Pengaruh Konsentrat Protein Kacang Komak (Lablab purpureus (L) Sweet) Terhadap Kadar Glukosa Darah, Profil Lipid, dan Peroksidasi Lipid Tikus Diabetes
Abstract
Salah satu usaha pencegahan diabetes yang ekonomis adalah konsumsi makanan (diet) yang bersifat antihiperglisemik. Protein kedelai merupakan komponen makanan yang dapat digunakan dalam diet tersebut karena bersifat hipoglisemik (Iritani et al., 1997) dan bersifat hipokolesterolemik (Sabudi, 1997). Selain itu, terdapat jenis kacang lain yang menunjukan karakter konsentrat protein dan sifat fungsional yang hampir sama dengan kacang kedelai, yaitu kacang komak (Lablab pllrpureus (L.) Sweet) (Khodijab, 2003 ; Suwarno 2003). Fraksi protein kacang komak juga terbukti menurunkan kadar total kolesterol, LDL (Nugroho, 2007) dan trigliserida darah (Chau et al., 1998). Tujuan penelitian ini adalab mengetahui pengaruh konsumsi konsentrat protein kacang komak terhadap kadar glukosa darah, profil lipid darah {kolesterol, trigliserida, high-density lipoprotein (HDL), low-density lipoprotein (LDL), dan indeks atherogenik, dan peroksidasi lipid (kadar malonaldehida serum darah) pada tikus percobaan yang menderita diabetes hasil induksi aloksan. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi allernatif penggunaan konsentrat protein dalam diet antihiperglikemik. Penelitian ini menggunakan 20 ekor tikus spesies Rattus novergicus strain Sprague Dawley berjenis kelamin jantan yang dibagi dalam 4 kelompok perlakuan. Pengelompokan didasarkan pada glukosa darab awal perlakuan. Kelompok I adalah kelompok tikus normal-standar yaitu tikus normal yang diberi ransum standar. Kelompok II adalab kelompok tikus diabetes-standar yaitu tikus diabetes yang diberi ransum standar. Kelompok III adalah kelompok tikus diabetes-kolesterol yaitu tikus diabetes yang diberi ransum standar ditambabkan 0.5 % kolesterol. Kelompok IV adalab kelompok perlakuan konsentrat protein kacang komak yaitu tikus diabetes yang diberi ransum dengan penambaban 0.5 % kolesterol dan konsentrat protein kacang komak (377.3 g/l kg ransum) sebagai pengganti kasein. Penambaban kolesterol pada ransum bertujuan membuat ransum menjadi lebih atherogenik. Perlakuan dilakukan selama 42 hari. Pengamatan yang dilakukan selama perlakuan yaitu kacar glukosa darab, jumlah konsumsi ransum, dan berat badan tikus percobaan. Pada akhir perlakuan, tikus dibedah, diambil serum darah serta organ tububnya, dan dilakukan penimbangan terhadap bobot organ. Setelah itu dilakukan analisis profil lipid darah, kadar malonaldehida serum, dan kadar total kolesterol feses. Dari data-data yang diperoleh juga dihitung rasio konsumsi ransum terhadap berat badan dan rasio berat organ terhadap berat badan. Perlakuan konsentrat protein kacang komak menunjukan pengaruh signifikan (p<0.05) terhadap penurunan glukosa darab tikus kelompok IV yaitu dari 455,75 mg/d! menjadi 104.50 mg/dl (77.04 %), kelompok IV kadar glukosa darahnya mulai turun pada minggu ke-2 dan tetap berada pada kisaran normal (gula darah < 200 mg/d!) pada akhir masa perlakuan. Pada tikus kelompok III dan II tikus tetap mengalami diabetes (gu!a darab >200 mg/dl) hingga sampai akhir masa perlakuan bahkan menunjukkan kenaikan glukosa darah sebesar 3.12% pada akhir masa perlakuan yaitu dari 458 mg/dt meIljadi 472.33 mg/dl. Hal tersebut menuIljukan bahwa kondisi diabetes dapat diperparah dengan adanya penambahan kolesterol pada ransum, karena pada kelompok II yang ransumnya tidak ditambahkan kolestero! penurunan glukosa darah dapat mencapai 34.26% yaitu dari 468 mg/dl menjadi 307.67 mg/dl. Data konsumsi ransum kelompok I, II, III, dan IV berturut-turut 11.20, 12.57, 13.06, dan 10.51 glhari. Konsurnsi ransum tertinggi terdapat pada kelornpok III. Kenaikan berat badan kelornpok I, II, III, dan IV berturut-turut 50.69, 11.16, 20.39 dan 2.62 %. Rasio antara rata-rata konsumsi ransum terhadap kenaikan berat badan kelornpok kelornpok I, II, III, dan IV berturut-turut 0.15, 0.72, 0.51, dan 2.41. Berdasarkan data tersebut konsentrat protein kacang kornak yang diaplikasikan pada tikus diabetes selama 42 hari menunjukan hasil konsumsi ransum yang terbatas karena kandungan 78 globulin (p-Conglycinin) yang cukup tinggi pada konsentrat protein kacang komak, efek.1:ifitas konsumsi ransumnya terhadap kenaikan berat badan sangat rendah, tetapi efektifitas ransumnya rnernpertahankan kondisi tubuh tidak berbeda nyata dengan tikus normal (p<0.05). Secara urnum berat organ dan rasio berat organ terhadap berat badan tidak berbeda nyata pada keempat kelompok perlakuan. Hw tesebut mengindikasikan bahwa metaboJisme nutrisi untuk organ hati, ginjal, pankreas, dan jantung beserta aorta berjalan normal untuk kelompok IV dan semua kelompok perlakuan. Kadar total kolesterol kelompok perlakuan I, II, III, dan IV berturut-turut 55.8, 55.36, 89.28, dan 47.34 mg/dJ. Kadar HDL kelompok perlakuan I, II, III, dan IV berturut-turut 24.64, 23.95, 34.02, dan 21.21 mg/dJ. Kadar trigliserida kelompok perlakuan I, II, III, •dan IV berturut-turut 44.28, 52.72, 102.95, dan 51.63 mg/dl. Kadar LDL kelompok perlakuarl I, II, III, dan IV berturut-turut 22.3, 20.86,34.67, dan 15.81 mg/dJ. Indeks atherogenik kelompok perlakuan I, II, III, dan IV berturut-turut 1.28, 1.45, 1.77, dan 1.28. Data tersebut menunjukan bahwa konsentrat protein kacang komak mampu menurunkan kadar total kolesterol, LDL dan trigliserida secara signifikan. Kadar total kolesterol feses kelompok perlakuan I, II, III, dan IV berturutturut sebesar 1.866, 0.842, 4.99, dan 4.49 mg/g feses. Berdasarkan hasil analisis ragam diketahui bahwa kelompok perlakuan IV memiliki kadar kolesterol feses yag tidak berbeda nyata dengan kelompok III namun berbeda nyata dengan kelompok I dan II. Kadar malonaldehida serum darah pada kelornpok perlakuan kelompok perlakuan I, II, III, dan IV berturut-turut 0.0073, 0.0089, 0.0085, dan 0.0082 J.lrnol/rnl. Berdasarkan hasil analis ragam diketahui bahwa keempat kelompok pedakuan memiliki kadar malonaldehida serum darah yang tidak berbeda nyata.