Penerapan harga pokok pesanan dan analisis efisiensi produksi di PT.Bina Kayu Lestari-Tasikmalaya
Abstract
Penetapan harga pokok produksi selain akan membantu perusahaan untuk menetapkan harga jual produk, juga untuk mengetahui berapa besar keuntungan yang akan diraih atau kerugian yang akan diderita. Dilain pihak perusahaan pun dapat menilai efisien atau tidaknya proses produksi, serta membantu dalam pengambilan keputusan mengenai diterima atau tidaknya suatu pesanan. Seiring dengan uraian di atas, PT BKL Tasikmalaya selalu berusaha untuk mengembangkan usahanya agar dapat memenuhi tingkat permintaan pasar dari dalam maupun luar negeri yang semakin meningkat. Oleh karena itu salah satu langkah dalam mewujudkan hal tersebut adalah dengan melakukan perhitungan harga pokok produksi yang tepat. Tujuan penelitian ini adalah untuk menghitung harga pokok produksi yang terjadi di PT BKL dan menganalisis efesiensi produksi melalui analisis selisih BOP.
Penentuan harga pokok produksi dilakukan dengan pendekatan metode perhitungan harga pokok pesanan, sedangkan untuk memperhitungkan unsur-unsur biaya ke dalam harga pokok dilakukan dengan pendekatan Full Costing System. Hasil analisis biaya menunjukkan bahwa biaya bahan baku langsung, tenaga kerja langsung, kemasan, administrasi umum dan pemasaran merupakan biaya sesungguhnya, sedangkan BOP yang diperhitungkan merupakan pembebanan atas dasar tarif yang ditentukan dimuka. Penentuan tarif BOP didasarkan atas jam tenaga kerja langsung, yang ditetapkan berdasarkan kapasitas normal. BOP yang diperhitungkan dihasilkan melalui beberapa tahap perhitungan yakni, pendistribusian BOP tidak langsung kepada masing-masing departemen, pengalokasian BOP departemen pembantu ke departemen produksi dan penghitungan tarif BOP.
Penghitungan harga pokok dilakukan untuk masing-masing pesanan, mencakup semua biaya yang berhubungan dengan pembuatan produk. Penghitungan harga pokok produksi tiap unit produk dilakukan dengan membagi total biaya produksi dengan jumlah produk yang dihasilkan. Hasil perhitungan menunjukkan biaya yang diperlukan untuk memproduksi satu unit pintu pesanan Korea sebesar Rp 124.800,-, satu unit pintu untuk pesanan Pakuan sebesar Rp 534.000,-, satu set produk (pintu, kusen dan casing) untuk pesanan Itali sebesar Rp 134.000,-, 1 m³ Laminating Board sebesar Rp 3.453.900,- dan 1 m³ Finger Jointed sebesar Rp 1.225.000,-. Pada penelitian ini pun dilakukan pengumpulan BOP sesungguhnya, agar dapat dilakukan pembandingan antara harga pokok produksi berdasarkan BOP pembebanan dengan BOP sesungguhnya. Hasil perhitungan harga pokok produksi berdasarkan BOP sesungguhnya menunjukkan biaya yang lebih tinggi, yakni Rp 125.000,-/ unit pintu untuk pesanan Korea, Rp 563.000,-/ unit pintu untuk pesanan Pakuan, Rp 135.000,- / set produk untuk pesanan Itali dan Rp 3.487.000,- / m³ Laminating Board serta Rp 1.235.700,- / m³ Finger Jointed. Hal ini menunjukkan adanya penyimpangan biaya produksi, dan berarti selama Juli 1997-Juni 1998 perusahaan tidak efisien.
Selisih BOP yang merugikan untuk masing-masing pesanan merupakan indikasi terjadinya inefisiensi kegiatan produksi di PT BKL. Selisih BOP disebabkan oleh adanya selisih anggaran dan selisih efisiensi yang terjadi pada pesanan Pakuan dan Jepang, sedangkan kerugian yang diakibatkan oleh selisih efisiensi terjadi pada pesanan Korea dan Itali.