Hubungan antara statusgizi, sistem imunitas dan konsumsi bahan pencemar kimia pada populasi dewasa di Bogor
View/ Open
Date
1996Author
Meilasanti, Rara Margaretha Anis
Zakaria, Fransiska Rungkat
Metadata
Show full item recordAbstract
Dari hasil penelitian ini, diketahui bahwa ketiga kelompok mengkonsumsi makanan jajanan tetapi dengan konsumsi bahan pencemar yang berbeda. Pencemar- an logam berat terbanyak dan nyata (p<0.05) pada kelompok buruh pabrik. Pencemaran pestisida, bakteri dan aflatoksin terbanyak (p<0.05) pada kelompok penduduk desa. Kelompok dosen paling rendah dalam mengkonsumsi bahan pence- marnya.
Dari rata-rata BMI, ketiga kelompok tergolong status gizi baik. Rata-rata BMI kelompok BPER-21.18, kelompok PDER=23.99 dan kelompok DET=22.87. Persentase terbesar yang tergolong status gizi baik adalah kelompok dosen (79.1%), kemudian kelompok buruh (62.2%) dan penduduk desa (60.0%). Terdapat perbe- daan nyata (p<0.05) antara kelompok PDER dengan BPER. Antara kelompok DET dengan PDER tidak terdapat perbedaan secara statistik untuk status gizi.
Penentuan status imunitas dilakukan dengan mengkultur sel limfosit respon- den. Kultur sel responden dilakukan dengan media saja, penambahan mitogen poke- weed (PWM), concanavalin A (Con A), lipopolisakarida Salmonella typhi 5 µg/ml (LPS-1), 8 µg/ml (LPS-2) dan bahan pencemar DDT 5 µg/ml (DDT-1). 8 µg/ml (DDT-2) dan Rhodamin B. Sel limfosit dihitung dan dikultur sebanyak 2 x 106 sel/ml selama 4 hari. Aktifitas pembentukan DNA sesuai dengan penggabungan H³- Timidin (prekursor DNA radioaktif) ke dalam sel dan diukur dengan penghitung sinar B yang dinyatakan dengan count per minute (cpm).
Nilai proliferasi limfosit yang dikultur dengan media saja, dengan penambah- an PWM, Con A, LPS-1, LPS-2, DDT-1, DDT-2 dan Rhodamin B kelompok BPER berturut-turut adalah 1243, 11185, 7844, 5518, 3614, 2168, 2026 dan 1770 cpm; kelompok PDER adalah 1748, 20360, 21833, 8135, 3005, 3107, 3190 dan 2395 cpm; sedangkan kelompok DET adalah 3543, 26948, 22861, 7354, 5099, 12044, 7043 dan 3960 cpm.
Berdasarkan analisa sidik ragam dan uji lanjut dengan Duncan, proliferasi limfosit tanpa stimulan berbeda nyata untuk ketiga kelompok (p<0.05). Penamba- han mitogen PWM dan Con A memberikan kecenderungan yang sama, perbedaan terjadi antara kelompok BPER dengan PDER dan DET, sedangkan antara kelompok PDER dengan DET tidak berbeda. Ketiga kelompok mampu merespon terhadap an- tigen spesifik LPS S. typhi. Perbedaan nyata antara ketiga kelompok (p<0.05) untuk LPS-2. Kelompok BPER berbeda dengan PDER dan DET untuk LPS-1. Adanya respon ketiga kelompok terhadap antigen S. typhi menunjukkan adanya pemaparan sebelumnya ketiga kelompok dengan bakteri ini. Pengujian terhadap DDT-1 dan DDT-2 menunjukkan perbedaan nyata (p<0.05) untuk ketiga kelompok. Peningkatan konsentrasi DDT bersifat meracuni sel dan ketahanan sel limfosit kelompok dosen > penduduk desa buruh pabrik. Demikian juga dengan Rhoda- min B, perbedaan nyata terjadi antara kelompok BPER dengan kelompok PDER dan DET.
Nilai proliferasi limfosit secara tidak langsung menggambarkan status imu- nitas. Semakin tinggi nilai proliferasi maka semakin baik pula respon imunitasnya. Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa kelompok dewasa yang banyak mengkon- sumsi makanan jajanan tercemar (BPER) status imunitasnya lebih rendah daripada kelompok dewasa yang relatif kurang dalam mengkonsumsi makanan jajanan (DET) dan kelompok PDER yang skor pencemarannya sama. Penurunan status imun ini berhubungan dengan skor pencemaran logam berat yang tinggi dan status gizi yang rendah.