Ketahanan sel biofilm dan sel planktonik salmonella blackley pada beberapa umur kultur terhadap desinfektan dan bahan pembersih
View/ Open
Date
1998Author
Zakiyah, Faridatus
Hariyadi, Ratih Dewanti
Jenie, Betty Sri Laksmi
Metadata
Show full item recordAbstract
Pada sanitasi peralatan industri pangan dengan prosedur Cleaning in-Place (CIP) seringkali masih meninggalkan sisa bahan yang dapat menstimulasi tumbuhnya akumulasi mikroba, baik sebagai sel planktonik yang hidup bebas pada fase cair, maupun sebagai biofilm. Biofilm adalah sekumpulan mikroba yang hidup berkoloni dan menempel pada permukaan padat dengan bantuan bahan ekstraseluler yang diproduksinya hingga membentuk suatu matriks.
Penelitian ini bertujuan mempelajari ketahanan sel biofilm dan sel planktonik Salmonella blockley pada beberapa umur sel terhadap desinfektan dan bahan pembersih, sehingga diketahui apakah kondisi kelaparan dan akhir fase stasioner mempengaruhi ketahanan sel bakteri. Selanjutnya akan dilihat hubungan kedua kondisi ini dengan produk polisakarida ekstraseluler (PE) sel bakteri penyusunnya.
Kultur yang digunakan adalah Salmonella blockley yang diisolasi dari rumah potong hewan (isolat RPH), dari fekal manusia (isolat klinis) dan dari permukaan karkas ayam (isolat karkas), yang diketahui dapat membentuk biofilm dengan baik dalam medium 1/10 TSB (Trypticase Soybroth). Desinfektan yang digunakan adalah yodofor 25 ppm dan quats 200 ppm, sedangkan bahan pembersihnya adalah Na₂CO (1,0 dan 0,1%) dan NaOH 0,01%. Pelat Stainless steel (SS) tipe 304B (1,3x1,3 cm) digunakan sebagai permukaan padat bagi pembentukan biofilm.
Untuk melihat pengaruh umur bakteri terhadap desinfeksi, perlakuan dan pengambilan sampel dilakukan pada umur sel 1, 4 dan 7 hari. Sedangkan penetapan total gula dengan metode antron dan persiapan sampel dengan presipitasi 2-propanol dilakukan sebagai analisa produk PE-nya. Analisa ini dilakukan pada umur sel 1 dan 7 hari.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa desinfeksi maksimal yang dapat membunuh semua sel biofilm maupun sel planktonik dari ketiga isolat adalah dengan Na2CO3 1,0%. Demikian juga setelah perlakuan dengan yodofor pada sel planktonik isolat klinis. Sedang dengan Na2CO3 0,1% desinfeksi maksimal hanya tercapai pada sel planktonik isolat karkas berumur 1 dan 4 hari.
Perbedaan respon antara kedua bentuk populasi mikroba tampak nyata setelah perlakuan dengan yodofor. Desinfeksi berlangsung cukup efektif pada sel planktonik dengan hanya menyisakan 0-< 10 unit koloni/ml sel bakteri, sedang ketahanan yang lebih tinggi pada sel biofilm menyisakan sekitar 10 unit koloni/cm² sel bakteri yang dapat bertahan pada ketiga umur sel yang diteliti. Ketahanan sel planktonik dan sel biofilm terhadap yodofor cenderung meningkat dengan bertambahnya umur sel.