Ekstraksi komponen flavor cempedak(Artocarpus integer(thunb) merr.)
Abstract
Cempedak merupakan salah satu "buah unggul nasional" yang perlu mendapat perhatian khusus. Aromanya yang kuat dan khas mernungkinkan pengembangan lebih lanjut menjadi konsentrat flavor alami yang memiliki nilai ekonomi yang jauh lebih tinggi dari buah segarnya. Agar dapat menghasilkan konsentrat flavor yang mirip dengan aroma cempedak alami; perlu kiranya dipelajari cara ekstraksi flavor cempedak yang terbaik.
Pada penelitian pendahuluan dilakukan penentuan intensitas aroma baglan buah cempedak yang tertinggi, melihat pengaruh penyimpanan terhadap intensitas aroma, pengaruh ukuran bahan terhadap intensitas aroma, pemilihan pelarut terbaik, pemilihan perbandingan bahan dan pelarut, serta pemilihan metode ektraksi terbaik.
Buah memiliki intensitas aroma cempedak lebih tinggi daripada bagian kulit dan serabut. Serabut dan kulit cempedak mengandung etil asetat 1.1924 mg/100 ml sampel, sedangkan kadar etanol berkisar 0.52%. Etanol dan etil asetat tidak terdeteksi di dalam daging buah cempedak.
Penyimpanan buah cempedak pada suhu 15°C ternyata lebih dapat mempertahankan intensitas aroma dibandingkan penyimpanan pada suhu 25°C. Penyimpanan pada suhu 15°C selama 2, 4 dan 6 hari tidak berbeda nyata intensitas aromanya. Aroma hancuran daging buah cempedak relatif lebih tinggi intensitas aromanya dibandingkan irisan daging buah cempedak.
Pelarut diklorometan, dietil eter: pentana (2:1 v/v) dan etanol lebih baik dalam mengekstrak flavor cempedak dibandingkan pentana, dietil eter maupun heksana. Etanol tidak dapat digunakan dalam penelitian ini karena mengeks- trak komponen non volatil lebih banyak daripada pelarut organik lain, yang dibuktikan dari warna ekstrak yang lebih pekat dan kental. Selain itu, penggunaan etanol menyulitkan usaha pemekatan sampel karena sifat miscible etanol dengan air. Dietil eter: pentana (2:1 v/v) tidak digunakan dengan alasan ekonomis. Pada penelitian selanjutnya digunakan pelarut diklorometan.
Perbandingan bahan dan air (1:1, 1:2, 1:3, 1:4, 1:5 dan 7:5) tidak berpengaruh nyata terhadap kemiripan aroma, dibandingkan dengan cempedak segar. Untuk penelitian selanjutnya digunakan perbandingan 1:5 untuk mencegah supaya sampel tidak gosong. Perbandingan bahan dan pelarut organik (1:1, 1:2, 1:3, 1:4) juga tidak menunjukkan perbedaan yang nyata terhadap intensitas aroma. Untuk efisiensi digunakan perbandingan 1:1. ...