Pengaruh Perlakuan Kolkisin pada Benih Semangka (Citrullus lanatus (Thunberg) Matsum & Nakai) Terhadap Keragaan Tanaman
Abstract
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh lama perendaman dan konsentrasi kolkisin tetes terhadap keragaan tanaman serta mempelajari pengaruh tersebut terhadap keragaan tanaman pada tujuh genotipe semangka. Penelitian I menggunakan Rancangan Kelompok Lengkap Teracak satu faktor dengan 6 perlakuan kolkisin ditambah satu kontrol, dalam dua ulangan. Penelitian II menggunakan Rancangan Kelompok Lengkap Teracak dua faktor dalam dua ulangan. Faktor pertama adalah perlakuan kolkisin dan tanpa kolkisin, faktor kedua adalah 7 genotipe semangka yaitu, 20-2, 17OP, 4-2 lurik, 9-2, 16-2, 29, dan 19OP. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April hingga Agustus 2007 di Ciherang, Darmaga, Bogor pada ketinggian 250 m dpl. Pertanaman semangka I di persemaian dan lapang kurang baik. Selain akibat kolkisin, dipengaruhi pula oleh faktor lingkungan dan cuaca yang kurang mendukung. Dari hasil uji F diketahui tidak terdapat perbedaan yang nyata di antara perlakuan kolkisin yang diberikan. Kondisi awal pertanaman semangka penelitian II cukup baik. Hal ini didukung dengan kondisi cuaca yang baik. Tetapi pada fase vegetatif terkena banjir dan gangguan hama. Dari hasil uji F, pada penelitian II terdapat perbedaan yang sangat nyata pada perlakuan genotipe dengan kolkisin (K) saat 3 MST, pada peubah panjang batang tanaman. Perbedaan sangat nyata juga terjadi pada peubah jarak buah saat panen. Perbedaan yang nyata terdapat pada peubah jumlah daun, panjang daun, lebar daun, dan diameter batang, pada perlakuan dengan kolkisin (K). Dilihat dari nilai rataan, genotipe 9-2 memiliki nilai yang lebih tinggi dibandingkan genotipe yang lain pada peubah panjang batang tanaman, jumlah daun, panjang daun, dan diameter batang. Warna daunnya juga lebih gelap pada perlakuan dengan kolkisin, dibandingkan tanpa kolkisin. Kesimpulan dari hasil penelitian I adalah tidak terdapat perbedaan tanaman yang menunjukkan poliploidi akibat perlakuan yang diberikan. Tetapi hanya terdapat kecenderungan pada perlakuan (P3) yang dapat menyebabkan poliploidi pada genotipe yang digunakan. Pada penelitian II terdapat perbedaan atau keragaman pada morfologi (beberapa peubah yang diamati) dari genotipe yang diberi perlakuan kolkisin dengan yang tanpa kolkisin. Genotipe 9-2 menunjukkan kecenderungan terjadi pembentukan tanaman poliploid.