Mempelajari Pembuatan Tepung Labu Jepang (Cucurbita mazima L.) dan Analisis Sifat Fisikokimia Tepung yang Dihasilkan
Abstract
Tanaman labu memiliki potensi yang cukup meyakinkan dan prospektif sebagai produk agroindustri. Pemanfaatannya masih terbatas, seperti dibuat kolak labu, dodol labu, atau diolah menjadi makanan setengah basah lainnya, sehingga belum banyak digunakan sebagai baban baku industri. Pembuatan tepung labu Jepang diharapkan dapat meningkatkan nilai ekonomis labu sehingga dapat berimbas pada kenaikan tingkat pendapatan petani labu Jepang. Berdasarkan hal tersebut penelitian ini bertujuan untuk mempelajari proses pembuatan tepung labu Jepang dengan menggunakan drum drier dan fluidized bed drier, mempelajarL sifat fisikokimia tepung labu J epang, serta melihat pengaruh blansir terhadap sifat fisikokimia tepung labu Jepang. Penelitian ini dilakukan dua tahap, tabap pertama bertujuan untuk mempelajari proses pembuatan tepung labu Jepang dengan menggunakan drum drier dan fluidized bed drier. Pengeringan dengan drum drier menghasilkan tepung labu Jepang yang berwarna coklat dan mempunyai rasa yang pabit. Sedangkan pengeringan menggunakan fluidized bed drier menghasilkan tepung labu yang berwarna kuning dan rasa yang manis. Sehingga pada tahap kedua tepung labu Jepang yang dipilih untuk uji organoleptik dan analisa fisikokimia adalah tepung labu Jepang yang dihasilkan dengan menggunakanfluidized bed drier dengan dua perlakuan yaitu blansir (dikukus selama 1 menit) dan tanpa blansir. Pembuatan tepung labu J epang yang terbaik adalah pengeringan dengan menggunakan fluidized bed drier karena tepung yang dihasilkan mempunyai penampakan yang lebih baik yaitu berwarna kuning dan rasanya manis. Dari uji organoleptik diperoleh hasil babwa tepung labu Jepang dengan perlakuan blansir memiliki nilai kesukaan yang tinggi untuk parameter mutu aroma, rasa, dan after taste, sedangkan untuk paramater mutu warna, panelis lebih menyukai tepung labu yang tidak mengalami pemblansiran. Sifat fisik tepung labu Jepang yang dianalisis antara lain rendemen, sudut curab, densitas karnba, warna, dan daya serap air. Tepung labu Jepang yang tidak diblansir mempunyai rendel:llen sebesar 4.5]%, su~ut curab sebesar ~6.69°, densitas kamba 0.41 glml, warna 87.58°Hue, dan daya serap air sebesar 5.55 m1/g. Sedangkan tepung labu Jepang yang diblansir nilai rendemen, sudut curab, densitas kamba, wama, dana daya serap airnya masing-masing sebesar 3.45%, 44.40°, 0.33 glml, 84.48°Hue, dan 5.72 ml/g. Sifat kimia tepung labu Jepang yang dianalisis antara lain kadar air, kadar abu, kadar protein, kadar lemak, kadar karbohidrat, kadar pati, kadar gula, dan kadar 13-karoten. Pada tepung labu Jepang yang tidak diblansir, nilai kadar air, kadar abu, kadar protein, kadar lemak, kadar karbohidrat, kadar pati, kadar gula, dan kadar 13- karoten masing-masing sebesar 8.82% (bk), 3.85% (bk), 6.52% (bk), 1.94% (bk), 85.39% (bk), 42.33% (bk), 8.03% (bk), dan 62.49 ppm. Proses b1ansir berpengaruh nyata terhadap kesukaan panelis terhadap warna tepung 1abu Jepang, kadar 1emak, dan kadar gu1a pada tarafkepercayaan 5%. Tepung 1abu Jepang yang dib1ansir mempunyai kadar air sebesar 8.78% (bk), kadar abu sebesar 3.65% (bk), kadar protein sebesar 6.80% (bk), kadar 1emak sebesar 3.17% (bk), kadar karbohidrat sebesar 83.53% (bk), kadar pati sebesar 35.04% (bk), kadar gu1a sebesar 10.24% (bk), dan kadai B-karoten sebesar 69.78 ppm.