Penentuan tingkat pengendalian persediaan bahan baku (gula dan skim milk powder) pada PT Australian Indonesian Milk Industries, Jakarta
Abstract
PT. Indomilk sebagai perusahaan industri pengolahan pangan multi produk yang memproduksi susu olahan seperti susu kental manis, susu pasteurisasi, susu sterilisasi, mentega/butter, dan ice cream, telah mengalami perkembangan pada jumlah penjualan yang cukup pesat.
Perkembangan jumlah penjualan ini menyebabkan peningkatan dalam produksi sehingga untuk mempertahankan keadaan dimana suplai produk kontinyu, pengendalian persediaan bahan gula pasir dan Skim Milk Powder (SMP) merupakan salah satu langkah strategis karena dengan pengendalian pada bahan baku tentunya kekontinyuan produksi akan terjaga. Pengendalian yang ditujukan terhadap gula pasir dan Skim Milk Powder diharapkan akan mempertahankan keseimbangan produksi karena bahan ini merupakan bahan yang tingkat penggunaannya tinggi yaitu digunakan untuk semua produk yang dihasilkan dan khusus bagi SMP, bahan yang didapat harus spesifik dan harus di impor. Penyimpanan dalam jumlah yang terlalu besar akan menyebabkan tingginya biaya simpan dan resiko kerusakan, sedangkan kekurangan bahan baku akan merugikan pula.
Permasalahan yang utama adalah ketidakpastian tingkat penggunaan bahan gula pasir dan SMP serta waktu kedatangan yang dipesan tidak pasti menimbulkan permasalahan yang rumit dalam proses pengendalian persediaan. Penentuan jumlah yang dipesan dan waktu pemesanan yang optimal sangat diperlukan dalam menghadapi permasalahan tersebut. Dengan tingkat penggunaan bahan baku yang tinggi maka perusahaan menetapkan kebijaksanaan bahwa tidak diperkenankannya kekurangan bahan baku sehingga total biaya persediaan yang biasa digunakan sebagai parameter kunci dalam menetapkan kombinasi yang optimal tidak dapat digunakan sebagai penentu. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menyusun model pengendalian persediaan yang diharapkan dapat mengatasi masalah tersebut.
Sasaran utama yang hendak dicapai adalah menentukan jumlah pesanan (Q) dan batas pemesanan (S) yang meminimumkan peluang kekurangan bahan baku sehingga perusahaan dapat merencanakan total biaya persediaan yang harus dikeluarkan. Penyusunan model ini dilakukan berdasarkan parameter yang berpengaruh yaitu banyaknya permintaan tiap hari, waktu tunggu dan komponen biaya persediaan.
Model kebijaksanaan pengendalian persediaan yang digunakan adalah model (S,Q). Data kondisi persediaan adalah data harian selama bulan Januari-Maret 1996, Peubah acak permintaan menggunakan distribusi normal
sedangkan peubah acak waktu tunggu menggunakan distribusi empiris. Validasi model dilakukan dengan membandingkan hasil simulasi dengan data persediaan aktual. Berdasarkan Uji t-student diperoleh nilai t untuk gula adalah 1.47 dan SMP adalah 1.8 sedangkan nilai t-tabel adalah 1.9 pada
tingkat kepercayaan 95%. dinyatakan valid. Hal ini menunjukkan bahwa model tersebut
Kondisi persediaan yang optimum dicari dengan mencobakan sejumlah kombinasi batas pembatas (S), yaitu tingkat persediaan yang menunjukkan waktunya dilakukan pemesanan dan jumlah pemesanan (Q) ke dalam model. Total biaya gula pasir pada kondisi kekurangan bahan baku sebanyak 1 hari dan kombinasi titik pemesanan kembali sebesar 5 juta kg dan jumlah pemesanan tetap sebesar 8 juta kg adalah Rp. 64.5 milyar. Sedangkan pada SMP nilai biaya pada kondisi tidak terjadi kekurangan bahan baku dan pada kombinasi titik pemesanan kembali sebesar 3,7 juta dan jumlah pemesanan kembali 4 juta adalah Rp. 54.8 milyar.