit sumsum tulang setelah mengalami diferensiasi menjadi monosit darah, dan terakhir diam di jaringan sebagai makrofag dewasa yang menyusun sistem fagosit mononuklear. Monosit menyusun 5-8% dari jumlah keseluruhan leukosit. Monosit sendiri berasal dari sel induk yang sama dengan granulosit. Sel makrofag mampu bergerak, melakukan fagositosis , mensekresi enzim , mengenal partikel dan melakukan interaksi yang kompleks dengan imunogen. Prinsip dari metode penelitian yang akan dilakukan adalah dengan mengoksidasi dihidrorodhamin 1,2,3 oleh radikal bebas yang diproduksi makrofag. Karena dalam peranannya untuk menghancurkan partikel asing, makrofag akan menghasilkan produkproduk yang bersifat bakterisidal seperti oksigen singlet, radikal hidroksil, anion superoksida dan lain-lain, maka akan terbentuk ikatan radikal bebas dengan dihidrorodhamin yang bersifat fluoresen. Oleh karena itu untuk mengukur jumlah radikal bebas yang diproduksi dipergunakan alat bantu spektrofluorometer pada panjang gelombang emisi 530 nm dan panjang gelombang eksitasi 488 nm. Metode ini merupakan modifikasi dari metode Terawaki et. al (1997), yaitu dengan mengganti griess reagent dengan dihidrorodhamin 1,2,3 sehingga kompleks yang terbentuk bersifat fluoresen.